Menurut
Muhammad Asrori (2008) paparan tentang alur penelitian tindakan kelas dapat di simak
pemikirannya sebagaimana tertera dalam diagram di bawah ini :
Mencermati diagram di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada diagram itu tampak jelas bahwa alur penalaran atau pemikiran
dalam penelitian tindakan kelas dimulai dari adanya suatu “masalah”. Masalah ini ditunjukkan dengan adanya kerisauan atau
keresahan atau ketidakpuasan guru terhadap pembelajaran yang selama ini
dilakukan. Ini bisa saja dirasakan oleh guru karena pembelajaran yang
dilakukan selama ini tidak menimbulkan kegairahan belajar siswa, tidak menarik
bagi siswa, membosankan bagi siswa, dan akhirnya berakibat rendahnya hasil
belajar siswa. Semua fenomena itu dicermati oleh guru dan dirasakan sebagai
masalah yang merisaukan pikirannya.
Berdasarkan
kegiatan mencermati masalah itu, guru ada kemauan kuat untuk memperbaikinya
atau meningkatkan kualitasnya. Sebab
jika tidak dilakukan perbaikan atau peningkatan kualitas, guru tersebut
sangat khawatir “tujuan” pembelajaran
tidak akan tercapai. Untuk bisa merumuskan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran guru harus melakukan “analisis
masalah” yang selama ini terjadi pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Analisis masalah itu, agar bisa dilakukan secara tajam, cermat, sistematis, dan
memiliki landasan yang kokoh harus harus
dilakukan dengan mengkaji “teori”,
terutama teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran, teori-teori
pendidikan, dan teori-teori psikologi pembelajaran atau psikologi pendidikan.
Dengan
manganalisis masalah yang ada yang dilandasi oleh teori-teori yang kokoh, guru
selanjutnya harus melakukan “perumusan
masalah” yang hendak diteliti melalui penelitian tindakan kelas. Perumusan
masalah ini sangat penting agar membantu guru sebagai peneliti mampu
memfokuskan pada masalah-masalah apa yang ternyata penting untuk dilakukan
perbaikan dan peningkatan kualitasnya. Semakin jelas perumusan masalah ini akan
semakin memperjelas pula arah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
guru. Perumusan masalah yang jelas juga akan menuntun arah kerja guru sehingga
pelaksanaan penelitian tindakan kelas menjadi spesifik, terarah, jelas, mudah
dalam mengumpulkan data yang diperlukan,
kepada siapa sumber data yang diharapkan bisa memberikan data secara akurat,
dan mudah diukur hasilnya.
Setelah
perumusan masalah dilakukan dengan baik dan jelas, guru masih harus melakukan “pengkajian atau pembahasan” dalam rangka
merumuskan “gagasan-gagasan tentang alternatif
tindakan”. Pembahasan atau pengkajian tentang alternatif tindakan ini juga
harus didasarkan kepada ”teori-teori”
sebagaimana ketika melakukan perumusan masalah. Mengaji atau melandaskan
kepada teori-teori ini sangatlah penting agar “alternatif tindakan” yang
dirumuskan tidak salah sasaran, tidak menyesatkan dan memiliki landasan yang
kokoh sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap proses pembelajaran
dan hasil belajar, melainkan memberikan dampak yang positif.
Gagasan-gagasan
alternatif tindakan yang dirumuskan
berdasarkan kajian teori itu bisa saja jadi masalah yang masih banyak sekali jumlahnya
karena sifatnya masih alternatif. Oleh sebab itu , tugas guru selanjutnya
adalah “memilih tindakan yang diperkirakan tepat” dan cocok serta
memberikan sumbangan yang maksimal bagi
perbaikan dan peningkatan pembelajaran. Memilih tindakan yang diperkirakan
tepat ini tentunya memerlukan pemikiran yang cermat, teliti, tajam, dan hati-hati. Oleh sebab itu agar bisa
diperoleh tindakan yang tepat, guru perlu melakukan diskusi atau tukar pikiran
dengan teman sejawat atau bahkan dengan peneliti dari perguruan tinggi
kependidikan.
Setelah
dirumuskan sejumlah tindakan yang diperkirakan tepat untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran, selanjutnya “tindakan itu dicobakan” dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas. Mencoba
tindakan yang tepat itu agar memperoleh hasil yang baik atau mampu memberikan
dampak terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran, sudah barang
tentu tidak dapat dilakukan sekali saja. Oleh karena itu , dalam penelitian
tindakan kelas, kegiatan mencoba tindakan itu dilakukan secara bersiklus dan
bersifat spiral. Artinya sejumlah tindakan itu di terapkan dalam proses
pembelajaran secara berkelanjutan dan berulang. Bisa saja siklus terjadi sampai
dua, tiga, atau empat siklus sampai guru bisa melihat dengan jelas bahwa
tindakan yang dilakukan menghasilkan perbaikan dan peningkatan secara maksimal.
Karena
tindakan itu bersiklus dan bersifat spiral, maka pada setiap siklus, tindakan
yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran itu “dicermati dan direnungkan” guna
menemukan tindakan-tindakan yang sudah bagus, efisien, efektif serta tindakan
mana yang belum efektif atau bahkan berdampak negatif. Kegiatan mencermati dan
merenungkan serta menganalisis secara mendalam tindakan yang telah dicoba ini
dikenal dengan istilah “refleksi”.
Hasil mencermati, merenungkan, dan menganalisis secara mendalam ini digunakan
untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Setelah dilakukan secara
berulang dalam beberapa siklus dan guru sudah melihat perbaikan atau
peningkatan kualitas secara maksimal, akhirnya guru bisa membuat “kesimpulan” terhadap penelitian tindakan
kelas yang telah dilakukan.
Demikianlah
sesungguhnya alur penalaran atau alur pikir dalam penelitian tindakan kelas
yang sebaiknya dilakukan oleh guru sebagai seorang peneliti. Dengan alur
penalaran semacam ini guru diharapkan dapat melaksanakan penelitian tindakan
kelas dengan baik dan benar sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan dan dapat mengantar para siswa memperoleh
hasil belajar yang baik.
Dalam
kaitannya dengan alur penalaran penelitian tindakan kelas ini perlu ditegaskan
di sini bahwa yang diberikan diberikan tindakan oleh guru adalah “masalahnya” bukan “penyebab timbulnya masalah”. Sebab dalam kenyataan di lapangan tidak
jarang terjadi kerancuan antara masalah dengan penyebab timbulnya masalah.
Akibatnya, kadang-kadang yang dilakukan oleh guru adalah melakukan tindakan
terhadap penyebab timbulnya masalah, bukan terhadap masalah itu sendiri.
Berikut
ini dipaparkan ilustrasi yang ditulis oleh Suharsimi (2007) berdasarkan pengalamannya
sebagai tim peneliti karya tulis ilmiah guru di tingkat pusat.
Masalah: Siswa sering terlambat datang ke sekolah.
Untuk memperjelas masalah ini, gejala-gejala
1.
Berapa
banyak siswa yang terlambat?
2.
Berapa
lama siswa itu terlambat?
3.
Apa
alasan mereka terlambat?
4.
Apa
sudah ada usaha dari mereka agar tidak terlambat?
Penyebab timbulnya masalah: ada beberapa kemungkinan penyebab
siswa datang terlambat ke sekolah, antara lain:
1.
Bangun kesiangan.
2.
Jarak
antara rumah ke sekolah jauh.
3.
Kendaraan
yang menuju sekolah jarang dan sulit.
4.
Lalu
lintas di perjalanan macet.
Berdasarkan
ilustrasi di atas, tindakan apa yang harus dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
keterlambatan siswa tersebut? Perlu ditegaskan kembali di sini bahwa guru tidak
boleh melakukan tindakan “penyebab masalah” tetapi harus melakukan tindakan
terhadap “masalah“ yang ada. Mengapa
demikian, untuk memperjelas jawaban ini perhatikan penjelasan berikut ini berkaitan
dengan ilustrasi kasus siswa terlambat datang ke sekolah yang telah dipaparkan
di atas.
Penyebab ke-1 : Bangun kesiangan. Guru tidak mungkin secara langsung mengatasi
bangun kesiangan ini karena guru tidak mungkin datang ke rumah siswa untuk
membangunkannya. Guru juga tidak dapat meminta bantuan orang tua siswa untuk
membangunkan anaknya karena minta tolong kepada orang tua tidak termasuk
pekerjaan profesional guru. Lagi pula dalam penelitian tindakan kelas, guru
harus mengatasi sendiri secara langsung.
Penyebab ke-2:Jarak antara rumah dengan sekolah jauh. Guru tidak mungkin bahkan
tidak punya daya untuk mengubah jarak yang jauh antara rumah siswa dengan
sekolah itu menjadi lebih dekat.
Penyebab ke-3 : Sulit mencari kendaraan.Guru juga tidak mungkin membantu siswa
mengatasi sulitnya mendapatkan kendaraan. Membelikan kendaraan untuk siswa
misalnya, itu juga tidak mungkin karena itu bukan tugas guru.
Penyebab ke-4: Lalu lintas di perjalanan macet. Guru juga tidak mungkin mampu
mengatasi kemacetan lalu lintas supaya menjadi tidak macet atau menjadi lancar.
Dari penjelasan di atas Nampak jelas bahwa
kalau mau diatasi adalah “penyebab
timbulnya masalah” ternyata justru menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin
bisa dilakukan oleh seorang guru. Jadi
sekali lagi yang harus diatasi oleh guru melalui penelitian tindakan kelas
adalah mengatasi “masalahnya.” Dalam
konteks dengan masalah siswa datang terlambat datang ke sekolah ini yang dapat
dilakukan oleh guru antara lain:
1..Mengubah
metode mengajarnya dengan metode yang menarik bagi siswa sehingga siswa
berusaha bangun lebih awal agar bisa berangkat kesekolah lebih awal dan tidak terlambat.
2..Sebelum
proses pembelajaran dimulai, guru selalu memberikan pertanyaan dalam bentuk
kuis dan dinilai oleh guru serta hasilnya dikembalikan kepada siswa sehingga
mau tidak mau siswa harus berangkat lebih awal supaya tetap bisa mengikuti
pertanyaan kuis tersebut. Sebab jika tdak berangkat lebih awal tidak akan bisa
mengikuti pertanyaan kuis tersebut dan akibatnya tidak akan memperoleh nilai.
Dengan cara demikian, siswa berusaha untuk tidak terlambat.
3. Setiap
akhir pelajaran, guru memberikan PR dan hasilnya harus dibahas didepan kelas
dan kemudian diserahkan kepada guru sebelum materi pelajaran berikutnya
dilanjutkan. Hasil PR yang dikerjakan dan dibahas oleh siswa tersebut diberi
nilai. Dengan cara demikian siswa akan
berusaha dating lebih awal karena kalau terlambat tidak mendapat nilai dari PR
yang telah dikerjakan.
Jadi,
intinya adalah bahwa dalam penelitian tindakan kelas itu tindakan yang dipilih
guru adalah tindakan yang dikenakan secara langsung pada “masalahnya” dilakukan oleh siswa dengan arahan dari guru, bukan
dari orang lain; misalnya dari orang tua siswa.
Sumber
:
1.
Mohommad
Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
2.
Suharsimi
Arikunto (2007).Penelitian Yindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
makasih tulisan cukup bermamafaat
BalasHapusTerima kasih banyak 😊
BalasHapus