Model pembelajaran quantum merupakan
terobosan baru dalam pendekatan belajar. Pendekatan belajar ini dipelopori oleh
Bobbi de Porter yang dengan slogan populernya“joyfull-learning”. Belajar adalah
sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Quantum Learning juga
merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan
merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum
digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran
akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah
dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas
Manfaat quantum
learning ini antara lain :
- Sikap positif
- Motivasi
- Ketrampilan belajar seumur hidup
- Kepercayaan diri
- Sukses.
Quantum
Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanos, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan apa yang disebut “suggestology”
atau “suggestopedia”. Prinsipnya
adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negative. Beberapa
teknik yang digunakannya untuk memberukan sugeti positif adalah mendudukkan
murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan
partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatif baik dalam seni
pengajaran sugestif (Bobi de Porter & Mike Hernacki, 2001).
Istilah
lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology
adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar
didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi dengan kegembiraan”. Cara
ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan:
hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran, dan kesehatan
emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman
belajar yang efektif.
Quantm
Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neorolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini
meneliti hubunganantara bahasa dan perilaku daan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan
pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk
meningkatkan tindakan-tindakan positif –
faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini
dapat pula menunjukkan dan menciptan gaya
belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan” dari saat-saat
keberhasilan yang meyakinkan.
Quantum
Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisikan
kuantum adalah Massa
kali kecepatan cahaya kudrat sama dengan Energi. Mungkin kita sudah pernah
melihat persamaan ini ditulis sebagai E = mc2. Tubuh kita secara fisik adalah
materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan, inspirasiagar menghasilkan energi cahaya.
Quantum
Learning menggabungkan suggestoli, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan
teori, keyakinan, dan metode tersendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1.
Teori otak kanan
2.
Teori otak triune (3 in 1)
3.
Pilihan modalitas (visual, auditorial, daan kinetetik)
4.
Teori kecerdasan ganda
5.
Pendidikan holistic (menyeluruh)
6.
Belajar berdasarkan pengalaman
7.
Belajar dengan symbol (Methaporic learning)
8.
Simulasi/ permainan.
Untuk
menjadi pelajar Quantum, harus mempunyai kemampuan mengolah informasi dengan
dua cara: dengan mengasimilasikan potongan-potongan materi sekaligus; dengan
mengembangkan pemahaman tentang satuan-satuan kecil untuk mengethaui bagaimana
satuan-satuan itu beroperasi dalam skala besar dalam kaitaannya dengan
factor-faktor lainnya. Biasanya orang merasa lebih mudah belajar dengan satu
atau lain cara (inilah fungsi belajar), tetapi adalah penting untuk mampu
melakukan kedua-duanya.
Kemampuan
untuk menikmati belajar dan belajar dengan gembira akan membawa kita pada berbagai kegairahan wilayah
minat-minat baru. Dalam setiap wilayah, kita akan menemukan begitu banyak
kesempatan untuk ditelusuri, sehingga kita akan sibuk selamanya, belajar
selamanya, dan terangsang selamanya dengan kerumitan-kerumitan dunia ini.
Sebagai bonus terhadap hal ini, maka hidup kita akan semakin bernilai bagi
orang-orang lain sesame kita.
Beberapa
hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut.
Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan
bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh
Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang
memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global
Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang
anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik,
dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas
stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan
telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini
menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan
untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan
dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan
dan tepukan.”
Berdasarkan
penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja,
dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan
linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal,
interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor
sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif
(melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih
tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).
Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses
berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional),
misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang
bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan
detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang
bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses
pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan
emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu
benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan
warna, kreatifitas dan visualisasi.
Kemampuan
belajar ditentukan oleh banyaknya interaksi dia antara neuron-neuron dalam
otak. Semakin banyak rangsangan mental yang diterima, maka semakin banyak pula
cabang yag timbul dalam neuron, yang meningkatkan kemungkinan hubungan anatara
neuron-neuron. Karena itu, sangat penting mengekspos diri kita terus menerus
pada rangasangan-rangsangan baru yang berbeda. Penyingkapan terhadap berbagai
jenis aktivitas dan informasi juga penting utnuk menyeimbangkan kemampuan otak
kanan dan otak kiri.
Penyingkapan
semacam ini adalah salah satu bentuk belajar
aktif, yang berarti memikul tanggung jawab bagi pendidikan dan kehidupan
dengan secara aktif mencari pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan. Belajar
aktif juga berarti secara aktif mencari motivasi yang diperlukan.
Kadang-kadang, kita harus selalu termotivasi dengan menciptakan minat pada
suatu masalah, dengan mengikatkan masalah tersebut pada kehidupan kita
sehari-hari.
Salah
satu cara menciptakan motivasi adalah dengan mengatakan pada diri kita “Inilah
Saatnya”. Cara kita berbicara dengan diri sendiri adalah yang paling penting,
jadikan pesan-pesan itu positif. Hal-hal negatif menguras energi sedangkan hal-hal
positif menjadi pendorong.
Apabila
kita dapat melaksanakan tugas yang paling sulit atau situasi yang tak tertahankan
dan mencurahkan 100% perhatian, maka kita akan mudah menjadi penguasa dari
“Inilah Saatnya”. Inilah salah satu resep untuk dapat menjadi pelajar Quantum. Kemampuan
untuk menggunakan ketrampilan belajar harus diperkuat dengan sikap positif akan
membawa pada pengalaman belajar yang mengajarjarkan bagaimana cara mencapai
tujuan tertentu. “Kegagalan = umpan balik”.
Semua
itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi
positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini
bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong
emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan,
lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari
proses inilah, Quantum Learning menciptakan konsep motivasi,
langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep
belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap
situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan
agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan
dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya
potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”
Dalam
kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata
pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada
upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset
penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam
lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan
mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan
lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja
dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan
desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam
menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan
orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran
umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan
perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja,
kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah
menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai
mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar
dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak
bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan
makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang
belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan
kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang
diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir
mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari
informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif
dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat
pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu,
berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan
datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif
di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai
sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa
kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam
dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro.
Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru.
Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan
merasa dihargai” dari siswa.
Untuk informasi lain mengenai Quantum Learning Klik Disni!
Sumber:
Bobbi de Porter & Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Penerjemah: Alwiyah Abdurrahman.
Bandung: Penerbit Kaifa.
Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan
Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life
skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. www.depdiknas.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar