Sebagaimana halnya
dengan jenis penelitian yang lain, maka PTK harus memenuhi kriteria tertentu,
yaitu harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk
penelitian tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif,
yaitu makna langsung dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya.
Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada
validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh Burns, 1999, dalam Madya, 2007).
Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas
demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan
validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian,
yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan
hasil penelitiannya (Madya, 2007).
1. Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan
penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya guru, dan guru
lain/pakar sebagai kolaborator, dan masing-masing siswa diberi kesempatan
menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama
penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup:
- Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan pandangannya?
- Apakah solusi masalah di kelas, guru sebagai peneliti memberikan manfaat kepada mereka?
- Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas yang sedang diajar?
Semua
pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai
cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya,
dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran di kelas yang diajar, yang
fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran.
2. Validitas Hasil mengandung konsep bahwa penelitian
tindakan oleh guru membawa hasil yang sukses. Hasil yang paling efektif tidak
hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam
suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini
tergambar dalam siklus penelitian, di mana ketika dilakukan refleksi pada akhir
tindakan pemberian tugas dalam mata pelajaran bahasa Inggris misalnya yang
menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil
siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan
malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa
tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga
dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran? Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan
baru timbul pada akhir suatu tindakan, begitu seterusnya sehingga upaya
perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti,
mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas hasil juga tergantung pada
validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
3. Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’,
yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah
menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK dilakukan? Misalnya, apakah
guru dan kolaboratornya mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut?
Artinya, Guru dan kolaboratornya secara terus menerus dapat mengkritisi diri
sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera
berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari
perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari
ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
4. Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang
dicapai, realitas kehidupan kelas, dan cara mengelola perubahan di dalamnya,
termasuk perubahan pemahaman guru dan siswa terhadap peran masing-masing dan
tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini. Validitas katalitik
dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang
dapat menghambat dan faktor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya
faktor-faktor kepribadian (Brown dalam Madya,2007) seperti rasa takut salah dan
malu melahirkan inhibition
dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru
untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan
serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi
proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam
peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses
pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan
peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin
dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan
yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri
secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas
katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
5. Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang
umum dipakai dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan
penelitian di pantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal
akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru
lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’
atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa
kompromi’. Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika
penelitian masih berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria
demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat,
dan/atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara
kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian,
kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi
sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut
di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya,
yang jika memerlukan, diizinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait
dengan yang sedang dikritisi.
Sumber :
1. Madya, Suwarsih.
2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Alfabeta.
Bandung
2. Madya,
Suwarsih.2006. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. http://www.ktiguru.or/index.php/ptk-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar