Kamis, 05 April 2012

Karakteristik PTK Dan Masalah Penting Yang Dapat Dijadikan Bahan Kajian Dalam PTK


A.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK
Setiap jenis penelitian tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian lain. Mencermati defenisi penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan pada tulisan sebelumnya  yang berjudul “Pengertian Penelitian Tindakan Kelas”maka muncul suatu pertanyaan: kalau Penelitian Tindakan Kelas didefenisikan seperti itu maka apa saja karakteristik penelitian tindakan kelas itu? Setiap penelitian pada dasarnya memang dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Jika dilihat dari masalah yang harus dipecahkan , Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah diteliti untuk dipecahkan harus berangkat dari persoalan praktik pembelajaran yang dilakukan sehari-hari dikelas. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang dihadapi di kelas dan harus dipecahkan. Dengan kata lain Penelitian tindakan adalah penelitian kontekstual, artinya praktis yang sesuai dengan problem yang muncul dilapangan. Penelitian bukan menerapkan teori tetapi menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan teori sebagai sandaran sekaligus teori dimodifikasi secara kontekstual.
Persoalan lain yang muncul adalah tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yanmg sudah dilakukan selama mengajar dikelas. Bisa jadi guru telah berbuat keliru selama bertahun-tahun dalam pembelajaran tetapi dia tidak mengetahui. Bahkan sang guru beranggapan bahwa yang dilakukannya adalah sesuatu yang benar. Untuk mengatasi hal ini maka guru dapat meminta bantuan untuk melihat apa yang dilakukan selama ini dalam proses belajar mengajar di kelas. Di sinilah pentingnya proses kerja sama antara guru dengan peneliti.
Dalam konteks seperti ini guru dapat bekerja sama dengan peneliti dari perguruan tinggi untuk berdiskusi mencari dan merumuskan permasalahan pembelajaran yang selama ini dilakukan di kelas. Dengan kata lain guru dapat melakukan penelitian kolaboratif  dengan peneliti dari perguruan tinggi. Dengan adanya kolaboratif ini diharapkan akan diketahui dan ditemukan solusi permasalahan selama ini yang terdapat dalam pembelajaran dikelas.
Suyanto (1997) mengatakan jika guru bersedia melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru sambil mengajar dikelas sesuai dengan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakannya.
Karakteristik berikutnya masih menurut Suyanto (1997), dapat dilihat dari bentuk nyata kegiatan penelitian tindakan kelas itu sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Sebenarnya, tanda tindakan tertentu suatu penelitian dapat saja dilakukan di kelas, tetapi penelitian itu tidak termasuk ke dalam penelitian tindakan kelas. Tetapi penelitian semacam ini disebut dengan “Penelitian Kelas”.  Contohnya guru melakukan penelitian tentang rendahnya tingkat motivasi belajar siswa. Jika penelitian ini dilakukan tanpa disertai dengan tindakan-tindakan tertentu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka penelitian ini bukan merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin memperbaiki rendahnya motivasi belajar siswa dengan tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya jika dalam penelitian itu guru mencoba mencari solusi dan melakukan tindakan-tindakan untuk meningkatnya motivasi belajar siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik, maka penelitian ini dapat di golongkan ke dalam penelitian tindakan kelas.
Menurut Suharjono (2007:62) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu :
1.    Adanya tindakan (action). Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan  ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan itu merupakan sesuatu yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
2.    Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang tidak saja ber upaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Penelitian tindakan kelas merupakan bagian penting dari pengembangan professional dalam diri guru, karena penelitian tindakan kelas mampu membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis, mampu membelajarakan guru atau membiasakan guru untuk menulis dan membuat catatan.
3.      Hal yang dipermasalahkan beukan berdasarkan kajian teoritik atau hasil dari penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan actual dan terjadi dalam pembelajaran dikelas. Dengan kata lain penelitian tindakan kelas terfokus pada maslah praktis bukan problem teoritik atau bersifat bebas konteks.
4.   Penelitian tindakan kelas dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5.    Adanya kerjasa antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
6.      Disamping itu penelitian tindakan kelas hanya dilakukan apabila ada :
a.       keputusan profesionalisme guru
b.      alasan pokok; ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan,
c.       bertujuan memperoleh pengatahuan dan/atau sebagai pemecahan masalah.
Menurut Cohen dan Manion, (1980) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki beberpa karakteristik  sebagai berikut :
1.      Situasional, Praktis, dan Relevan
Penelitian didasarkan pada situasi praktis yang secara langsung gayut atau relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Hal ini berkenaan dengan diagnosis suatu masalah dalam konteks itu. Subjeknya murid di kelas, staf sekolah, dan yang lain dan penelitinya terlibat dengan mereka.
Kelas yang memiliki masalah berupaya memecahkan masalah yang timbul, sementara kelas yang telah stabil mungkin melakukan peningkatan situasi agar menuju situasi yang diidealkan tentu dengan penerapan berbagai perbaikan yang sesuai dengan kondisi kelas secara nyata.
2.      Memberikan Kerangka Teratur pada Pemecahan Masalah
Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris dan mengandalkan observasi nyata serta data perilaku yang tidak termasuk kajian panitia yang subjektif atau pendapat orang berdasar pengalaman masa lalu.
Meskipun penelitian praktis, bukan berarti meninggalkan ciri-ciri penyelidikan ilmiah. Pelaksanaan penelitian tetap mengikuti kaidah penelitian, yaitu sistematis, teratur, objektif dan imparsial. Pengumpulan data dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan instrumen yang telah disusun secara terukur hingga menghindarkan berbagai tindakan subjektif.
3.      Fleksibel dan Adaptif
Fleksibel dan adaptif memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian.
Memang dalam penelitian terdapat satu ide pokok (dalam satu satuan penelitian). Ide pokok ini tidak berubah, namun berbagai aspek atau langkah mungkin mengalami perubahan sesuai dengan karakteristik subjek di lapangan, situasi, dan pelaksana penelitian. Perubahan dilakukan guna memperoleh prosedur, langkah, atau pola yangpaling sesuai dengan setting meskipun tidak mengubah ide utama (Initial idea).
Ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian critical teori artinya secara praktis teori dapat disesuaikan dengan situasi lapangan.
4.      Partisipatori
Partisipasi peneliti atau anggota lain secara langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan penelitian. Guru dan siswa secara faktual adalah partisipan utama meskipun guru dapat berkolaborasi dengan pihak lain, misal guru lain, kepala sekolah, atau kolaborator lain. Hal ini mengingat guru lain juga sedang mengajar, kepala sekolah memiliki tugas yang juga berat, maka partisipan yang saling bertanggung jawab di kelas adalah guru dan siswa. Kedua pihak inilah yang memiliki peran dominan, sementara pihak lain hanya membantu.
5.       Self Evaluatif
Modifikasi dilakukan secara terus-menerus dievaluasi dalam situasi yang ada dengan tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktek cara tertentu. Penelitian bertujuan memperbaiki praktik di lapangan. Untuk itu partisipanlah yang secara langsung menilai diri sendiri. Guru dan murid adalah tim (keculai penelitian dalam konteks proyek atau mahasiswa dan atau dosen yang meneliti di sekolah). Bila guru yang berisnisiatif meneliti, maka guru muridlah pihak yang menilai praktiknya sendiri.
6.      Upaya Sistematis Kesahihan Lemah
Meskipun berusaha secara sistematis, penelitian tindakan secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan dalam dan luarnya lemah. Tujuannya bersifat situasional dengan sampel yang terbatas dan tidak representatif. Penelitian tidak dapat memberikan kontrol pada ubahan-ubahan batas. Jadi temuan-temuannya walaupun berguna dalam dimensi praktis, tetapi tidak secara langsung memiliki andil dalam upaya pengembangan ilmu.
Ini harus disadari oleh partisipan. Penelitian partisipan partisipatori ini memiliki subjektivitas tinggi, karena menyusun instrumen sendiri, mengamati sendiri, menilai sendiri, memutusakan sendiri. Maka hanya kredibilitas guru profesional saja yang dapat melaksanakan penelitian tanpa kehadiran kolaborator.
7.      Honesty dan Fairly
Penelitian tindakaan yang dilakukan di kelas oleh guru sangat ditentukan oleh kejujuran terhadap dirinya. Dalam praktek nyata, guru sangatlah sulit meminta bantuan kepala sekolah, penilik, atau teman guru untuk menjadi pengamat kerena mereka memiliki pekerjaan yang tidak mungkin ditinggalkan. Murid adalah pihak partisipan yang paling memungkinkan, karena guru dan muridlah yang paling berkepentingan dalam peningkatan praktek ini. Untuk itu fairly guru menerima kritikan oleh siswa dan diri sendiri adalah kunci baik menemukan masalah, memilih alternatif pemecahan, dan pelaksanaan penelitian. Demikian pula ketika mengumpulkan data, kejujuran keduanya adalah faktor kunci. Keterbukaan dan kejujuran harus tertanam pada diri guru selaku peneliti!
Dari banyaknya uraian mengenai karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Muhammad Asrori (2008:9) sesungguhnya dapat dikemukakan beberapa karakteristik inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu :
1.      Masalah berasal dari guru
2.      Tujuan memperbaiki pembelajaran;
3.      Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian;
4.      Fokus penelitian merupakan kegiatan pembelajaran;
5.      Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Jika adanya tindakan-tindaka tertentu dalam penelitian tindaka kelas inilah yang juga menjadi karakteristik penting penelitian tindakan kelas. Maka yang paling penting untuk dipertegas disini adalah:”Tindakan seperti apakah yang dapat dikategorikan sebagai tindakan dalam penelitian tindakan kelas?” Menurut Suharsimi (2007) berdasarkan pengalamanya menilai karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru, ternyata masih banyak yang keliru dalam menafsirkan penelitian tindakan kelas. Pada sampul depan tertulis “Penelitian Tindakan Kelas”, tetapi pada bagian dalam ternyata hanya menguraikan proses pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya guru memang sudah melakukan sesuatu, tetapi sesungguhnya guru hanya melakukan proses pembelajaran seperti biasa.  Misalnya guru memberikan Lembar Kerja kepada siswa, atau guru memberika tugas untuk dikerjakan siswa diluar kelas, atau guru menugaskan siswa menghafalkan rumus untuk digunakan siswa di kelas. Tindakan-tindakan ini nsesungguhnya BUKAN merupakan tindakan yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas.
Suharsimi (2007) menegaskan bahwa prinsip dasar tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah “tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kegiatan siswa.
Berikut ini disajikan beberapa contoh kegiatan guru yang tidak mencerminkan adanya “tindakan” sebagaimana yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas :
1.      Guru merasa kesal karena setiap hari banyak siswa yang dating terlambat. Kedatangan siswa seperti ini tentu saja mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tindakan guru adalah memberikan peringatan bahwa bagi siswa yang terlambat tidak diizikan masuk kelas.
2.  Guru merasa tidak puas dengan perilaku siswanya yang ketika mengerjakan ulangan banyak yang menyontek. Guru membuat aturan agar sebelum ulangan semua buku catatan dikumpulkan kemeja guru setelah itu baru guru membagikan soal ulangan.
3.   Beberapa siswa tidak mengerjakan PR sehingga ketika guru membahas PR tersebut beberapa siswa tidak dapat mengikuti dengan aktif. Oleh karena itu guru memberikan surat kepada orang tua anak tersebut agar mengingatkan anaknya (Mohammad Asrori, 2008 : 11)
Ketiga contoh di atas tidak mencerminkan adanya tindakan karena guru tidak memberikan kegiatan kepada siswa sehingga mereka harus melakukan sesuatu. Pada contoh 1 guru hanya memberikan peringatan seperti biasanya. Peringatan sudah berulang-ulang diberikan, tetapi kejadian yang sama tetap saja muncul. Pada contoh kedua guru menyuruh siswa mengumpulkan catatan diatas meja guru. Memang dengan cara ini siswa tidak dapat mencontek karena catatannya ada diatas meja guru, tetapi ini bukan perintah kepada siswa untuk melakukan sesuatu untuk perbaikan dirinya. Pada contoh ketiga justru contoh yang tidak baik karena guru tidak mengatasi sendiri dengan tindakan, melainkan meminta bantuan orang tua siswa.
Ada tiga unsur yang senantiasa harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas, yairu:
1.      Pemberi tindakan, yaitu guru;
2.      Subjek tindakan, yaitu siswa;
3.      Tindakan yang berupa sesuatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa sebagai subjek tindakan dan tindakan itu menjadi pengarah  kepada siswa untuk melakukan perbaikan.
B.     Masalah Penting Yang Dapat Dijadikan Bahan Kajian Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan karakteristik penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan diatas, maka sejumlah masalah penting yang dapat dijadikan bahan kajian dalam penelitian tindakan kelas menurut Mohammmad Asrori (2007:12) yaitu :
1.  Masalah belajar siswa disekolah misalnya : rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya minat baca, kurangnya kemampuan siswa memahami teks, kurangnya menguasai konsep hitungan, rendahnya keaktifan belajar siswa dikelas dan sebagainya.
2.      Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar siswa.
3.  Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan mutu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran.
4.   Desain dan strategi pembelajaran dikelas, misalnya : inovasi dan implementasi model pembelajaran atau metode pembelajaran tertentu.
5.   Implementasi kurikulum, misalnya : pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
6.  Media, alat peraga, dan sumber belajar lainnya, misalnya penggunaan alat peraga tertentu untuk meningkatkan kegairahan belajar siswa, pemanfaatan perpustakaan oleh siswa, atau pemanfaatan sumber belajar diluar sekolah.
7.  Sistemp evaluasi proses dan hasil pembelajaran, misalnya: pengembangan alat evaluasi berbasis kompetensi; atau efektivitas penggunaan alat evaluasi tertentu.
Sumber :
1.      Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
2.      Suhardjono (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
3.      Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.
4.      Suharsimi Arikunto (2007).Penelitian Yindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
5.      http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/19/karakteristik-dan-tujuan-penelitian-tindakan-kelas-ptk-14/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar