Bila
kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu
1) prinsip, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran. Pengertian
untuk istilah-istilah itu sering dikacaukan. Apalagi terhadap tiga istilah, yaitu pendekatan, metode, dan teknik biasanya
terkacaukan (lihat Syafii 1994:15; Badudu 1996:17). Istilah pendekatan sering
dikacaukan dengan metode, misalnya kita sering mendengar orang mengemukakan
istilah pendekatan komunikatif disamping istilah metode komunikatif. Sering
pula pengertian metode dikacaukan dengan teknik, misalnya kita sering mendengar
orang menyebutkan istilah metode diskusi disamping istilah teknik diskuasi.
Agar
kita dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan baik,
seyogyanya kita menguasai pengertian-pengertian di atas dengan baik. Untuk itu,
pada bagian berikut istilah-istilah tersebut diupayakan dipaparkan secara rinci
satu per satu.
A. Prinsip Pembelajaran
1.
Pengertian Prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan
Freeman (1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the method. Prinsip
pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis
adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari
segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa
belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), 3) gurunya, dan 4) siswanya.
Dengan demikian, prinsip pembelajaran bahasa adalah kerangka teoretis,
petunjuk-petunjuk teoretis bagi penyusunan sebuah metode pembelajaran
bahasa dalam hal :
- pemilihan dan peyusunan bahan pembelajaran bahasa yang akan dibelajarkan;
- pengaturan proses belajar mengajarnya: bagaimana mengajarkan dan mempelajarinya, hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan, teknik, media, dan sebagainya;
- guru yang akan mengajarkannya, persyaratan yang harus dimiliki, serta aktivitas yang harus dilaksanakan;
- siswa yang mempelajarinya, berkenaan dengan aktivitasnya; dan
- Hal-hal lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar.
2. Sumber Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran bersumber pada
teori-teori yang berkembang pada bidang yang relevan. Prinsip pembelajaran
bahasa berarti bersumber pada teori-teori yang relevan dengan pembelajaran
bahasa, seperti: 1) teori belajar, 2) teori belajar bahasa, 3) teori bahasa,
dan 4) teori psikologi.
Teori Belajar
|
Teori Belajar Bahasa
|
Teori Bahasa
|
Teori Psikologi
|
Behaviorism
Piaget’s Development Theory
Vygotsky and Social Cognition
Constructivism
Neuroscience
Brain-Based Learning
Learning Styles
Multiple Inteligence
Right Brain/Left Brain Thinking
Communities of Practice
Control Theoty
Observational Learning
Problem-Based Learning
|
Teori behavioris
Teori mentalis
|
Teori tradisional
Teori struktural
Teori transformasi
Teori tagmemik
Teori fungsional
Teori relasional
|
Behaviorisme
Kognitif
|
Catatan:
Teori
belajar di atas dikutip dari Syamsudin (1999) ”Teori Belajar dalam Buku Teks”
dalam Bahan Pelatihan Penulisan Buku Teks tanggal 22 Nopember – 24 Desember
1999 yang diselenggarakan atas Kerja sama SEAMEO-RECSAM-DEPDIKNAS di
Universitas Negeri Semarang. Dari ke-13 teori belajar di atas, yang terpenting
untuk dipahami adalah teori 1) Behaviorism, 2) Piaget’s Development Theory, 3)
Vygotsky and Social Cognition, 4) Contructivism, 5) Multiple Intelligence, dan
6) Problem-Based Learning karena teori-teori tersebut merupakan dasar dari
perkembangan teori belajar lainnya.
3. Fungsi Prinsip Pembelajaran
Istilah
fungsi berasal dari bahasa Inggris function
yang memiliki banyak arti di antaranya: jabatan,
kedudukan, kegiatan, dan sebagainya. Fungsi atau peran adalah
jabatan, kedudukan, atau kegiatam. Jadi, prinsip pembelajaran bahasa berfungsi
sebagai kerangka teori dan pedoman pelaksanaan bagi komponen-komponen
pengajaran bahasa. Sebagai pedoman/kerangka teori, setiap butir prinsip
pengajaran bahasa memberikan arah yang
harus ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran.
4. Macam-macam Prinsip
Pembelajaran
Prinsip
pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) prinsip umum dan 2)
prinsip khusus (lihat Supani, dkk. 1997/1998).
a. Prinsip umum, yaitu prinsip pembelajaran
yang dapat diberlakukan/berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu
sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di antaranya
sebagai berikut.
- Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.
- Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.
- Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.
- Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.
b. Prinsip khusus, yaitu prinsip-prinsip
pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti
pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip
khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya
sebagai berikut.
- Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa, yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. Jadi, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.
- Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas. Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
- Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
- Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.
B. Pendekatan Pembelajaran
1.
Pengertian Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di
anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara
memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai
pembelajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu
kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan
titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu
filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi,
pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran
teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam
memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang
berkaitan.
2. Fungsi Pendekatan
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai
pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan
digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode
suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di samping itu,
tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai
contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS.
Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif
melahirkar metode komuniatif.
Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang
relevan, pendekatan lahir dari asumsi
terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran
bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar,
asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang
dimaksud dengan mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul
pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi
terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama
adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.
3. Perbedaan Prinsip dan
Pendekatan
Supaya tidak salah pengertian antara prinsip pengajaran
dengan pendekatan pengajaran, berikut ini disajikan beberapa perbedaan penting
antara keduanya.
Prinsip
|
Pendekatan
|
Lahir dari teori-teori
|
Lahir dari asumsi-asumsi
|
Berperan sebagai kerangka teori metode pembelajaran.
|
Berperan sebagai ancangan atau pedoman langsung metode pembelajaran.
|
Memberi pedoman kepada metode pem-belajaran dalam banyak hal, seperti bahan, siswa, guru,
proses belajar mengajar.
|
Memberi pedoman kepada metode pem-belajaran terutama dalam hal proses
belajar mengajar.
|
Hubungannya dengan metode (penyusunan metode bersifat tak lagsung dalam
bentuk saran).
|
Hubungannya dengan penyusunan metode bersifat langsung dan menentukan
wujud metode. Metode lahir dari pendekatan.
|
4. Macam Pendekatan
Pendekatan, seperti halnya prinsip, dibedakan
menjadi 2, yaitu pendekatan umum dan pendekatan husus.
a. Pendekatan
Umum yaitu
pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program.
Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
- Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
- Pendekatan Keterampilan Proses. Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).
- Pendekatan Spiral . Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
- Pendekatan Tujuan . Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.
b. Pendekatan khusus, yaitu
pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus
pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah
digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
- pendekatan komunikatif,
- pendekatan struktural,
- pendekatan Iisan (ora!),
- pendekatan langsung,
- pendekatan tak langsung,
- pendekatan alamiah.
C.
Strategi Pembelajaran
Istilah
strategi berasal dari Yunani strategia
’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai
suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur
posisi atau siasat berperang angkatan
darat atau laut. Strategi dapat
diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal
ikhwal (Hidayat 2000:1).
Antony
(dalam Hidayat 2000: 1) menyatakan bahwa strategi adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Secara umum strategi diartikan suatu
cara, teknik, taktik, atau siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pringgowidagda 2002: 88).
Dick
dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu
strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan
pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan
tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey
menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu: a) kegiatan
prapembelajaran, b) penyajian informasi, c) partisipasi siswa, d) tes, dan e)
tindak lanjut. Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi
pembelajaran.
Berkaitan
dengan strategi ini, ada kesepakatan beberapa ahli. Mereka menyatakan bahwa
strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola
kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara
sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara
efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat ini, konsep strategi mencakupi
empat pengertian sebagai berikut
(Suparman 1993:156).
- Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
- Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.
- Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
- Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan
isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Berikut ini akan dijelaskan empat komponen
utama strategi pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pembelajaran, metode, media,
dan waktu.
Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa
komponen, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. Pendahuluan terdiri atas
tiga langkah, yaitu a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran, b)
penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi),
dan c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran. Penyajian terdiri atas tiga
langkah, yaitu a) uraian, b) contoh, dan c) latihan. Penutup terdiri atas dua
langkah, yaitu a) tes formatif dan umpan balik dan b) tindak lanjut. Bila
dibagankan urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
No.
|
Komponen
|
Langkah Kegiatan
|
1
|
Pendahuluan
|
a. Penjelasan singkat tentang isi
pembelajaran
b.Penjelasan relevansi isi pelajaran baru
dengan pengalaman siswa (appersepsi)
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran
|
2
|
Penyajian
|
a. Uraian
b. Contoh
c. Latihan
|
3
|
Penutup
|
a. Tes formatif dan umpan balik
b. Tindak lanjut
|
Metode pembelajaran terdiri atas berbagai macam metode yang
digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Setap langkah
itu mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa
langkah menggunakan metode yang sama.
Media pembelajaran berupa media cetak dan
atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan
pembelajaran. Seperti halnya penggunaan metode pembelajaran, ada kemungkinan
beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan pada
beberapa langkah.
Berikut ini dibagankan hubungan keempat
komponen yang membentuk strategi pembelajaran Suparman 1993:159).
Urutan Kegiatan Pembelajaran
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
Deskripsi singkat
|
|||
Relevansi
|
||||
TIK
|
||||
Penyajian
|
Uraian
|
|||
Contoh
|
||||
Latihan
|
||||
Penutup
|
Tes formatif
|
|||
Umpan balik
|
||||
Tindak lanjut
|
Karena itu, dalam pemilihan strategi
pembelajaran ada dua pertanyaan yang harus diperhatikan. Pertama, seberapa jauh
strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori
pembelajaran yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif
dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?
D.
Metode
Pembelajaran
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu,
metode diartikan cara melakukan sesuatu.
Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk
mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan
urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan,
sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma.
Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana
mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa
setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau
komponen metode itu. Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila
digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut.
Tahap
|
Kegiatan
|
I. Persiapan
|
Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedo-man kepada
kurikulum.
|
Gradasi (penyusunan bahan, tujuan, dan seba-gainya
sehingga menjadi rencana pembelajaran (RPP).
|
|
II. Pelaksanaan
|
Presentasi awal (penyajian atau pengenalan bahan kepada siswa)
|
Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).
|
|
III. Penilaian
|
Penilaian formatif (proses pembelajaran)
|
Penilaian sumatif sudah di luar metode
|
Jadi, secara keseluruhan metode pengajaran itu mencakup
tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan (preparasi),
pelaksanaan (presentasi), dan penilaian
(evaluasi). Setiap tahap diisi pula
oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari bagan di atas terlihat
bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan
guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya,
mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan,
dan peyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan
pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran
dapat dikatan sebagai cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal
sampai akhir yang terdiri atas lima kegiatan pokok. Kegiatan-kegiatan tersebut
sebagai berikut:
- pemilihan bahan,
- penyusunan bahan,
- penyajian,
- pemantapan, dan
- penilaian formatif.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua
metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan dan
prinsip-prinsip yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan,
sangat menentukan corak sebuah metode pengajaran. Metode disusun (dilaksanakan
tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut.
Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan
metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengajian, pemantapan,
dan juga penilaian. Karena itu, tidak heran bila nama-nama metode pengajaran
bahasa banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya
metode komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal
dari pendekatan SAS.
Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran
juga terbagi atas dua bagian, yaitu metode umum dan metode khusus.
a. Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)
Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua
bidang studi/mata pelajaran, milik bersama semua bidang studi. Contoh metode
umum ini antara lain:
a.
metode
ceramah,
b.
metode
tanya jawab,
c.
metode
diskusi,
d. metode ramu pendapat,
e. metode demonstrasi,
f. metode penemuan,
g.
metode
inkuiri,
h. metode
pemberian tugas dan resitasi, dan
i. metode
latihan.
b. Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran Bidang Studi Tertentu)
Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang
studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat
ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya.
Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula.
Metode khusus pembelajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:
a.
metode
pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan
b.
metode
pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Di antara
kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah
yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa
kedua dalam hal ini mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya
yang dipelajari oleh seseorang.
Bahasa
Indonesia bagi kebanyakan orang Indonesia adalah bahasa kedua. Hal itu karena
sewaktu kecil mereka telah beroleh bahasa ibu, dalam hal ini bahasa ibu. Contoh
metode-metode pengajaran bahasa kedua yang pernah populer adalah
a.
metode
tata bahasa terjemahan,
b.
metode
langsung,
c.
metode
eklektik,
d.
metode
audiolingual,
e. metode
SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan
f. metode
komunikatif.
- Teknik Pembelajaran
Bila Anda hanya mengenal pendekatan dan metode saja
sebenarnya Anda baru mengetaui
penyampaian pelajaran secara teoretis (Hidayat dkk. 2000: 60). Karena ada suatu
alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pelajaran
itu, yaitu teknik.
Teknik artinya cara, yaitu cara mengerjakan atau
melaksanakan sesuatu. Jadi, teknik pengajaran atau mengajar adalah daya upaya,
usaha-usaha, cara-cara yang digunakan guru untuk melaksanakan pengajaran atau
mengajar di kelas pada waktu tatap muka dalam rangka menyajikan dan memantapkan
bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (TIK/TPK pada kurikulum
sebelum 2004, indikator setelah kurikulum 2004) saat itu.
Karena itu, teknik bersifat implementasional (pelaksanaan)
dan terjadinya pada tahap pelaksanaan pengajaran (penyajian dan pemantapan).
Kalau kita perhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, maka yang tampak pada
kegiatan guru - murid itu adalah teknik mengajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik
pembelajaran adalah siasat atau cara yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk dapat memperoleh hasil yang
optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan
metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan
menjadi dasar penentuan metode, dari metode
dapat ditentukan teknik. Karena itu, teknik yang digunakan guru dapat
bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran
yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor.
Karena itu, teknik pembelajaran yang digunakan guru
tergantung pada kemmapuan guru itu mencarai akal atau siasat agar proses belajar
mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penentuan teknik
pembelajaran di antaranya 1) situasi kelas, 2) lingkungan, 3) kondisi siswa,
sifat-sifat siswa, dan kondisi yang lain.
Dalam percakapan sehari-hari kata metode dan taknik ini
diartikan sama, yaitu cara. Dengan demikian, guru sering mencampuradukkan
antara metode pengajaran dan teknik mengajar. Kalau teknik mengajar disebut
metode mengajar masih bisa diterima karena metode mencakup teknik. Sebaliknya,
kalau sebuah metode pengajaran disebut teknik pengajaran jelas tidak tepat sama
sekali.
Agar lebih jelas, ada baiknya kita perbandingkan metode
dan teknik ini dengan menampilkan perbedaannya sebagai berikut.
No.
|
Metode
|
Teknik
|
1
|
Mencakup semua tahap dalam proses belajar mengajar.
|
Hanya tertuju kepada satu tahap proses belajar
mengajar, yaitu pada tahap pelaksanaan.
|
2
|
Bersifat prosedural (menggam-barkan prosedur langkag-lang-kah menyeluruh proses belajar
mengajar).
|
Bersifat implementasional (meng-gambarkan pelaksanaan
pengajaran di kelas).
|
3
|
Tidak tampak, tidak bisa dide-teksi dengan jelas dengan
melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
|
Tampak pada saat melihat guru yang sedang mengajar di
kelas.
|
4
|
Ditunjukkan untuk mencapai tujuan umum pengajaran (TIU/
TPU pada kurikulum sebelum 2004, KD pada kurikulum setelah 2004).
|
Ditujukan untuk mencapai tujuan khusus (TIK/TPK pada
kurikulum sebelum 2004, indikator untuk kurikulum setelah 2004) suatu
pertemuan.
|
5
|
Jumlahnya hanya satu (satu metode khusus) untuk satu
bidang studi dalam satu program.
|
Jumlahnya sangat banyak untuk setiap pengajaran bidang
studi dalam suatu program.
|
6
|
Metode pengajaran (metode khusus) ditetapkan oleh kur-ikulum,
guru tinggal mengi-kutinya.
|
Guru bebas memilih teknik asal cocok dan dapat mencapai
tujuan pengajaran bahan yang sedang diajarkannya.
|
Seperti halanya prinsip, pendekatan,
dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum
dan teknik khusus.
1. Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk
semua bidang studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut.
a. teknik ceramah
b. teknik tanya jawab
c. teknik diskusi
d. teknik ramu
pendapat
e. teknik pemberian
tugas
f. teknik latihan
g. teknik inkuiri
h. teknik
demonstrasi
i. teknik
simulasi.
Nama-nama
teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu
berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai
metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan,
metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik
ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau
kegiatan belajar mengajar.
b. Teknik
Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau
memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik
khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini
karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang keci!. Sebagai
contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran
membaca, teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran
menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata.
Pembelajaran membaca terbagi pula atas teknik pembelajaran membaca permulaan
dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak
macam. Begitulah, teknik khusus itu banyak sekali macamnya karena teknik khusus
itu berhubungan dengan rincian bahan pembelajaran.
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru
bahasa Indonesia, hanya menggunakan satu metode, katakanlah metode khusus pembelajaran
bahasa (yang ditunjang sejum!ah pendekatan dan prinsip), tetapi menggunakan
sejumlah teknik, baik umum maupun khusus. Teknik ini setiap saat divariasikan.
F.
Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah
model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan
kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan
pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk
menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, media
(film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai
kursus untuk belajar).
Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (1992) “Earch model guides us as we design
instruction to helf students achieve various objectis” . Artinya, setiap model mengarahkan kita dalam
merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran. Sejalan dengan Joyce, Joyce dan Weil (1992:1) menyatakan “Models of teaching are really models of
learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of
thinking and means of expessing themselves, we are also teaching them how to
learn”. Artinya, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa
mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga mengajarkan
bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan pengelolaan kelas (Kardi dan Nur
2000:8). Hal ini sejalan dengan pendapat Arend (1997) “The term teaching model
refers to a particular aproach to instruction that includes its goals, sintax,
enviroment, and management system”. Artinya, model pembelajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah-langkahnya
(syntax), lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.
Arend
(1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting. Pertama,
istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi,
metode, dan teknik. Kedua, model
dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan
tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak.
Atas dasar
pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai berikut. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik
(teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai
tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran
adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan
baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang lagis.
2. Fungsi Model
Pembelajaran
Fungsi
model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan
model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan
(kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat
kemampuan peserta didik.
3. Ciri Model
Pembelajaran
Model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau
rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai
empat ciri khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang
disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai), (c) tingkah laku
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d)
lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
(Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).
Suatu model pembelajaran
akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik,
dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran
(kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.
4. Macam Model Pembelajaran
Model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaknya
(langkah-langkahnya), dan sifat lingkungan belajarnya. Arends (1997)
menyebutkan enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru
dalam pembelajaran, yaitu: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas.
Ada banyak model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam implementasi pembelajaran di antaranya sebagai
berikut (lihat Karli dan Yuliariatiningsih 2002).
(a)
model
pembelajaran kontekstual (CTL),
(b)
model
pembelajaran berdasarkan masalah,
(c)
model
pembelajaran konstruktivisme,
(d)
model
dengan pendekatan lingkungan,
(e)
model pengajaran langsung,
(f)
model pembelajarn terpadu, dan
(g)
model pembelajaran interaktif.
5. Cara Memilih Model Pembelajaran
Dalam
pembelajarkan suatu materi (tujuan/kompetensi) tertentu, tidak ada satu model
pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Artinya, setiap
model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat
dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus
mempertimbangkan antara lain materi
pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan
belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara itu, tujuan
(kompetensi) pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Hal itu sejalan
dengan pemikiran Arends (1997:7) yaitu model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahapkegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
engelolaan kelas. Hal itu dengan harapan bahwa setiap model pembelajaran
dapat mengarahkan kita mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan
model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh 1) sifat dari materi yang akan
diajarkan, 2) tujuan akan dicapai dalam pengajaran, 3) tingkat kemampuan
peserta didik, 4) jam pelajaran (waktu pelajaran), 5) lingkungan belajar, dan 6) fasilitas penunjang
yang tersedia.
Kualitas
model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek
proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir
kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai
tujuan (kompetensi), yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar
kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat
hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
Karena
itu, setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
berbeda. Setiap model memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang
fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem saraf
(penerimaan/proses berpikir) banyak konsep dan informasi-informasi dari teks
buku bacaan materi ajar siswa, di samping banyak kegiatan pengamatan
gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan
proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto 2007:
5-6).
Berikut ini diberikan contoh model
pembelajaran yang mengaitkan antara tema, subtema, pembelajaran menjadi unit
kegiatan pembelajaran yang terpadu dan berkesinambungan.
Daftar Bacaan
Arends,
R. 1997. Classroom Instruction Management.
New York: The Mc Graw-Hill Company.
Badudu,
J.S. 1996. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka.
Hastuti, Sri. 1996/1997. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III.
Hidayat, Kosadi, dkk. 2000. Seri Pengajaran Bahasa Indonesia I: Strategi
Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Tanpa Kota: Putra Abardin.
Karli, Hilda dan Yuliariatiningsih,
Margaretha Sri. 2002. Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi: Model-model Pembelajaran.
Sapani, H. Suardi, dkk. 1997/1998. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III
Suparman, Atwi. 1993. Desain Intruksional. Jakarta: PAU untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti.
Syafi’i, Imam. 1994. Terampil Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Bahasa Indonesia Sekolah
Menengah Umum Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Syamsudin, Hifna. 1999. ”Teori Belajar
dalam Buku Teks”, Bahan Pelatihan Penulisan Buku Teks yang diselenggarakan atas
Kerjasama SEAMEO-RECSAM-DEPDIKNAS di Universitas Negeri Semarang tanggal 22
Nopember – 24 Desember 1999.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar