Indien~Konstrutivis; construtivism dalam bahasa inggris berasal dari kata construct yang berarti membina. Konstrutivisme ialah teori yang bertunjangkan usaha pelajar mengaitkan ide lama dengan ide baru dalam pembinaan ilmu pengetahuan (Ausubel dalam Sadia, 1996). Teori ini pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan dan perkembangan anak-anak oleh Piaget dan john dewey.
Konstruktivis atau
kontruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengatahuan kita adalah sebuah konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dan
menurut piaget pembentukan atau konstruksi ini tak pernah mencapai suatu titik
akhir namun terus berkembang setiap kali diadakannya reorganisasi karena adanya
suatu pemahaman baru
Donald R. (2006: 255) mengutip beberapa
pendapat mengenai konstruktivisme sebagai berikut:
Constructivism is defined as teaching that emphasizes the active role of
the learner in building understanding and making sense of information
(Woolfolk, 2003),; learners construction of knowledge as they attempt to make
sense of their environment (McCown, driscoll & Roop, 1995); and learning
that occurs when learners actively engage in a situation that involves
collaboratively formulating questions, explaining phenomenon, addressing complex
issues, or solving problems.
Dengan
demikian, Donald mengemukana bahwa “Constructivism is a way of teaching and
learning that intends to maximize student understanding”. Maksudnya,
kontruktivisme adalah suatu cara dalam pengajaran dan pembelajaran yang tujuannya
adalah untuk memaksimalkan pemahaman siswa
Konstruktivisme pembelajaran
ialah desain pembelajaran yang menekankan kemampuan peserta didik dalam
mengkonstruksi pengatahuannya sendiri, bukan serta merta pendidik yang selalu
menjadi senter penerang di kala gelap melanda.(Aunurrahman,2009), namun
disinilah setiap peserta didik secara individual harus dan layak memiliki
kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang dimilikinya
yaitu kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman yang lalu,
membandingkan dan mengambil sebuah keputusan dan kemampuan yang lebih menyukai
satu dari yang lainnya.
Menurut Dina Gasong ,
Pembentukan pengetahuan konstruktivistik memandang bahwa subyeklah yang aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.
Dengan adanya bantuan struktur kognitif ini, subjek akan mampu menyusun
pengertian realitasnya. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan
disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah.
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses
rekonstruksi. Hal ini jelas mensyaratkan bahwa pengetahuan itu merupakan suatu
konstruksi diri.
Prinsip dasar yang mendasari
filsafat konstruktivis adalah bahwa semua pengetahuan dikonstruksikan
(dibangun) dan bukan dipersepsi secara langsung oleh indera (pemciuman,
penglihatan, perabaan,…). Seperti dikatakan oleh Von Glasersfeld (dalam Paul,
S., 1996), salah satu pendiri gerakan konstruktivis, bahwa konstruktivisme
berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengetahuan itu
didefinisikan, terbentuk di dalam otak manusia, dan subjek yang berpikir tidak
memiliki alternatif selain mengkonstruksikan apa yang diketahuinya berdasarkan
pengalamannya sendiri. Semua pikiran kita didasarkan oleh pada penglaman kita
sendiri, dan oleh karenanya bersifat subjektif (Muijs dan Reynolds, 2008:96).
Lebih lanjut Von Galserfeld
(dalam Paul, S., 1996) sebagaimana dikutif oleh Asri Budiningsih (2005:57)
mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengetahuan
yang satu daripada yang lainnya.
Setara dengan di atas, Budingsih
juga mengemukakan bahwa faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses
mengkonstruksi pengetahuan adalah konstruksi pengetahuan seseorang yang telah
ada, domain pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses
dan hasil konstruksi pengetahuan yang telah dimiliki seseorang akan menjadi
pembatas konstruksi pengetahuan yang akan datang. Pengalaman akan fenomena yang
baru menjadi unsur penting dalam membentuk dan mengembangkan pengetahuan.
keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal juga akan membatasi
pengetahuannya akan hal tersebut. pengetahuan yang telah dimiliki orang
tersebut akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif dirinya.
Semua kalangan dari paham
konstruktivis menyetujui bahwa pengetahuan secara aktif dikonstruksi oleh
manusia, entah secara individual ataupun dalam kelompok, bukannya diterima dari
sumber natural atau. Selain ini,
definisi kontruktivisme beragam menurut permasalahan yang diperdebatkan bersama
dengan perubahan konstruktivis. Bidang perdebatan yang paling dasar
dipresentasikan oleh suatu rangkaian dalam memandang belajar sebagai suatu
tindakan instruksi secara individual untuk melihat belajar sebagai sebuah
kontruksi sosial. Rangkaian ini dipusatkan pada satu posisi yang dikenal
sebagai konstruktivisme radikal atau psikologikal, yang menggambarkan
konstruksi pengetahuan sebagai suatu proses yang terjadi dalam mind dari
individu. Pada sisi lain dari rangkaian tersebut diberlakukan dengan posisi
yang dikenal sebagai “social constructivism or sociocultural posistion”
yang melihat “mind” sebagai hampir secara keseluruhan melekat pada social
practice of the culture (kenyataan sosial budaya).
Dengan demikian, kontruktivisme
seperti dikatakan oleh Von Glasefeld (dalam Paul, S., 1996) adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (kontruksi) kita sendiri.
pengetahuan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan
merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui melalui kegiatan seseorang
dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan sekema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan baru. Padangan kontruktivistik mengemukakan bahwa
realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi pengalamnnya.
konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang
mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamnnya, struktur mental, dan keyakinan
yang digunakan untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa.
Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran dalah instrumen penting dalam
menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan dunia nyata, di mana
interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual.
Dalam kontruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan
yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak
kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan secara
prinsipilSumber :
Sadia, dkk. (1996). Pengaruh Prior Knowledge dan
Strategi Conseptual Change
Donald R. Cruickshank, et.al.
(2006). The act of teaching, Fourth Edition. New York: McGraw-Hill
Muijs, Daniel, dan Reynolds
David. (2008). Effective Teaching, Teori dan Praktek
(terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
Suparno,
Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar