Data dalam
penelitian tindakan berfungsi sebagai landasan refleksi. Data mewakili tindakan dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi
tindakan terkait, bukan hanya mengingat kembali.
Oleh sebab itu, pengumpulan data tidak hanya untuk
keperluan hipotesis, melainkan sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjembatani antara momen momen tindakan dan refleksi dalam
putaran penelitian tindakan.
Data penelitian
tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian, transkrip komentar peserta penelitian, rekaman audio, rekaman
video, foto dan rekaman/catatan lainnya. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian tindakan, antara lain.
1.
Catatan
Anekdot
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis,
deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan
dalam kelas dalam suatu jangka waktu. Deskripsi secara akurat dalam catatan
anekdot ini sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran umum yang layak untuk
keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup
peristiwa yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung beserta konteks yang relevan atau berkaitan dengan objek yang
diteliti.
2.
Catatan
Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot,
tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup
referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian,
pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan
terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan
yang dianggap menarik.
3.
Deskripsi
Perilaku Ekologis
Teknik ini kurang terarah pada persoalan
jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk
mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Deskripsi
sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, misalnya, ketika seorang
siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang
maksud tertawa siswa tersebut. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti
ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian
sampai refleksi dilakukan.
4.
Analisis
Dokumen
Gambaran tentang persoalan: sekolah atau
bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat di konstruksi dengan
menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua
atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman
siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal,
publikasi siswa atau karyawan, kebijakan, dan/atau peraturan.
5.
Catatan
Harian
Catatan harian (diaries) adalah
catatan pribadi tentang pengamatan, perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi,
firasat, hipotesis dan penjelasan. Catatan tidak hanya melaporkan kejadian
tugas sehari-hari, melainkan juga mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya
berpartisipasi dalam penelitian tindakan kelas. Kejadian khusus, percakapan,
introspeksi perasaan, sikap, motivasi, pemahaman waktu bereaksi terhadap
sesuatu, dan kondisi akan membantu merekonstruksi apa yang terjadi waktu itu.
Catatan harian juga dapat dibuat oleh siswa. Catatan mereka dapat menjadi
sumber informasi tentang apa yang mereka alami dalam penelitian tindakan Kelas.
Untuk mendukung suatu pandangan yang dikemukakan atau sebagai pembuktian
sebaiknya diadakan diskusi untuk membandingkan catatan harian guru dan siswa.
Penulisan catatan harian (diaries)
harus selalau dengan menuliskan tanggal kejadian. Demikian juga dengan hal-hal
yang mendetail dari penelitian tindakan kelas, seperti waktu, pokok bahasan,
kalas di mana PTK dilaksanakan sebaiknya dituliskan pada bagian pendahuluan.
Catatan harian guru dan siswa akan berguna juga sebagai pelengkap atau
pembanding dari catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh para
mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Catatan harian mungkin memuat observasi,
perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan.
Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
a.
Merekam
secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan
klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagaimana? Mengapa?
Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau
peristiwa sebagaimana terjadi.
b. Aide
mémoire untuk merekam
catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi
kemudian.
c. Memotret
secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap
yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis.
d. Catatan
introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran,
dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.
6.
Logs
Teknik ini pada dasarnya sama dengan
catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu
untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya akan
lebih tinggi jika disertai dengan komentar-komentar secara logis dan sistematis.
7.
Kartu
Cuplikan Butir
Teknik ini mirip dengan catatan harian
tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah
topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup
topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa,
efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang
siswa.
Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat
untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang
semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu
berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu.
8.
Portofolio
Teknik
ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu.
Portofolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang berkaitan dengan
sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan
dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan
dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak
ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun
yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
9. Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrument pengumpul
data nya juga disebut dengan angket yang berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang harus dijawab atau di respon oleh responden.
Prinsip
Penulisan Angket :
a.
Isi dan
Tujuan Pertanyaan
Maksudnya adalah apakah isi pertanyaan
tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Jika berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun
dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
b.
Bahasa
yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden (memerhatikan jenjang
pendidikan keadaan sosial budaya dari responden).
c.
Tipe
dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka
(pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya dalam
bentuk uraian) atau tertutup (pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau
mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah
disediakan) dan dapat pula menggunakan kalimat positif atau pun negatif.
d. Pertanyaan
tidak mendua (double barreled), contohnya “Bagaimana pendapat anda mengenai
kualitas dan relevansi pendidikan saat ini?” Tidak menanyakan yang sudah lupa,
misalnya “Bagaimana kualitas pendidikan sekarang bila dibandingkan dengan 10
tahun yang lalu?”
e. Pertanyaan
tidak menggiring, maksudnya pertanyaan dalam angket tidak menggiring/
mengarahkan ke jawaban yang baik atau yang buruk saja. Misalnya “Bagaimanakah
prestasi belajar anda selama di sekolah yang dulu?”
f. Panjang
pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga
akan membuat responden jenuh dalam mengisi Urutan Pertanyaan. Urutan pertanyaan dalam
angket dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atua dari hal yang
mudah menuju ke hal yang sulit. Hal ini perlu diperhatikan karena secara
psikologis dapat memengaruhi semangat responden, jika pada awalnya sudah diberi
pertanyaan yang sulit maka responden akan merasa malas untuk mengisi angket
yang telah mereka terima.
g.
Prinsip
Pengukuran.
Angket yang diberikan kepada responden
merupakn instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan
diteliti. Oleh karena itu, angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur, maka sebelum
instrumen angket tersebut diberikan kepada responden, sebaiknya diuji dulu
validitas dan reabilitasnya.
h.
Penampilan
Fisik Angket.
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul
data akan memengaruhi responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat
di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik dari responden.
Jenis-jenis
Angket atau Kuesioner
a.
Jenis
angket berdasarkan cara responden menjawab, diantaranya :
b. Angket
tidak berstruktur (terbuka) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana
sehingga responden dapat memberikan jawaban bebas sesuai dengan kehendak dan
keadaannya. Jawaban bebas disini maksudnya adalah uraian berupa pendapat, hasil
pemikiran, tanggapan, dan lain-lain mengenai segala sesuatu yang dipertanyakan
setiap item pada angket. Contoh pertanyaan angket terbuka “Bagaimana pendapat anda
mengenai kenaikan standar nilai UN?”
c. Angket
berstruktur (tertutup) ialah jenis angket yang setelah rumusan pertanyaannya
disediakan pula alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Angket
berstruktur dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Angket
berstruktur dengan pertanyaan tertutup ialah angket yang telah menyediakan
alternatif jawaban yang harus dipilih responden tanpa kemungkinan jawaban lain.
Contohnya “Bagaimana pendapat kalian terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung tadi?”
a.
sangat baik
b.
baik
c.
cukup
d.
kurang
e.
sangat
kurang
2) Angket
berstruktur dengan pertanyaan terbuka merupakan jenis pertanyaan angket yang
juga termasuk kedalam angket tertutup, maksudnya alternatif jawabannya
berbentuk pilihan ganda tetapi peneliti berasumsi dari jawaban yang telah
disediakan untuk setiap pertanyaan mungkin tidak ada jawaban yang sesuai atau
tepat, sehingga responden perlu diberi kesempatan untuk menyampaikan jawaban
lain yang lebih tepat.
Contoh : Pembelajaran yang bagaimanakah
yang kalian sukai?
a.
Pembelajaran
yang menyenangkan
b.
Pembelajaran
yang humoris
c.
Pembelajaran
yang santai
d.
Pembelajaran
yang komunikatif
e.
………………………………….
3)
Angket
berstruktur dengan jawaban singkat (short answer item), angket jenis ini
merupakan gabungan atau kombinasi antara angket tidak berstruktur dengan angket
berstruktur. Contoh “Bagaimana pendapat kalian tentang penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru?”
Jenis
angket berdasarkan bentuknya, antara lain :
a.
Angket
pilihan ganda (sama dengan angket tertutup)
b.
Angket
isian, seperti angket tercheck list/ daftar cek, sehingga responden tinggal
membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.
10. Wawancara
Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah
percakapan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh iinformasi dari
terwawancara, narasumber atau informan. Ada beberapa jenis atau bentuk wawancara,
diantaranya :
a. Wawancara
terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan
bahan wawancara/pertanyaan.
b.
Wawancara
semi terstruktur adalah bentuk wawancara yang sudah disiapkan terlebih dahulu,
tetapi memberikan keleluasaan untuk tidak langsung terfokus kepada bahasan atau
mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selama wawancara itu berlangsung. Wawancara
tidak terstruktur ialah bentuk wawancara di mana prakarsauntuk memilih topik
bahasan diambil oleh orang yang diwawancarai. Apabila wawancara sudah
berlangsung, pewawancara dapat mengarahkan agar informan dapat menerangkan,
mengelaborasi, atau mengklarifikasi jawaban yang kurang jelas. Wawancara
informal yaitu jenis percakapan bebas yang memungkinkan interviewer untuk
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan ditelitinya.
c. Wawancara
formal berstruktur yaitu jenis wawancara yang dalam pelaksanaannya menggunakan
format wawancara yang terstruktur, jadi guru dapat menanyakan pertanyaan yang
sama kepada responden.
11. Teknik Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui
apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan
sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin
bekerja sama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa
subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasil sosiometri ini biasanya dituangkan dalam diagram yang disebut sosiogram. Berikut ini contoh dari sosiogram:
12. Jadwal
dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat menunjuk pada:
a. Perilaku
verbal guru: misalnya
bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh
melafalkan kata/frasa/kalimat
b. Perilaku
verbal siswa: misalnya,
menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah,
menyetujui.
c. Perilaku
nonverbal guru:
misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri
dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.
d.Perilaku
nonverbal siswa:
misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa,
menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
13. Rekaman pita
Merekam berbagai peristiwa seperti
pelajaran, rapat, diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak
informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat.
Metode ini khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil.
14. Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh
peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk kemudian dianalisis.
Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan
memakan waktu. Bila ada anggota peneliti yang membantu, lebih banyak perhatian
dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subjek secara perorangan (guru dan
siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman.
15. Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk
merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung
bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman
fotografik. Karena daya tariknya bagi subjek penelitian, foto dapat diacu dalam
wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.
16. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan
penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai
prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut
dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data
ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Pemilihan
teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan ciri khas data yang
perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk
keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang
berbeda
Sumber
:
1.
Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan
Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
2. Wiraatmadja, Rochiati. 2005.
Metode Penelitian Tindakan Kelas: Bandung: Remaja Rosdakarya
Terimakasih ilmu yang sangat bermanfaat
BalasHapusTerimakasih untuk ilmunya, sangat bermanfaat dan membantu.
BalasHapusthank you
BalasHapus