Selasa, 18 September 2012

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Oleh : Aprudin, S.Pd.I

A.    Pembelajaran Kooperatif
      Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis menggabungkan interaksi antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif dirancang berdasarkan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial. Karena satu sama lain saling membutuhkan, maka harus ada interaksi antar sesama agar manusia yang berbeda terhindar dari kesalahpahaman antar sesamanya.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Lebih lanjut, belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang yang berhubungan dengan yang lain membangun pengertian serta pengetahuan bersama.
Menurut Nurhadi (2004:60) Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya.
Didalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri, agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan dan interaksi antar siswa akan lebih intensif. Interaksi yang intensif dapat dipastikan komunikasi antar siswa berjalan dengan lancar. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari hasil pemikiran satu kepala.
Melalui metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share ini, siswa akan lebih menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
1.      Saling ketrergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2.      Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat saling bertatap muka, melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
3.      Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.
4.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide , berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
5.      Proses kelompok
Siswa memprotes keefektifan belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak, serta membuat keputusan ataupun tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah (Nurhadi, 2004:61).
Sementara tahapan-tapan yang yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagaimana berikut :
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
Tahapan
Tingakah Laku Guru
I
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa

Guru menyampikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
II
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
III
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok
kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
IV
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
V
Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
VI
Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

 Menurut Rahayu Sri ( 1998:53) pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan,  kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain:
1.   Siswa bertanggung jawab atas proses belajarnya, terlibat secara aktif, dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi.
2.      Siswa mengembangkan keterampilan berfikir tinggi dan berfikir kritis
3.      Hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kooperatif ini adalah:
1.  Bagi guru, guru akan kesulitan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan heterogen dari segi prestasi akademis dan banyak menghabiskan waktu untuk diskusi
2.  Bagi siswa, siswa dengan kemampuan yang tinggi masih banyak yang belum terbiasa untuk menyampaikan atau memberi penjelasan kepada siswa lain sehingga sulit untuk dipahami. Dalam hal ini gurumenekankan pentingnya menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada siswa lain dalam satu kelompok guna menghidupkan suasana pembelajaran kooperatif.
  
      Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 model pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. STAD (Student Teams Achievement Divisisons), merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Model ini menekankan kerja sama antar sesama anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar, serta setiap minggu atau setiap dua minggu dilakukan evaluasi dan pemberian skor.
2.  JIGSAW, merupakan pembelajaan kooperatif yang terdiri dari kelompok pakar (expert group) dan kelompok awal (home teams), dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian akademik dari semua bahan akademik yang disodorkan guru.
3. GI (Group Investigation, merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topic maupun cara untuk pembelajaran secara investigasi. Metode ini menuntut para siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4.  Metode Struktural, model ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Model struktural dibedakan menjadi dua, antara lain:
a)   Think-Pair-Share, merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam model ini, antra lain : berfikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share).
b)  Numbered Head Together, model ini merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Terdapat 4 langkah dalam model ini, yaitu : penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban (Nurhadi, 2004 : 64).
           Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Adapun Ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah :
1.      Siswa belajar dalam kelompok, aktif mendengar, dan mengemukakan pendapat.
2.      Membuat keputusan secara bersama
3.      Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
4.      Jika didalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
5.      Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada kerja perorangan.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.

B.     Pengertian Metode Pembelajaran Think Pair Share
Think Pair Share adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman (Sa’dijah, Cholis, 2006:12).
Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
 Think Pair Share memiliki prosedur yang secara eksplisit untuk memberi siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.

C.     Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Think Pair Share
Tahapan demi tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan Think Pair Share, antara lain:
  1. Tahap satu, think (berpikir).
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban.
  1. Tahap dua, pair (berpasangan).
Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.
  1. Tahap 3, share (berbagi).
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda. Tabel pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Pembelajaran Think Pair Share
Tahapan
Guru
Siswa
1. Thinking

Guru memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir tentang pertanyaan atau masalah yang diberikan

Siswa berpikir sendiri untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau masalah yang diajukan

2. Pairing
Guru memberikan tanda kepada siswa untuk mulai berpasangan dengan siswa lain

Siswa mulai mencari pasangan untuk mendiskusikan dan mencapai kesepakatan atas jawaban pertanyaan yang diajukan guru
3. Sharing
Guru meminta pasanganpasangan
tersebut untuk
berbagi jawaban atas
pertanyaan atau
permasalahan yang
diajukan guru
Siswa berbagi jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang diajukan guru

D.    Alasan-Alasan Penggunaan Think Pair Share
Ada beberapa alasan mengapa TPS perlu digunakan, antara lain:
1)      TPS membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah ditentukan sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena harus melapor hasil pemikiranyya ke mitranya/temanya.
2)      TPS meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa.
3)      TPS meningkatkan lamanya ”Time On Task” dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas.
4)      Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya.

E.     Keunggulan-Keunggulan Think Pair Share
Keunggulan-Keunggulan Think Pair Share, antara lain:
1)      TPS mudah diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan.
2)      Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa.
3)      Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.
4)      Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.
5)      Siswa dapat belajar dari siswa lain.
6)      Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi
7)      atau menyampaikan idenya.

F.     Aplikasi Waktu Penggunaan Think Pair Share
Aplikasi waktu dalam menggunakan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share adalah:
1)   Dapat digunakan di awal pelajaran sebelum mempelajari suatu materi (untuk mengetahui pengetahuan awal siswa).
2)      Selama guru memperagakan, bereksperimen, atau menjelaskan.
3)      Setiap saat untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarakan.

Sumber :

  1.  Sa’dijah, Cholis. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang: Lembaga Penelitian UM
  2. Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi dan Belajar Siswa Kelas XII IPA SMAN I Gondangwetan Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.  
  3. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press  
  4. Rahayu Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan IPA. Chimera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar