David Kolb, mengembangkan Model Experiential learning yang dapat
digambarkan seperti berikut ini:
Mengacu pada gambar di atas, pada
dasarnya pembelajaran Model Experiential
learning ini sederhana dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (reflect)
dan kemudian terapkan (apply). Jika dielaborasi lagi maka akan terdiri dari
lima langkah, yaitu mulai dari proses mengalami (experience), berbagi (share),
analisis pengalaman tersebut (proccess), mengambil hikmah atau menarik
kesimpulan (generalize), dan menerapkan (apply). Begitu seterusnya kembali ke
fase pertama, alami. Siklus ini sebenarnya tidak pernah berhenti.
Masing-masing tujuan dari
rangkaian-rangkaian tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses
pembelajaran, yaitu: Concrete experience, Reflective observation, Abstract
conceptualization, Active experimentation.
Adapun penjabaran dari langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
- Concrete
experience (feeling):
Belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik. Peka terhadap
situasi
- Reflective
observation (watching):
Mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari
perspektif-perspektif yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk
memperoleh suatu makna.
- Abstract
conceptualization (thinking): Analisa logis dari gagasan-gagasan dan bertindak
sesuai pemahaman pada suatu situasi.
- Active
experimentation (doing): Kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan
orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa. Termasuk
pengambilan resiko.
Peter Honey dan Alan Mumford (1970) mengembangkan sistem
cara belajar mereka sebagai variasi pada model Kolb. Honey dan Mumford dari
sistem mereka berkata:
"Kami mendeskripsikan tahapan dalam siklus pembelajaran
yang berasal dari karya David Kolb. Kolb menggunakan kata-kata yang berbeda
untuk menjelaskan tahapan dari siklus belajar dan empat gaya
belajar".
Dalam ringkasan ini adalah penjelasan singkat dari empat
tahap yang dikembangkan oleh Honey dan Mumford, yang secara langsung saling
terkait, karena berbeda dari model Kolb di mana cara belajar yang merupakan
produk kombinasi pembelajaran tahapan siklus. Yang khas dari presentasi Honey
dan Mumford tentang gaya masing-masing tahapan pada lingkaran atau empat tahap
berhubung dengan putaran arus diagram
a.
Having
an Experience'
(Memiliki sebuah Pengalaman) tahap 1, dan Aktivis (gaya 1):
'di sini dan sekarang', suka berteman, mencari tantangan dan pengalaman
langsung, buka hati, bosan dengan pelaksanaan.
b. 'Reviewing the Experience' (Meninjau kembali Pengalaman) tahap 2 dan Reflectors
(gaya2): 'mundur', mengumpulkan data, merenungkan dan menganalisa,
keterlambatan mencapai kesimpulan, mendengarkan sebelum berbicara, thoughtful.
c.
'Concluding
from the Experience'
(menyimpulkan berdasarkan Pengalaman) tahap 3 dan Theorists (gaya
3): berpikir logis dalam hal melalui langkah-beda mencernakan fakta menjadi
jelas teori, tujuan akal, menolak subyektivitas dan kesembronoan.
d.
'Planning
the next steps'
(Perencanaan langkah berikutnya) tahap 4 dan Pragmatists (gaya
4): mencari dan mencoba ide-ide baru, praktis, bawah-ke-bumi, menikmati
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dengan cepat, bosan dengan diskusi
panjang.
Dari tahapan di atas, ada kesamaan yang kuat antara Honey
dan Mumford tahapan yang sesuai dan gaya belajar Kolb:
1. Activist = Accommodating
2. Reflector = Diverging
3. Theorist = Assimilating
4. Pragmatist = Converging
Seperti halnya model pembelajaran
lainnya, dalam menerapkan model experiential
learning guru harus memperbaiki prosedur agar pembelajarannya berjalan
dengan baik. Hamalik (2001:213), mengungkapkan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam model pembelajaran experiential
learning adalah sebagai berikut:
1. Guru merumuskan secara seksama suatu
rencana pegalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil
yang potensial atau memiliki seperangkat hasil-hasil tertentu.
2.
Guru harus bisa
memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman.
3. Siswa dapat bekerja secara individual
atau bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam
belajar berdasarkan pengalaman.
4.
Para siswa di tempatkan pada
situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu memecahkan masalah dan bukan dalam
situasi pengganti.
5. Siswa aktif
berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia,membuat keputusan sendiri,
menerima konsekuensi berdasarkan keputusan tersebut.
6. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman
yang telah dituangkan ke dalam tulisan sehubungan dengan mata pelajaran
tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam
melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman
tersebut.
Itulah tahapan-tahapan Model Experiential Learning. Tentunya
perlu diawali dengan sesuatu yang dianggap menantang bagi siswa. Intinya adalah
biarkan dulu mereka mengalami, merefleksikan dan memaknai apa yang telah mereka
pelajari.
Selain beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model
pembelajaran experiential learning diatas,
guru juga harus memperhatikan metode belajar melalui pengalaman ini, yaitu
meliputi tiga hal di bawah ini:
1. Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan
bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas.
2. Penekanan dalam strategi
belajar melalui pengalaman adalah proses belajar, dan bukan hasil belajar.
3. Guru dapat menggunakan strategi ini dengan baik
di dalam kelas maupun di luar kelas.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran experiential learning disusun
dan dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang dimiliki oleh siswa.
Prinsip inipun berkaitan dengan pengalaman di dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta dalam cara-cara belajar yang biasa dilakukan oleh siswa
(Sudjana, 2005:174).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar