Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan
bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang
sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut
Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005),
model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi
mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat
tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan
pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi,
pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat
(memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking)
dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery
learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif,
serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya
pengetahuan siswa (Setiawan, 2005).
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama
sekali baru bagi guru. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000),
semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan
dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan
pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan
serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja
sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif
adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Menurut
Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1. Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Masih
menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut
- Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
- Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
- Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi
dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling
belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah
dalam model pembelajaran kooperatif.
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
Langkah
1
|
Menyampaikan
tujuan
dan
memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran
dan
mengkomunikasikan
kompetensi
dasar yang
akan dicapai serta
memotivasi
siswa.
|
Langkah
2
|
Menyajikan
informasi.
|
Guru
menyajikan informasi kepada
siswa.
|
Langkah
3
|
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar.
|
Guru
menginformasikan
pengelompokan
siswa.
|
Langkah
4
|
Membimbing
kelompok
belajar
|
Guru
memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa
dalam kelompokkelompok
belajar.
|
Langkah
5
|
Evaluasi.
Guru
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar
tentang materi
pembelajaran yang
telah
dilaksanakan.
|
Langkah
6
|
Memberikan
penghargaan.
|
Guru memberi
penghargaan hasil
belajar
individual dan kelompok.
|
B. Beberapa
Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa
tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara
lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990) dalam Rachmadi (2006)
sebagai berikut.
1.
Pembelajaran
kooperatif Tipe Jigsaw.
Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk.
Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut.
a. Guru
membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 - 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari
salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok
ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam
kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke
kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi
gergaji). Contoh pembentukan kelompok jigsaw sebagai berikut.
Misal
suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang akan dicapai
sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan
8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan
kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam
diskusi di kelompok ahli serta setiap siswa menyampaikan apa yang telah
diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi
kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
b. Setelah
siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
c. Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya (terkini).
e. Materi
sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran
f. Perlu
diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru
maka
perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh
Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam
penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan NHT:
a. Guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau awal.
c. Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa,
setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d. Guru
mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e. Guru
mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor(nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru
merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru
memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual
h. Guru
memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya(terkini).
3. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru
memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan
diperoleh skor awal.
c. Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
d. Bahan
materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk
penguatan pemahaman materi (Slavin, 1995).
e. Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru
memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru
memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
4. Pembelajaran
kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelarated
Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan
oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah,
ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan
oleh guru. Hasil belajar individual
dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pmbelajaran kooperatif tipe TAI
sebagai berikut.
a.Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c. Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah)
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
kesetaraan jender.
d. Hasil
belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru
memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru
memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
C. Pembentukan dan Penghargaan Kelompok
Salah
satu cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik seperti berikut:
Menurut
Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah
siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada
kelompok dijelaskan sebagai berikut.
Langkah
– langkah memberi penghargaan kelompok:
1. Menentukan
nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai
tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan
nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok,
misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada
setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.
3. Menentukan
nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih
nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan
kriteria berikut ini.
Kriteria
|
Nilai
Peringkat
|
Nilai kuis/tes
terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal
|
5
|
Nilai kuis/tes
terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal
|
10
|
Nilai kuis/tes
terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal
|
20
|
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10
di atas nilai awal
|
30
|
Penghargaan
kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh
masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan
sempurna
Kriteria untuk status
kelompok
Cukup,
bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan
kelompok < 15).
Baik,
bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 < Rata-rata
nilai peningkatan kelompok < 20)
Sangat
baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara
20 dan 25 (20 < Rata-rata nilai
peningkatan kelompok < 25)
Sempurna,
bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata
nilai peningkatan kelompok > 25)
- Nur dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS
- Slavin, Robert E. (1995). Cooperative learning. Theory, Research and Practice, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
- Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
- Sri Wardhani. (2005). Pembelajaran Matematika Kontekstual. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematik
- Widyantini, M.Si.(2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif. Bahan Ajar pada Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar