1. PENGERTIAN
EVALUASI
Indien~Secara harfiah,
kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation; dalam bahasa Arab
berarti al-taqdîr (التقدير);
dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value; dalam
bahasa Arab berarti al-qîmah (القيمة);
dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian, secara harfiah evaluasi
pendidikan adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. (Sudijono, 2007: 1)
Adapun dari
segi istilah, terdapat berbagai definisi yang diungkap oleh para ahli. Di
antaranya adalah seperti yang dikatakan Anas Sudijono, yang mengutip Edwind
Wandt dan Gerald W. Brown mengatakan evaluation refer to the act or process to
determining the value of something (evaluasi menunjukkan kepada atau mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu). (Sudijono, 2007: 1)
Sedangkan menurut
Rusman, dia mengutip berbagai definisi tentang evaluasi sebagai berikut:
Gronlund mengatakan bahwa proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan
interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan pembelajaran. Hopkins dan Antes mengatakan evaluasi adalah
pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi
siswa, guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui
tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan
ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektifitas program. MacDonald
berpendapat bahwa evaluation is the
process of conceiving, obtaining and communicating information for guidance of
educational decision making with regard to a specified programme (evaluasi
adalah proses memahami, memperoleh dan memberitahukan informasi untuk bimbingan
pendidikan dengan membuat keputusan untuk sebuah program yang telah
ditetapkan).
Menurut
Morrison, evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat
kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. (Rusman, 2009: 93)
Dari berbagai definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan
adalah sebagai berikut:
1.
Proses
atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2.
Usaha
untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
2. MACAM-MACAM
EVALUASI
Klasifikasi
atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat beragam. Sangat
beragamnya ini disebabkan karena sudut pandang yang saling berbeda dalam
melakukan kalsifikasi tersebut. Dalam hal ini, klasifikasi tentang evaluasi
yang akan penulis jelaskan adalah evaluasi formatif, sumatif dan diagnosti
1. EVALUASI FORMATIF
Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu
pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu
proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama
proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh
informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer
menyatakan formative evaluation is a
judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing
stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness
and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh
siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.
Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over
period of time.
Dengan kata
lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh
gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil
untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari
evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan
remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami
kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang
telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang
memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan
yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
Untuk membahas
evaluasi formatif ini, seperti yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam bukunya
“Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175) perlu meninjau
dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi
ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah
untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
b.
Manfaat
Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada
beberapa manfaat yang dingkap oleh Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa,
guru dan program sekolah yang penjabarannya sebagai berikut:
Manfaat bagi siswa:
1.
Digunakan
untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh
atau belum
2.
Merupakan
penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat
3.
Untuk
perbaikan belajar siswa
4.
Sebagai
diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
Manfaat
bagi guru:
1.
Mengetahui
sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa
2.
Mengetahui
bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa
Manfaat bagi program
sekolah:
1.
Apakah
program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak
2.
Apakah program tersebut membutuhkan
pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
3.
Apakah
diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai atau tidak
4.
Apakah
metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak
(Arikunto, 1996: 34-36)
c.
Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan
evaluasi formatif, maka evaluasi ini dilakukan untuk menilai hasil belajar
jangka pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran
yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya
mungkin jika dilakukan secara sistematis dan bertahap.
d.
Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Aspek tingkah laku yang dinilai dari
evaluasi formatif ini cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan
psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan khusus pelajaran. Untuk
menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif
tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan
periode pengajaran yang cukup panjang.
e.
Cara
Menyusun Soal
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif,
maka evaluasi ini harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar
mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus
dibuat secara langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam
bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan
daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.
f.
Pendekatan
Evaluasi Yang Digunakan
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif,
maka sasaran penilaian adalah kecakapan nyata setiap peserta didik. Oleh karena
itu, pendekatan dalam penilaian evaluasi formatif adalah penilaian yang
bersumber pada kriteria mutlak.
g.
Cara
Pengolahan Hasil Evaluasi
Ada beberapa cara pengolahan hasil
evaluasi formatif. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Menghitung presentase peserta didik yang gagal
dalam setiap soal. Dengan melihat hasil presentase ini, guru akan dapat
mengetahui sejauh mana tujuan khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan
soal telah dicapai atau dikuasai oleh kelas.
2.
Menghitung
presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Dengan kata lain,
berapa persen kah dari bahan yang telah disajikan itu dikuasai kelas. Cara
pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan, apakah keterangan apakah
kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan telah tercapai.
3.
Menghitung
presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta didik dalam tes
secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini, guru akan dapat mengetahui
sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta didik atas bahan yang telah
diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat keberhasilan setiap peserta
didik atas unit pengajaran yang telah diajarkan ditinjau dari sudut kriteria
keberhasilan belajar yang diharapkan atau yang telah ditetapkan.
h.
Penggunaan
Hasil Evaluasi
Hasil pengolahan evaluasi formatif
sebagaimana disebutkan di atas, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut:
1.
Atas
dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Guru dapat
mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu
dibicarakan lagi secara umum atau tidak.
2.
Atas
dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan, guru
dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar. Jika angka
itu belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka guru akan mencari
sebabnya dan kemudian ia akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu
diadakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien dan efektif
sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
3.
Dengan
mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta didik dalam tes
secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada
setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang dapat dijadikan sebagai
dasar pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan atau pelayanan
khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani dan Ahmadi,
1991: 173
2. EVALUASI
SUMATIF
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari
satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik
telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan
evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran
tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam
satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Adapun tujuan utama dari evaluasi
sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan
peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu
tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Berikut ini beberapa hal yang berhubungan dengan
evaluasi sumatif yang terdapat dalam buku karangan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi yang
berjudul “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179), sebagai
berikut:
a.
Fungsi
Evaluasi Sumatif
Fungsi evaluasi sumatif ini adalah
untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik.
b.
Manfaat
Evaluasi Sumatif
Berikut ini merupakan beberapa manfaat
yang didapat dari evaluasi sumatif
1.
Untuk
menentukan nilai
2.
Untuk
menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam menerima
program berikutnya
3.
Untuk
mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996: 36)
c.
Waktu
Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka
evaluasi sumatif ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka panjang dari
suatu proses belajar mengajar seperti pada akhir program pengajaran.
d.
Aspek
Tingkah Laku Yang Dinilai
Karena evaluasi sumatif merupakan untuk
menilai hasil jangka panjang, maka aspek tingkah laku yang dinilai harus
meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif
(sikap dan nilai).
e.
Cara
Menyusun Soal
Penilaian sumatif ini merupakan
evaluasi yang dilakukan pada akhir program pengajaran. Ini berarti bahan
pengajaran yang menjadi sasaran penilaian cukup luas dan banyak. Oleh karena
itu, tidak efisien jika soal-soalnya disusun atas dasar tujuan khusus
pengajaran (TKP) seperti pada evaluasi formatif. Akan tetapi penyusunan
soal-soalnya harus didasarkan pada tujuan umum pengajaran (TUP) yang ada di
dalam program pengajaran tersebut.
Selanjutnya, karena tujuan evaluasi
sumatif itu untuk menentukan angka kemajuan setiap peserta didik yang di
antaranya untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya, maka masalah
tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun
sedemikian rupa sehingga mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya
perbandingannya sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak
demikian. Masalah tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil penilaian
dapat memberi gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau kemampuan atau
kepandaian tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi kurang, sedang dan
pandai.
Di samping masalah tingkat kesukaran
soal, pada evaluasi sumatif ini diperhatikan daya pembeda dari setiap soal.
Artinya setiap soal harus mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang
pandai dengan yang kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya
pembeda suatu soal itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes
itu dicobakan. Untuk itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut mengenai
teknik penilaian pendidikan yang menyangkut masalah “analisis soal”.
f.
Pendekatan
Evaluasi Yang Digunakan
Pada evaluasi sumatif, ada dua
pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai: 1) penilaian yang bersumber pada
kriteria mutlak dan 2) penilaian yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
g.
Cara
Pengolahan Hasil Evaluasi
Karena pada evaluasi sumatif ini ada
dua pendekatan dalam mengevaluasi, maka pengolahan hasilnya pun ada dua cara:
1.
Pengolahan
hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan hasil evaluasi itu
berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang harus dicari adalah
presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap peserta didik.
2.
Pengolahan
hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk mengolah hasil
evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai yang standar
seperti skala nilai 0 – 10 atau skala nilai 0 – 100. Untuk merubah nilai atau
skor mentah ke dalam skor terjabar berdasarkan skala penilaian tertentu, maka
prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menyusun
distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik
b)
Menghitung
angka rata-rata
c)
Menghitung
standar devisi
d)
Mengubah
skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki
h.
Penggunaan
Hasil Evaluasi
Pada evaluasi sumatif, hasilnya
digunakan antara lain sebagai berikut:
a)
Menentukan
kenaikan kelas
b)
Menentukan
angka raport
c)
Mengadakan
seleksi
d)
Menentukan
lulus tidaknya peserta didik
e)
Mengetahui
status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam
kelompok yang sama
e) EVALUASI DIAGNOSTIK
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi
yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan
yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi
diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama
proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon
siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh
siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan
pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat
memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara
pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes
Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau dari
|
Tes
Diagnostik
|
Tes
Formatif
|
Tes
Sumati
|
Fungsinya
|
-
mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya
-
menentukan kesulitan belajar yang dialam
|
-
Umpan
balik bagi siswa, guru maupun program untuk menilai pelaksanaan suatu unit
program
|
-
Memberi
tanda telah mengikuti suatu program, dan menentukan posisi kemampuan siswa
dibandingkan dengan anggota kelompoknya
|
Cara memilih tujuan yang dievaluasi
|
-
memilih tiap-tiap keterampilan prasarat
-
memilih tujuan setiap program pembelajaran secara
berimbang
-
memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental
dan perasaan
|
-
Mengukur
semua tujuan instruksional khusus
|
-
Mengukur
tujuan instruksional umum
|
Skoring (cara menyekor)
|
-
menggunakan standar mutlak dan relatif
|
-
menggunakan
standar relatif
|
3. PRINSIP
EVALUASI
Terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat,
diantaranya:
1.
Dirancang
secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian,
alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. à
patokan : Kurikulum/silabi.
2.
Penilaian
hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3.
Agar
hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan
sifatnya komprehensif.
4.
Hasilnya
hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto adalah:
1. Penilaian hendaknya didasarkan pada
hasil pengukuran yang komprehensif.
2. Harus dibedakan antara penskoran
(scoring) dengan penilaian (grading)
3. Hendaknya disadari betul tujuan
penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
4. Penilaian hendaknya merupakan bagian
integral dalam proses belajar mengajar.
5. Penilaian harus bersifat komparabel.
6. Sistem penilaian yang digunakan
hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
Sumber :
- Arikunto, Suharsimi. Juli 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cet 12. Jakarta: Bumi Aksara.
- Purwanto, M. Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran. Cet 2. Bandung: Remaja Rosda Karya.
- Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Januari 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
- Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Edisi 2. Jakarta: Rajawali Press.
- Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- http://ulfiarahmi.wordpress.com/evaluasi-hasil-belajar/
- http://amirulbahri.wordpress.com/2011/07/22/evaluasi-sumatif-dan-evaluasi-formatif/
- http://aderusliana.wordpress.com/2007/11/05/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/
Baca Juga
Artikel Pendidikan Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar