"SELAMAT DATANG DI BLOG 007INDIEN SEMOGA MENDAPATKAN SESUATU YANG BERMANFAAT DI BLOG INI"

Sabtu, 30 Juni 2012

Model Pembelajaran Picture And Picture


Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu model, strategi, metode, pendekatan dan  teknik  pembelajaran.  Pengertian untuk istilah-istilah itu sering dikacaukan. Apalagi terhadap tiga istilah, yaitu pendekatan, metode, dan teknik biasanya terkacaukan (lihat Syafii 1994:15; Badudu 1996:17). Istilah pendekatan sering dikacaukan dengan metode, misalnya kita sering mendengar orang mengemukakan istilah pendekatan komunikatif disamping istilah metode komunikatif. Sering pula pengertian metode dikacaukan dengan teknik, misalnya kita sering mendengar orang menyebutkan istilah metode diskusi disamping istilah teknik diskuasi.
Untuk itu sebelum memaparkan tentang Model Pembelajaran Picture and Picture,  Penulis akan menuliskan pengertian model, strategi, metode, pendekatan, teknik dan taktik pembelajaran secara singkat.
  1. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar  yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar (Istarani, 2011:1) 
  2. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Atau  strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Wina Sanjaya, 2008:126) 
  3. Metode secara harfiah adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran (Pupuh Faturrohaman, 2007;55). Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode (Wina Sanjaya, 2008:126). Dengan kata lain metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. 
  4. Pendekatan adalah istilah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan stategi pembelajaran langsung (direct instruction) pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang  berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran  discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. (Wina Sanjaya, 2008;127)
  5. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pengajaran. teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk itu Rostiyah NK (2008;1) mengatakan teknik adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh suatu instruktur. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik  atau metode tertentu. Misalnya walaupun dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda-beda.
Untuk mengetahui tentang penjelasan model, strategi, metode, pendekatan dan  teknik  pembelajaran yang lebih lengkap KLIK DISINI!
 
Model Pembelajaran Picture And Picture
Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
  3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
  4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
  5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut  Istarani (2011:7) adalah sbb:
  1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
  1. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
  1. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi).
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
  1. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
  1. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
  1. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
  1. Guru menyampaikan kesimpulan.
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
  1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
  2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
  3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
  4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
  5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
  1. Memakan banyak waktu
  2. Banyak siswa yang pasif.
  3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
  4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
  5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
Sedangkan menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah :
Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture:
  1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. 
  2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
  3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. 
  4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. 
  5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru
Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture:
  1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
  2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.
  3. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
  4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
Sumber:
Badudu, J.S. 1996. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka.
Fathurrahman, Pupuh. 2007. Strategi Pembelajaran. Bandung: Insan Media
Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan : Media Persada.
Roestiyah NK. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. 
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Jumat, 29 Juni 2012

Mengenal Quantum Learning (QL)


Model pembelajaran quantum merupakan terobosan baru dalam pendekatan belajar. Pendekatan belajar ini dipelopori oleh Bobbi de Porter yang dengan slogan populernya“joyfull-learning”. Belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Quantum Learning juga merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas
Manfaat quantum learning ini antara lain :
  1. Sikap positif
  2. Motivasi
  3. Ketrampilan belajar seumur hidup
  4. Kepercayaan diri
  5. Sukses.
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanos, seorang pendidik  berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negative. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberukan sugeti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatif baik dalam seni pengajaran sugestif (Bobi de Porter & Mike Hernacki, 2001).
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi dengan kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Quantm Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neorolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubunganantara bahasa dan perilaku daan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan  tindakan-tindakan positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisikan kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kudrat sama dengan Energi. Mungkin kita sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E = mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasiagar menghasilkan energi cahaya.
Quantum Learning menggabungkan suggestoli, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tersendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1.      Teori otak kanan
2.      Teori otak triune (3 in 1)
3.      Pilihan modalitas (visual, auditorial, daan kinetetik)
4.      Teori kecerdasan ganda
5.      Pendidikan holistic (menyeluruh)
6.      Belajar berdasarkan pengalaman
7.      Belajar dengan symbol (Methaporic learning)
8.      Simulasi/ permainan.
Untuk menjadi pelajar Quantum, harus mempunyai kemampuan mengolah informasi dengan dua cara: dengan mengasimilasikan potongan-potongan materi sekaligus; dengan mengembangkan pemahaman tentang satuan-satuan kecil untuk mengethaui bagaimana satuan-satuan itu beroperasi dalam skala besar dalam kaitaannya dengan factor-faktor lainnya. Biasanya orang merasa lebih mudah belajar dengan satu atau lain cara (inilah fungsi belajar), tetapi adalah penting untuk mampu melakukan kedua-duanya.
Kemampuan untuk menikmati belajar dan belajar dengan gembira akan membawa  kita pada berbagai kegairahan wilayah minat-minat baru. Dalam setiap wilayah, kita akan menemukan begitu banyak kesempatan untuk ditelusuri, sehingga kita akan sibuk selamanya, belajar selamanya, dan terangsang selamanya dengan kerumitan-kerumitan dunia ini. Sebagai bonus terhadap hal ini, maka hidup kita akan semakin bernilai bagi orang-orang lain sesame kita.
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Kemampuan belajar ditentukan oleh banyaknya interaksi dia antara neuron-neuron dalam otak. Semakin banyak rangsangan mental yang diterima, maka semakin banyak pula cabang yag timbul dalam neuron, yang meningkatkan kemungkinan hubungan anatara neuron-neuron. Karena itu, sangat penting mengekspos diri kita terus menerus pada rangasangan-rangsangan baru yang berbeda. Penyingkapan terhadap berbagai jenis aktivitas dan informasi juga penting utnuk menyeimbangkan kemampuan otak kanan dan otak kiri.
Penyingkapan semacam ini adalah salah satu bentuk belajar aktif, yang berarti memikul tanggung jawab bagi pendidikan dan kehidupan dengan secara aktif mencari pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan. Belajar aktif juga berarti secara aktif mencari motivasi yang diperlukan. Kadang-kadang, kita harus selalu termotivasi dengan menciptakan minat pada suatu masalah, dengan mengikatkan masalah tersebut pada kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu cara menciptakan motivasi adalah dengan mengatakan pada diri kita “Inilah Saatnya”. Cara kita berbicara dengan diri sendiri adalah yang paling penting, jadikan pesan-pesan itu positif. Hal-hal negatif menguras energi sedangkan hal-hal positif menjadi pendorong.
Apabila kita dapat melaksanakan tugas yang paling sulit atau situasi yang tak tertahankan dan mencurahkan 100% perhatian, maka kita akan mudah menjadi penguasa dari “Inilah Saatnya”. Inilah salah satu resep untuk dapat menjadi pelajar Quantum. Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan belajar harus diperkuat dengan sikap positif akan membawa pada pengalaman belajar yang mengajarjarkan bagaimana cara mencapai tujuan tertentu. “Kegagalan = umpan balik”.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari proses inilah, Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”
Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
Untuk informasi lain mengenai Quantum Learning Klik Disni!

Sumber:
Bobbi de Porter & Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Penerjemah: Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Penerbit Kaifa.
Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. www.depdiknas.go.id

Kamis, 28 Juni 2012

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING (QT)

I. PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Dalam setiap GBHN, Rencana Pembangunan Nasional Lima Tahunan dan Rencana Strategis Pendidikan Nasional selalu tercantum bahwa peningkatan mutu merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan serta pengadaan fasilitas pendidikan lainnya.
Sementara itu berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Dari dalam negeri diketahui bahwa nilai ujian akhir SD dan Sekolah Menengah rata-rata relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari dunia usaha juga muncul keluhan bahwa bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang cukup. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, kalangan SMP merasa bekal lulusan SD kurang memadai untuk memasuki SMP. Kalangan Sekolah Menengah merasakan bahwa lulusan SMP tidak siap mengikuti pembelajaran di Sekolah Menengah, dan kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan Sekolah Menengah belum cukup untuk mengikuti perkuliahan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah kualitas guru. Kompetensi guru bahkan merupakan faktor dominan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) yang efektif, disamping faktor motivasi siswa dan sarana pembelajaran. Kompetensi guru meliputi : (1) Penguasaan Akademik ;    (2) Pengelolaan Pembelajaran; dan (3) Pengembangan Profesi (Ditendik, 2003).
Sehubungan dengan tuntutan kompetensi guru, maka setiap guru harus mampu mengembangkan berbagai metode pembelajaran berikut merancang model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas dan potensi siswa, agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Seperti yang diamanatkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003), pasal 40 ayat (2) : Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

1. Pendekatan Kontekstual
Ada kecenderungan dewasa ini untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang berlandaskan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak              ‘ mengalami ‘ apa yang dipelajarinya, bukan sekedar ‘ mengetahui ‘-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘ mengingat ‘ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah, yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.
   Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. CTL diharapkan menjadikan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa ‘bekerja’ dan ‘mengalami‘, bukan merupakan transfer pengetahuan guru kepada siswa. Sebagaimana yang dirumuskan oleh UNESCO tentang  ‘Empat Pilar Pendidikan’ (The Four Pilars of Education), dua pilar diantaranya sebagai berikut : (1) Belajar mengetahui (Learning to know); (2) Belajar melakukan (Learning to do)
    Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti ‘apa makna belajar’, ‘apa manfaatnya’ dan ‘bagaimana mencapainya’. Dengan begitu siswa akan sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna dalam hidupnya kelak. Sehingga mereka termotivasi untuk mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya untuk menggapainya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pengarah, pembimbing atau sebagai fasilitator . Tugas guru sebagai fasilitator adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Maksudnya, guru lebih  banyak berurusan dengan strategi mengajar dari pada memberi informasi. Lebih jelasnya, tugas guru adalah mengelola kelas sebagai suatu tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).  Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan cara ‘ menemukan sendiri ‘, bukan dari ‘ apa kata guru ‘.

2. Iklim Kelas (Classroom Climate) dan Komunitas Belajar (Learning Commu-nity)
   Dalam proses sekolah, yang penting bukan ‘apa’ materi yang diajarkan ataupun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut menimbulkan apa yang disebut iklim kelas (classroom climate) dan komunitas belajar (learning community) Iklim kelas yang terbuka dan menyenangkan sangat kondusif untuk mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, sebab dalam iklim semacam itu suasana kelas akan bersifat demokratis sehingga proses pembelajaran akan dinamis (Zamroni, 2003)
   Sedangkan iklim kelas yang dinamis dan terbuka menciptakan komunitas belajar yang produktif. Kebersamaan anggota kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar (Nasution, 2000)
   Persoalannya adalah, bagaimana guru merancang pengelolaan kelas dan memilih strategi yang tepat dalam proses pembelajaran, agar iklim kelas dan komunitas belajar dapat tercipta pada saat guru menyajikan suatu topik materi pembelajaran. Juga perlu dipertimbangkan karakteristik, kondisi kelas yang dihadapi termasuk potensi anggota kelas (siswa) yang tentu beragam.
   Perbedaan potensi siswa, dapat diatasi dengan alternatif model-model pembelajaran, metode dan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan. Banyak konsep dan beberapa model pembelajaran yang revolusioner dalam rangka menjajagi pertanyaan : “ Learning how to learn ?” yang berpijak pada kondisi psikologis dan karakter otak siswa (manusia).
    Pembahasan tentang pengembangan metodologi pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dengan pendekatan Quantum Teaching berbasis kompetensi terkait dengan teori-teori belajar, misalnya Belajar Bermakna (Ausuble) dan Konstruktivisme (Piaget). Quantum Teaching (QT) sebagai metode dalam proses pembelajaran sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, karena metode ini memiliki kelebihan-kelebihan dibanding metode pembelajaran yang telah dikenal sebelumnya. Kelebihan QT antara lain, cocok untuk semua mata pelajaran, dapat diterapkan kepada pembelajar dari usia 9 sampai 24 tahun, juga dapat meningkatkan daya serap siswa secara dramatis asal suasana kelas yang ada telah dikondisikan seperti yang disarankan.
 Quantum Teaching dirancang untuk membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip Belajar Menyenangkan (Quantum Learning). Untuk mengiringi QT dan penerapannya di kelas, disarankan pula menggunakan model-model pembelajaran Cooperative Learning (misalnya type STAD, TGT dan Jigsaw) agar kompetensi yang dicapai siswa optimal, kreatifitas  siswa meningkat, suasana belajar demokratis dan dinamis. Namun demikian masih banyak cara dan bentuk pembelajaran menyenangkan dalam rangka percepatan belajar (Accelerated Learning) bagi para siswa.
  
II.BELAJAR BERMAKNA DAN SISTEM PEMROSESAN INFORMASI
   1. Belajar Bermakna
    Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi seperti yang ditampilkan bagan di bawah ini :
 
         Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi ke dua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif yaitu fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generelisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
            Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat di komunikasi kan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
            Pada tingkat ke dua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini siswa telah mengalami belajar bermakna. Namun, siswa juga dapat hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Dalam hal ini, siswa belajar hafalan.
            Penerapan belajar bermakna yang sederhana oleh siswa dapat dilakukan dengan menggambarkan atau menyusun peta pikiran (mind mapping) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran sebagai penguatan (reinforcement) atau review.

2. Teori Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan konsep dalam pembelajaran, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak datang sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Konstruktivisme juga sangat cocok sebagai landasan filosofis pendekatan kontekstual (CTL)
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa sendiri yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruksivisme adalah ide, bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.  Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Menurut pandangan konstruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan bukan ‘seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat’ pengetahuan.  Dalam hal ini, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
  • menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
  • memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri idenya, dan 
  • menyadarkan siswa agar dapat menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pe-ngalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing kotak berisi informasi yang bermakna berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur kognitif) dalam otak manusia tersebut.
Struktur kognisi dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi, maksudnya struktur kognisi yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pe-ngalaman baru. Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 2
Lalu, , bagaimanakah penerapannya di kelas ?
Bagaimanakah cara merealisasikannya pada kelas-kelas di sekolah kita ?
Pada umumnya, guru sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu pada waktu guru merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, siswa praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya. Oleh sebab itu, mari kita kembangkan cara-cara tersebut lebih banyak lagi.

   2. Sistem Pemrosesan Informasi

Model pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi kognitif menggambarkan proses mental sebagai transformasi informasi dari stimulus (input) ke respons (output), seperti yang diperlihatkan gambar 3 berikut ini: 

 

Reseptor menerima sinyal-sinyal dari lingkungan (suara, gambar, sentuhan, dll). Kemudian reseptor mengirimkan sinyal dalam bentuk impuls-impuls elektrokimia ke otak. Impuls-impuls saraf dari reseptor diteruskan ke registor penginderaan di dalam sistem saraf pusat dan disimpan selama waktu yang sangat singkat. Seluruh informasi yang masuk sebagian kecil disimpan ke dalam memori jangka pendek, sedangkan yang lain sebagian besar hilang dari sistem. Proses ini disebut persepsi selektif. Memori  jangka pendek dapat disamakan dengan kesadaran. Contoh ketika kita mencari nomor telepon, setelah menemukan kemudian menekan angka pesawat telepon. Kapasitas memori jangka pendek terbatas, sehingga implikasinya penting sekali bagi pengajaran atau instruksi pada umumnya. Memori jangka pendek disebut juga memori kerja.
Informasi dalam memori kerja kemudian dikode (coding), selanjutnya disimpan ke dalam memori jangka panjang. Pengkodean (coding) merupakan suatu proses transformasi informasi baru yang diintegrasikan pada informasi lama dengan berbagai cara. Memori jangka panjang menyimpan informasi yang akan digunakan di kemudian hari. 
Informasi yang disimpan di memori jangka panjang, bila akan digunakan harus dipanggil melalui generator respons. Dalam pikiran sadar, informasi mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek, kemudian ke generator respons. Tetapi untuk respons otomatis, informasi dari memori jangka panjang mengalir langsung ke genator respons selama pemanggilan.
Generator respons mengatur urutan respons dan memicu efektor-efektor berupa saraf-saraf motorik. Aliran informasi dalam sistem manusia diatur oleh harapan dan kontrol eksekutif (norma, hukum, nilai, etika, dll.).
Setelah kita memahami sistem pemrosesan informasi, diharapkan guru menyadari dan mengupayakan bagaimana cara menyajikan informasi agar dapat disimpan ke dalam memori jangka panjang siswa semudah mungkin.  

III.  METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
     Quantum Teaching (QT) pertama kali diterapkan di SuperCamp, yaitu sebuah program percepatan Quantum Learning oleh Learning Forum pimpinan Bobbi DePorter sang penemu QT. Learning Forum adalah suatu perusahaan pendidikan internasional yang menekankan kecakapan akademis dan kecakapan pribadi.
   Hasil survei J.V. Groenendal (1991) terhadap 6.042 orang alumni program SuperCamp berusia 12 – 22 tahun menyatakan bahwa : SuperCamp mampu :
·         68 % meningkatkan motivasi
·         73 % meningkatkan nilai belajar
·         83 % meningkatkan rasa percaya diri
·         94 % meningkatkan harga diri
·         98 % melanjutkan penggunaan keterampilan.
Di dalam program SuperCamp, peserta memperoleh kiat-kiat untuk mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreasi,, berkomunikasi dan membina hubungan.
Metode dan model pembelajaran QT mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1999 setelah sebelumnya dikenal tentang Quantum Learning.
Apakah Quantum Teaching itu ?
    QT adalah suatu metode pembelajaran yang memadukan unsur seni dan pencapaian tujuan yang terarah. QT berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas dan interaksi yang membangun landasan dan kerangka untuk belajar bagi siswa. Quantum artinya interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching dapat diartikan perpaduan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi ‘ cahaya ’ yang akan bermanfaat bagi diri siswa dan bagi orang lain. QT adalah suatu metode percepatan belajar, karena metode ini mampu menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah siswa dengan menggunakan musik, mendisain lingkungan, men-
disain bahan pengajaran yang sesuai, cara menyajikan yang efektif dan mendisain
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
QT mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
Dengan kata lain QT memfasilitasi proses belajar siswa yang ‘ mudah ‘ dan‘ menyenangkan ‘ (Quantum Learning) dan alamiah.

1. Azas Utama QT
   QT berpijak pada prinsip : Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Strategi, model dan segala hal yang berkaitan dengan QT- setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum dan setiap metode interaksional dibangun di atas prinsip : Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.
Perhatikan gambar 4 berikut ini: 
Maksudnya, kita memasuki dunia mereka (siswa). Setelah kita memasuki dunia mereka, kita akan mudah me-mimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya, dengan mengaitkan apa yang guru ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan di rumah, sosial, olah raga, musik, seni, rekreasi atau akademik mereka (siswa). Setelah kaitan itu terbentuk, barulah dunia mereka dibawa ke dunia kita, dan memberi mereka pemahaman kita tentang isi dunia. Pada fase ini mulai dikenal kosa-kosa kata baru (istilah) , model mental, rumus dan lain-lain. Setelah menjelajahi kaitan dan berinteraksi, baik siswa maupun guru mendapatkan pemahaman baru dan ‘ Dunia Kita ‘ dapat diperluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya, dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Dengan demikian pembelajaran berlangsung dinamis.

2. Prinsip Quantum Teaching,
  Dalam menerapkan QT di kelas, guru harus memahami prinsip-prinsip QT sebagai berikut :
  1. Segalanya bicara ;
Semua yang berada di lingkungan kelas, termasuk lembaran-lembaran kertas yang dibagikan kepada siswa, rancangan pelajaran bahkan bahasa tubuh guru semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.
  1. Segalanya bertujuan ;
Semua yang terjadi dalam ‘ orkestra ‘ pengajaran guru pastikan mempunyai tujuan.
  1. Pengalaman sebelum Memberi Nama ;
Otak siswa akan berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks sehingga akan memicu rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi pada saat siswa telah ‘mengalami’ informasi sebelum siswa memperoleh ‘nama’ untuk apa yang mereka pelajari
  1. Akui setiap Usaha ;
Belajar adalah resiko, maksudnya siswa yang sedang belajar berarti siswa melangkah keluar dari kenyamanan. Oleh karena itu, pada saat mengambil langkah ini, mereka layak mendapat ‘ pengakuan ‘ atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka
  1. Jika layak dipelajari, maka layak untuk Dirayakan ;
Perayaan merupakan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Perayaan dapat menguatkan pemahaman (reinforcement) siswa terhadap apa yang baru dipelajari.

3. Model Quantum Teaching,
  Model QT yang dikembangkan di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
(1) Bagian konteks, (2) Bagian isi.
Pada bagian konteks, QT diperlukan untuk menciptakan :
  1. Suasana yang memberdayakan ;
Suasana kelas mencakup bahasa pengantar yang digunakan guru, cara guru menjalin rasa simpati dengan siswa, sikap guru terhadap sekolah dan belajar. Suasana yang menggembirakan akan membawa suasana belajar yang menyenangkan.
  1. Landasan  yang kukuh ;
Landasan merupakan kerangka kerja guru : tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang menjadi pedoman bersama guru dan siswa untuk bekerjasama di dalam komunitas belajar.
  1. Lingkungan yang mendukung ;
Lingkungan adalah cara guru menata (setting) ruang kelas, meliputi pencahayaan, warna dinding/ ruangan, formasi meja kursi, tanaman hias, jenis musik pilihan dan semua hal yang mendukung proses belajar.
  1. Rancangan belajar yang dinamis ;
Merancang pembelajaran dengan memasukkan unsur-unsur penting yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa, mendalami makna dan memperbaiki proses tukar menukar informasi. Dalam konteks QT, guru dapat merancang pengajaran yang dikenal dengan akronim TANDUR(Tumbuhkan,Alami,Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan)
 Jika keempat aspek konteks tersebut dipenuhi, maka akan tercipta rasa saling memiliki dan saling menghargai dalam komunitas belajar, sehingga kelas menjadi tempat komunitas belajar yang menyenangkan. Siswa masuk kelas akan merasa senang bukan karena terpaksa.
Sedangkan bagian isi, QT membantu guru meningkatkan keterampilan dalam penyajian materi pembelajaran, meliputi :
  1. Penyajian yang prima (transfer expert)
Ada tujuh pedoman agar penyajian sukses :
    1. Pahami apa yang anda inginkan, meliputi tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk setiap kegiatan
    2. Binalah jalinan dengan siswa. Tempatkan diri anda sebagai pelayan siswa, sehingga dapat mengenal siswa lebih dekat. Guru harus memahami latar belakang, minat, kegagalan dan kesuksesan yang pernah dialami siswa masa lalu. Hal ini dapat meningkatkan kredibilitas guru di mata siswa, sehingga terbentuk jalinan hati.
    3. Bacalah mereka (siswa), dengan memperhatikan perilaku, sikap dan informasi lain tentang keadaan siswa sekarang. Guru dapat minta tanggapan siswa tentang pengaruh pelajaran, pemikiran dan dampak yang ditimbulkannya, sehingga guru dapat mengidentifikasi kebutuhan siswa dan menyesuaikan bahan pelajaran.
    4. Targetkan kondisi siswa, maksudnya guru menargetkan kondisi siswa untuk menyiapkan mereka mencapai sukses belajar. Tetapkan target untuk setiap kegiatan belajar. Upayakan kondisi siswa mencapai kondisi target.
    5. Capailah modalitas mereka, melalui bahasa, suara, gerak dan jenis kegiatan yang melibatkan modalitas belajar siswa (auditorial, visual dan kinestetik)
    6. Manfaatkan ruangan, kelas sebagai panggung orkestra pembelajaran di kelas. Manfaatkan berbagai ruang di kelas sebagai tempat penyajian, bercerita, umpanbalik, instruksi awal dan pertemuan
    7. Bersikaplah ikhlas, maksudnya guru dalam menyampaikan pesan terbuka, jujur dan adil secara tulus dan ikhlas.
  1. Fasilitasi yang fleksibel (flexible facilitation);
Bagaimana cara guru mempermudah kesiapan dan kemampuan siswa dalam  belajar ? Seperti yang dibahas pada halaman depan tentang interaksi, QT menempatkan prioritas tinggi terhadap interaksi dalam lingkungan belajar. Jika interaksi tidak berjalan seperti yang diharapkan, maka siswa belajar di dalam kelas mengalami situasi jenuh, berulang kali menatap jam dinding atau arlojinya, seolah-olah saat itu mereka telah belajar lebih banyak
  1. Keterampilan belajar
Apa pun mata pelajarannya, siswa dapat belajar lebih cepat dan efektif, jika mereka menguasai keterampilan berikut ini:
  • Konsentrasi terfokus 
  • Cara mencatat yang efektif
  • Mengorganisasi belajar untuk tes 
  • Membaca dengan cepat 
  • Teknik mengingat
Selain lima keterampilan belajar di atas, guru perlu mengidentifikasi gaya belajar masing-masing siswa, agar guru dapat membantu siswa memaksi-malkan gaya belajar mereka masing-masing. Untuk mengidentifikasi gaya belajar siswa, dapat menggunakan contoh instrumen terlampir. Dalam kenyataannya, setiap siswa memiliki ketiga gaya belajar tersebut, tetapi hanya satu gaya yang dominan. Pada bagian akhir, siswa dilatih membuat model “peta pikiran” (mind mapping), untuk mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa seperti contoh pada gambar 5 di bawah ini
d. Kecakapan hidup (lifeskills)
Melatih kecakapan hidup kepada siswa, intinya adalah melatih siswa membina dan memelihara hubungan dengan orang lain di sekolah. Dalam konteks QT, melatih kecakapan hidup didefinisikan melatih siswa memiliki kemampuan “Hidup di Atas Garis” atau “berkemampuan untuk menanggapi”. Kita menyadari bahwa, setiap orang pasti mempunyai ‘masalah’ dalam kehidupannya. Oleh karena itu, siswa diarahkan untuk menghadapi masalah hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusi pemecahannya. Pemikiran di atas garis berujung pada kebebasan yang lebih besar. Siswa tidak hanya berpangku tangan dan menyerah karena kegagalan., tetapi menggunakan pengalamannya (kecakapan hidup) untuk menggerakkan diri menuju sukses. Filosofinya, dari pada dikendalikan keadaan, lebih baik kita menentukan tindakan kita sendiri.  


DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis, 2001,Teori-teori Belajar, Cetakan ke tiga, Erlangga, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Program Pembangunan Nasional & Rencana Strategis Pendidikan Nasional Tahun 2000-2004, Ditjen Dikdasmen, Jakarta

_________________,2002, Pendekatan Kontekstual (Contexrual Teaching and Learning (CTL), Dit.PLP, Ditjen Dikdasmen, Jakarta

Dryden, Gordon & Vos, Jeannette, 2003, The Learning Revolution (Terjemahan) Cetakan VII, Penerbit Kaifa, bandung

Goleman, Daniel, 2003, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Cetakan V, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Meier, Dave, 2003, The Accelerated Learning (Terjemahan), Kaifa, Bandung

Nasution S, 2000, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetakan ke tujuh, PT Bumi Aksara, Bandung

Pidarta, Made, 2000, Landasan Kependidikan, Cetakan ke dua, PT Rineka Cipta, Jakarta

Porter, Bobbi de, et al, 2003, Quantum Learning, Terjemahan, Cetakan XVIII, Kaifa, Bandung

Porter, Bobbi de, et al, 2003, Quantum Teaching, Terjemahan, Cetakan XIII, Kaifa, Bandung

Santoso, AM Rukky, Right Brain,  2002, Terjemahan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Slavin, Robert E, 1995, Cooperative Learning Theory, Research and Practise, Allyn & Bacon A simon & Schuster Company, Second Edition, Singapore

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, 2003, Lembaran Negara . Jakarta

Zamroni, 2003, Pendidikan untuk Demokrasi, Bigraf Publishing, Yogyakarta

SEMOGA BERMANFAAT!!