"SELAMAT DATANG DI BLOG 007INDIEN SEMOGA MENDAPATKAN SESUATU YANG BERMANFAAT DI BLOG INI"

Kamis, 17 Mei 2012

Kajian Teori Dalam Penelitian Tindakan Kelas


 A.    Pendahuluan
Diskusi tentang posisi kajian teori dalam penelitian tindakan kelas setidaknya melibatkan tiga aspek penting, yaitu paradigma penelitian, posisi penelitian tindakan kelas, pokok permasalahan teoritis dalam konteks penelitian tindakan kelas. Berikut ini disajikan pembahasan masing-masing aspek tersebut:
                      1.  Paradigma Penelitian
Perkembangan perubahan paradigma dalam penelitian pendidikan menarik untuk dicermati. Ketika penerapan statistik diperkenalkan ke dunia pendidikan, banyak peneliti tertarik untuk mennggunakannya. Kecenderungan ini meningkat tajam dengan kehadiran komputer yang menawarkan program-program statistika sehingga sangat membantu memudahkan siapa saja yang menggunakannya untuk menganalisis data secara statistik. Penggunaan statistik sangat diwarnai oleh paradigma positifistik-kuantitatif. Pengaruh positifnya memang sangat banyak, terutama mempercepat kerja peneliti dan keakuratan hasil analisis data lebih terjamin dibandingkan dengan yang dilakukan secara manual. Namun disisi lain ada juga pengaruh negatifnya, yaitu terasa terpinggirkannya teori dalam penelitian, sampai-sampai ada kritik tajam yang mengatakan bahwa penelitian pendidikan adalah penelitian yang bersifat “ateoritik” atau paling tidak lemah dalam landasan teoritisnya.
Perkembangan selanjutnya muncul paradigm penelitian naturalistic-fenomenologis yang pendekatannya kualitatif. Paradigma ini muncul seakan-akan menawarkan solusi agar paradigma kuantitaif sebagai warna utama dalam penelitian pendidikan yang cenderung  kering pembahasan teoritisnya dapat dihindari. Namun perkembangan paradigma ini juga tidak terlapas dari pengaruh negatif. Ada pengaruh negatif yang cenderung tampak dan berkembang, yakni bahwa pendekatan kualitatif cenderung dipilih sebagai upaya menghindari statistika bagi orang-orang yang tidak senang dengan statistika atau kesulitan dalam menggunakan analisis statistik.
Kekeringan kajian teoritis menyebabkan penelitian mengalami kurang memiliki landasan yang kokoh dan mengalami pendangkalan makna dari hasil analisis datanya. Ini terjadi karena peneliti menjadi kurang tajam dalam melakukan refleksi yang sangat memerlukan kemampuan berpikir abstrak, menemukan dan membuat asosiasi, dan komparasi secara teoritis. Kemampuan berpikir analitik dan kemampuan berpikir sintetik dengan dasar teori yang kokoh sangat besar perannya dalam menghasilkan makna hasil penelitian yang berkualitas.
Berkenaan dengan paradigm penelitian positivistic dan fenomenologis ini, ada  tiga kemungkinan pandangan atau sikap seseorang sebagai peneliti, yaitu:
  1. Bersikap opsisional, yaitu mendudukkan kedua paradigma itu dalam posisi yang berseberangan, peneliti tidak ada kemungkinan lain kecuali memilih salah satu karena berpandangan bahwa kedua paradigma itu saling bertentangan satu dengan yang lain 
  2. Bersikap komplementaristik, yaitu menggunakan kedua paradigma penelitian itu untuk saling melengkapi, peneliti dapat menggunakannya secara bergantian sesuai dengan sifat permasalahan yang diteliti. Ini yang belakangan dikenal dengan complementary research. 
  3.  Bersikap integralistik atau nonparadigmatik, yaitu peneliti membebaskan diri dari kedua paradigma penelitian tersebut.
      2.   Posisi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas memiliki sifat yang khas yaitu reflektif-partisipatoris. Artinya guru sebagai peneliti berpartisipasi secara aktif melaksanakan proses pembelajaran dan sekaligus mengamati, mencermati, merenungkan, mencari, dan menumukan aspek-aspek penting yang perlu diperbaiki. Unsur utama yang membedakannya dengan penlitian lain adalah adanya tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Perbedaannya dari penelitian eksperimen adalah terletak pada tingkat ketepatan pengendalian variabel, pada penelitian tindakan kelas rancangan dimungkinkan mengalami perubahan, penajaman, tanpa harus kehilangan teman senteralnya.
Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan utama yaitu menghasilkan perbaikan, artinya kalau dalam proses pelaksanaan tindakan ditemukan hal-hal yang kurang sesuai, sangat dimungkinkan dilakukan perubahan atau penajaman tindakan agar tujuan perbaikan yang direncanakan dapat tercapai, tanpa mengubah rancangan induknya. Dari sudut pandang lain sangat penting bagi peneliti untuk berbuat sesuatu agar perubahan dan perbaikan yang ditimbulkan  oleh tindakan yang dilakukan dapat terjadi secara maksimal. Kemampuan improvisasi dalam tindakan dan pendataannya merupakan sesuatu yang menuntut kelincahan peneliti dalam menggunakan metodologi penelitian. Di sinilah terasa bahwa cara kerja yang ditawarkan oleh pendekatan kualitatif sangat diperlukan dalam penelitian tindakan kelas. Dalam pada itu, fleksibilitas kerja penelitian untuk kepentingan peningkatan hasil penelitian dengan tetap mengacu pada kaidah penelitian ilmiah yang diperlukan. Dikaji dari sudut pandang ini, Penelitian tindakan kelas memiliki sifat-sifat penelitian kualitatif. Ini tampak jika di tinjau dari proses pelaksanaan tindakan yang membuka peluang improvisasi, proses pengumpulan data dengan berbagai metode dan dari berbagai sumber, dan refleksi berjalan terus-menerus untuk menghasilkan dampak tindakan dan pemaknaan hasil secara baik agar mampu memberikan perubahan dan perbaikan proses pembelajaran dan hasil belajar.

B.     Peran Teori Dalam Penelitian
Sesungguhnya ada banya sekali variasi jenis-jenis penelitian. Variasi itu semakin tampak tergantung dari perbedaan dimensi yang digunakan untuk memandangnya. Salah satu cara untuk melihat dan memaknai jenis-jenis penelitian dalam kaitannya dengan peran kajian teori dalam penelitian adalah dengan menempatkannya ke dalam suatu kontinum: deskriptif-ekspalanatif-verifikatif. Dengan pembedaan kelompok penelitian ke dalam tiga jenis penelitian itu menjadi tampak peran kajian teori di dalam masing-masing jenis penelitian tersebut. Berikut ini tabel yang menggambarkan peran teori dalam penelitian:
Jenis Penelitian
Ciri-ciri Utama
Peran Teori
Deskriptif
1. Menggambarkan apa adanya
2.      Tanpa intervensi
3.      Naratif verbal
4.      Indukstif kualitatif
5.      Tanpa hipotesis
Mempertajam interpretasi
Eksplanatif
1.      Dengan/tanpa intervensi
2.      Kuantitatif/kualitatif
3.      Dengan/tanpa hipotesis
1.Membangun model hubungan antar variabel
2.Instrumentasi pengukuran
3.Interpretasi
Verifikatif
          1  .Ada intervensi
          2. Manipulatif.   
     3.  Kuantitatif
     4. Deduktif
           5. Uji hipotesis
1.  Analisis Masalah
2.  Perancangan eksperimen
3. Instrumentasi pengukuran
4.Interpretasi
Pada tabel di atas terlihat bahwa peran teori sangat beragam tergantung pada posisi epistemologis peneliti dan juga tujuan penelitiannya. Pada jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yang dalam penelitiannya tanpa intervensi, teori sangat membantu dalam melakukan analisis dan interpretasi data. Di sisi lain,  peran teori jauh lebih banyak misalnya pemetaan permasalahan penelitian. Proses penemuan dan pemetaan permasalahan penelitian , ada yang diperoleh berdasarkan ketajaman peneliti menemukan murni pada  tataran teori, tetapi ada juga yang diperoleh berdasarkan pada penjelajahan dan ketajaman menggali empiri di lapangan. Perancangan penelitian sudah pasti memerlukan penguasaan teori yang kokoh berkenaan dengan sifat objek penelitian; identifikasi variabel penelitian, baik variabel perlakuan maupun variabel control; dan temasuk perumusan hipotesis penelitian yang merupakan penurunan deduktif dari teori. Instrumentasi untuk kualifikasi data juga sangat membutuhkan dasar kajian teoritis yang kokoh, baik teori substantif maupun teori bantunya, agar butir-butir instrument itu tidak menyimpang dari objek yang hendak diukur. Interpretasi hasil analisis data juga sangat memerlukan kajian teori jika ingin mampu memberikan pemaknaan secara komprehensif, tajam, dan mendalam.
Pada jenis penelitian yang berfungsi eksplanasi, peran teori juga bermacam-macam. Peran teori yang sangat menonjol pada jenis penelitian ini adalah sebagai “grand theory” teori utama yang mendasari penyusunan model structural hubungan antara variabel. Dalam epistemology modernisasi, peran grand theory ini sangat kuat pengaruhnya terhadap proses deduksi, elaborasi pertanyaan penelitian, instrumentasi, rancangan, analisis, sampai dengn pemaknaan hasil analisis.

C.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan wilayah interaksi antara penelitian tindakan dengan penelitian kelas. Penelitian tindakan kelas juga merupakan penerapan metodologi penelitian tindakan dengan objek proses pembelajaran di kelas. Tujuan utamanya adalah melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui sejumlah tindakan yang dirancang sebaik-baiknya. Untuk mencapai perbaikan dan peningkatan kualitas secara maksimal, rumusan tindakan itu bahkan tidak cukup hanya dilakukan satu kali saja melainkan bersiklus secara spiral.
Ada sejumlah karakteristik penelitian tindakan kelas yang menonjol dan perlu dicermati, yaitu: 
  1. Substansi objek penelitiannya adalah situasi kelas, di dalamnya termasuk faktor-faktor input dan proses dalam aktivitas pembelajaran 
  2. Guru dan murid diperlakukan sebagai dari subjek penelitian, bukan sebagai objek yang diteliti. Guru sebagai pelaku berperan aktif sejak penemuan dan perumusan masalah yang memerlukan tindakan, perencanaan tindakan kelas, dan refleksi yang diperlukan pada setiap tahap dan akhir siklus. 
  3.  Refleksi diri karena guru diposisikan sebagai subjek aktif dalam penelitian tindakan kelas. 
  4. Partisipatoris, karena guru selain melaksanakan proses pembelajaran juga sekaligus melaksanakan penelitian. 
  5. Bersiklus, artinya ada proses yang berulang dalam serangkaian tindakan yang dilakukan. Pada setiap putaran terdiri atas empat kegiatan utama, yaitu: Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi terhadap keseluruhan tindakan 
  6. Fleksibel, artinya dalam penelitian tindakan kelas dimungkinkan terjadinya improvisasi atas tema sentral dan konsep dasar tindakan.
Kemmis dan Mc. Taggart (1998), mengajukan lima karakteristik penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:
  1. Situasional, artinya penelitian tindakan kelas berkaitan langsung dengan permasalahan konkrit yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 
  2. Konstektual, artinya penelitian tindakan kelas merupakan upaya  yang dilakukan dengan melalui model dan prosedur tindakan yang tidak bisa dilepaskan dari konsteks budaya, sosial politik, maupun ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung. 
  3.  Kolaboratif, artinya dalam penelitian tindakan kelas memerlukan adanya partisipasi aktif antara guru dan siswa, dan mungkin dengan teknisi laboran, dan sebagainya yang terkait dalam membantu proses pembelajaran. 
  4.  Self-reflektif dan self-evaluatif, artinya guru sebagai pelaksana dan pelaku tindakan melakukan tindakan refleksi dan evaluasi terhadap hasil dan kemajuan yang dicapai. Perubahan atau perbaikan tindakan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang telah dilakukan. 
  5.  Fleksibel, artinya  penelitian tindakan kelas memberikan sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologis ilmiah. Misalnya: tidak ada prosedur pengambilan sampel, alat pengumpul data bersifat informal, dan sebagainya.
D.    Peran Kajian Teori dalam Penlitian Tindakan Kelas
Sebagai mana jenis penelitian lain, kajian teori dalam penelitian tindakan kelas juga memiliki peran yang penting. Kajian teori memberikan landasan yang kokoh untuk menemukan, mengenali dan merumuskan permasalahan yang layak untuk dijadikan focus penelitian. Kajian teori juga memberikan landasan yang kokor dan rasional dalam merumuskan hipotesis tindakan, sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan tidak sekedar menduga-duga saja. Tidak kalah pentingnya adalah kajian teori memberikan bekal pemahaman dan landasan yang kokoh bagi guru sebagai peneliti dalam melakukan refleksi.
Untuk mempermudah memahami peran kajian teori dalam penelitian tindakan kelas, dapat disimak penjelasan yang tertera pada tabel di bawah ini. 
Fungsi/Tahapan
Peran Teori
Perlu Perhatian Khusus
Refleksi awal, Identifikasi tema sentral
Sebagai landasan untuk menemukan, mengenali, dan memetakan permasalahan yang akan dijadikan focus penelitian tindakan kelas.
Diperlukan kesepahaman konseptual teoritik. Untuk itu perlu ada dialog dengan teman sejawat atau dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan
Perencanaan tindakan
Sebagai dasar pertimbangan perumusan rancangan tindakan dan perumusan hipotesis tindakan.
Tidak perlu kaku kerena rancangan tindakan bersifat tentatif dan akan diperbaiki
Pelaksanaan Tindakan
Sebagai pengarah dan  pemandu dalam melaksanakan tindakan
Kepekaan terhadap kesulitan pelaksanaan
Pengamatan, pemantauan pelaksanaan tindakan
Sebagai sumber kriteria untuk mempertimbangkan ketepatan arah dan kualitas perubahan  yang ditimbulkan oleh tindakan  yang dilakukan.
Perlu pencermatan atas kejadian yang tidak deirencanakan dan sejumlah kejadian-kejadian bermakna lainnya.
Refleksi
Sebagai salah satu alat untuk memaknai bebragai indikasi proses perubahan, hasil, dan dampak perubahan.
Hindarkan penggunaan teori hanya untuk pembenaran
Peralihan antar siklus
Teori untuk dasar pertimbangan kesinambungan antarsikulus dan perbaikan siklus berikutnya
Hubungan antar substansi satu siklus dengan siklus berikutnya.

Demikian pembahasan mengenai Kajian Teori Dalam Penelitian Tindakan Kelas, semoga bermanfaat, dan jangan lupa komentarnya ya.

Sumber :
1.   Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
2. Kemmis, S. and Mc Taggart,R. (1998) “The Action Research Planner”. Victoria: The Deakin University.

Minggu, 13 Mei 2012

Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Sebagai suatu metode penelitian, penelitian tindakan kelas memiliki sejumlah kelebihan untuk digunakan oleh guru dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan hasil hasil belajar siswa. Yang jelas, guru bisa melaksanakannya sendiri sambil tetap menjalankan tugas mengajarnya dan kegiatan itu dilaksanakan secara berkelanjutan. Namun demikian, selain memiliki beberapa kelebihan-kelebihan, penelitian tindakan kelas juga memiliki sejumlah kelemahan. Memahami kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas ini sangat penting bagi seorang guru karena dengan memahami kelebihan dan kekurangannya, peneliti dapat mengurangi kekurangan dan memaksimalkan kelebihannya. Berikut ini dipaparkan kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas menurut Muhammad Asrori (2008).

1.      Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
Ada sejumlah kelebihan penelitian tindakan kelas jika dilaksanakan dengan baik dan benar, yaitu sebagai berikut:
 
a.  Kerja sama dengan teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas dapat menimbulkan rasa memiliki. Kerja sama ini memberikan wahana untuk menciptakan kelompok dasar yang baru di antara para dan mendorong lahirnya rasa berkaitan antara mereka untuk saling tukar pikiran dan saling memberikan masukan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini sama-sama dilaksanakan. Guru akan saling termotivasi antara satu dengan yang lain. Apalagi, jika hasil diskusi dengan teman sejawat itu mampu menghasilkan perbaikan yang nyata pada proses pembelajaran dan hasil belajar siswanya.
b.   Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas mendorong berkembangnya pemikiran kritis dan kreativitas guru. Melalui diskusi dan interaksi dengan teman sejawat atau peneliti dari perguruan tinggi kependidikan atau orang lain dalam melakukan penelitian tindakan kelas, guru itu akan dapat menemukan dan mengembangkan kesadaran bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan cara demikian itu guru akan dapat menerima dirinya sendiri secara wajar. Melalui diskusi dengan teman sejawat atau peneliti dari perguruan tinggi kependidikan guru akan dapat melihat lebih banyak cara memandang masalah, lebih banyak saran-saran dan dan pemikiran untuk penyelesaian masalah pembelajaran yang dihadapi, lebih banyak analisis dan kritikan terhadap rencana tindakan yang diajukan. Situasi keterbukaan seperti ini dapat mendorong berkembangnya pemikiran kritis dan kreativitas pada diri guru.
c.  Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan kemampuan guru untuk membawa kepada kemungkinan untuk berubah. Mencoba sesuatu yang baru pasti mengandung resiko. hasil Penelitian tentang dinamika kelompok menunjukkan bahwa seseorang yang merupaka anggota kelompok lebih mudah berubah daripada perorangan (bukan sebagai anggota kelompok).  Orang yang ingin berubah harus terlibat dalam setiap aspek penelitiannya, dari identifikasi masalah, perencanaan tindakannya, menerapkan rencana tindakan yang telah disusun, melakukan pengamatan atau pengumpulan data, menganalisis data dan melakukan refleksi, sampai pada pengambilan kesimpulan dan pemaknaan hasil. Asumsi dasar dari gerakan penelitian tindakan kelas adalah bahwa cara  yang menjanjikan untuk memulai dan menjamin terjadinya perubahan adalah dengan melibatkan seseorang dalam keseluruhan proses penelitian tersebut secara berkelanjutan. Dengan cara ini berarti guru sebagai peneliti terlibat secara aktif dalam memikirkan perubahan dan perbaikan pembelajaran yang selama ini dilakukan untuk mewujudkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Proses berpikir dan sekaligus bertindak secara aktif dan berkelanjutan seperti ini berarti mamacu guru untuk membiasakan mengubah dirinya sendiri, Sebab jika dirinya sendiri belum ada keinginan untuk berubah, maka akan menjadi sulit untuk melakukan perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
 
2.   Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas
Selain memiliki sejumlah kelebihan-kelebihan seperti telah dipaparkan di atas, penelitian tindakan kelas, sebagaimana juga penelitian lainnya, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut menurut Muhammad Asrori (2008) adalah sebagai berikut: 
a.  Kurang mendalamnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik-teknik dasar penelitian tindakan kelas pada pihak peneliti. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh praktisi, yang dalam hal ini adalah guru yang selalu peduli terhadap kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya, khususnya kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan dan berkehendak untuk memperbaikinya. Karena para guru ini biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis, pada umumnya mereka kurang dilengkapi dengan pengetahuan yang mendalam dan keterampilan tentang teknik dasar penelitian. Kondisi seperti ini akan lebih parah lagi jika pada diri guru berkembang pikiran atau perasaan bahwa kegiatan penelitian hanya layak dilakukan oleh masyarakat kampus atau dosen di perguruan tinggi . Akibatnya. para guru pada umumnya kurang tertarik untuk melakukan penelitian sehingga kurang akrab dengan kegiatan penelitian atau bahkan cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Kondisi semacam ini jika dibiarkan berlarut-larut  jelas tidak menguntungkan posisi para guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
b. Tidak mudah menemukan dan merumuskan masalah yang hendak diteliti. Karena guru kebanyakan selalu bekerja dengan kegiatan rutin pembelajaran  dan jarang melakukan penelitian, maka tidak jarang guru mengalami kesulitan menemukan dan merumuskan masalah yang hendak diteliti. Apalagi kalau rumusan masalah itu sudah dituntut landasan teoritisnya. Mengkaji teoritis dari berbagai literatur merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi guru yang tidak terbiasa melakukannya. Kesulitan serupa juga dirasakan ketika merumuskan perencanaan tindakan yang tepat untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Rencana tindakan juga menuntut landasan teoritis agar memiliki pijakan yang kokoh, bukan sekadar tindakan  yang dikira-kira saja. Oleh sebab itu, sering sekali untuk menemukan dan merumuskan masalah serta rencana tindakan ini disarankan untuk berdiskusi dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan.
c.    Tidak mudah mengelola waktu antara kegiatan rutin yang sekaligus dilakukan dengan kegiatan penelitian tindakan kelas. Karena penelitian tindakan kelas memerlukan komitmen guru sebagai peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, maka faktor waktu ini dapat menjadi faktor yang sangat serius. Guru yang ingin melakukan penelitian tindakan kelas harus mampu secara cermat mengelola waktunya untuk melakukan tugas rutin nya dan sekaligus melakukan penelitian tindakan kelas nya. Ini menjadi sangat penting karena dapat berakibat kepada efisiensi dan keefektifan kerja guru yang bersangkutan. Sangat boleh jadi faktor pengelolaan waktu ini yang menyebabkan guru merasa enggan atau berat untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa nya karena ada perasaan khawatir justru akan mengganggu kegiatan pembelajaran yang selama ini telah berjalan lancar.
d.    Keengganan atau bahkan kesulitan untuk melakukan perubahan. Pada umumnya orang merasa enggan, merasa berat, atau bahkan menentang terhadap perubahan karena perubahan berarti kerja keras. Sangat boleh jadi pada diri guru ada juga yang berpikiran dan memiliki perasaan semacam ini. Perubahan melalui penelitian tindakan kelas benar-benar menuntut keseriusan guru, baik dilihat dari aspek pikiran, tenaga, waktu, dan tentunya sikap untuk berubah. Selama guru merasa sudah mapan atau sudah merasa cocok dengan situasi kerjanya, selama itu pula para guru sulit untuk diajak berubah. Padahal penelitian tindakan kelas menuntut adanya kemauan kuat dari diri guru untuk melakukan perubahan. Keinginan untuk melakukan perubahan ini dimulai dari adanya ketidakpuasan terhadap kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan dan dianggap sudah menjadi suatu kemapanan.
e.  Tuntutan terhadap penelitian tindakan agar dia dapat meyakinkan orang lain bahwa model, metode, strategi, atau teknik-teknik pembelajaran yang ditelitinya benar-benar berjalan secara efektif dan membawa kepada perubahan dan peningkatan kualitas secara nyata. Setelah penelitian itu tercapai guru harus ingat bahwa temuan penelitiannya hanya berlaku untuk situasi pembelajaran yang ditelitinya. Guru tidak boleh membuat generalisasi untuk semua kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda atau kompetensi dasar yang berbeda. Namun, sering terjadi guru sebagai peneliti tindakan kelas tergoda untuk membuat generalisasi ini.
 Meski pun penelitian tindakan kelas memiliki kelemahan-kelemahan sebagaimana dipaparkan di atas, penelitian tindakan kelas juga dapat menjadi alat yang ampuh bagi guru untuk mengesahkan model, metode, strategi, atau teknik pembelajaran yang selama ini telah diterapkan. sebab dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas itu berarti sudah dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap model, metode, strategi, atau teknik-teknik pembelajaran tersebut.
Agar penelitian tindakan kelas dapat terlaksana dengan baik, ada sejumlah kondisi tertentu yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a.   Kesediaan guru untuk mengakui kekurangan atau kelemahan diri berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan.
b.    Kesempatan yang memadai bagi guru untuk menemukan dan mengembangkan sesuatu yang baru.
c.    Dorongan yang kuat dari dirinya sendiri untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru berkenaan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Waktu yang tersedia secara memadai dan keseriusan untuk mengelola waktu tersebut antara kegiatan rutin yang sekaligus juga melakukan penelitian tindakan kelas untuk mencobakan tindakan-tindakan yang baru.
e.    Berkembangnya kepercayaan timbal-balik antara guru dengan siswa, dengan teman sejawat, dan dengan kepala sekolah.
Demikian tulisan mengenai kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas (PTK). Mudah-mudahan bermanfaat.
Sumber :
Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.

Sabtu, 12 Mei 2012

Alur Penalaran Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Muhammad Asrori  (2008) paparan  tentang  alur penelitian tindakan kelas dapat di simak pemikirannya sebagaimana tertera dalam diagram di bawah ini :
 Mencermati  diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada diagram itu tampak jelas bahwa alur penalaran atau pemikiran dalam penelitian tindakan kelas dimulai dari adanya suatu “masalah”. Masalah ini ditunjukkan dengan adanya kerisauan atau keresahan atau ketidakpuasan guru terhadap pembelajaran yang selama ini dilakukan. Ini bisa saja dirasakan oleh guru karena pembelajaran yang dilakukan selama ini tidak menimbulkan kegairahan belajar siswa, tidak menarik bagi siswa, membosankan bagi siswa, dan akhirnya berakibat rendahnya hasil belajar siswa. Semua fenomena itu dicermati oleh guru dan dirasakan sebagai masalah yang merisaukan pikirannya.
Berdasarkan kegiatan mencermati masalah itu, guru ada kemauan kuat untuk memperbaikinya atau meningkatkan kualitasnya. Sebab  jika tidak dilakukan perbaikan atau peningkatan kualitas, guru tersebut sangat khawatir “tujuan” pembelajaran tidak akan tercapai. Untuk bisa merumuskan langkah-langkah perbaikan pembelajaran guru harus melakukan “analisis masalah” yang selama ini terjadi pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Analisis masalah itu, agar bisa dilakukan secara tajam, cermat, sistematis, dan memiliki landasan  yang kokoh harus harus dilakukan dengan mengkaji “teori”, terutama teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran, teori-teori pendidikan, dan teori-teori psikologi pembelajaran atau psikologi pendidikan.
Dengan manganalisis masalah yang ada yang dilandasi oleh teori-teori yang kokoh, guru selanjutnya harus melakukan “perumusan masalah” yang hendak diteliti melalui penelitian tindakan kelas. Perumusan masalah ini sangat penting agar membantu guru sebagai peneliti mampu memfokuskan pada masalah-masalah apa yang ternyata penting untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitasnya. Semakin jelas perumusan masalah ini akan semakin memperjelas pula arah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru. Perumusan masalah yang jelas juga akan menuntun arah kerja guru sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas menjadi spesifik, terarah, jelas, mudah dalam mengumpulkan data yang  diperlukan, kepada siapa sumber data yang diharapkan bisa memberikan data secara akurat, dan mudah diukur hasilnya.
Setelah perumusan masalah dilakukan dengan baik dan jelas, guru masih harus melakukan “pengkajian atau pembahasan” dalam rangka merumuskan “gagasan-gagasan tentang alternatif tindakan”. Pembahasan atau pengkajian tentang alternatif tindakan ini juga harus didasarkan kepada ”teori-teori” sebagaimana ketika melakukan perumusan masalah. Mengaji atau melandaskan kepada teori-teori ini sangatlah penting agar “alternatif tindakan”  yang dirumuskan tidak salah sasaran, tidak menyesatkan dan memiliki landasan yang kokoh sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar, melainkan memberikan dampak yang positif.
Gagasan-gagasan alternatif tindakan yang  dirumuskan berdasarkan kajian teori itu bisa saja jadi masalah yang masih banyak sekali jumlahnya karena sifatnya masih alternatif. Oleh sebab itu , tugas guru selanjutnya adalah “memilih tindakan  yang diperkirakan tepat” dan cocok serta memberikan sumbangan yang maksimal  bagi perbaikan dan peningkatan pembelajaran. Memilih tindakan yang diperkirakan tepat ini tentunya memerlukan pemikiran yang cermat, teliti,  tajam, dan hati-hati. Oleh sebab itu agar bisa diperoleh tindakan yang tepat, guru perlu melakukan diskusi atau tukar pikiran dengan teman sejawat atau bahkan dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan.
Setelah dirumuskan sejumlah tindakan yang diperkirakan tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, selanjutnya “tindakan itu dicobakan” dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas. Mencoba tindakan yang tepat itu agar memperoleh hasil yang baik atau mampu memberikan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran, sudah barang tentu tidak dapat dilakukan sekali saja. Oleh karena itu , dalam penelitian tindakan kelas, kegiatan mencoba tindakan itu dilakukan secara bersiklus dan bersifat spiral. Artinya sejumlah tindakan itu di terapkan dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan dan berulang. Bisa saja siklus terjadi sampai dua, tiga, atau empat siklus sampai guru bisa melihat dengan jelas bahwa tindakan yang dilakukan menghasilkan perbaikan dan peningkatan secara maksimal.
Karena tindakan itu bersiklus dan bersifat spiral, maka pada setiap siklus, tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran itu “dicermati dan direnungkan” guna menemukan tindakan-tindakan yang sudah bagus, efisien, efektif serta tindakan mana yang belum efektif atau bahkan berdampak negatif. Kegiatan mencermati dan merenungkan serta menganalisis secara mendalam tindakan yang telah dicoba ini dikenal dengan istilah “refleksi”. Hasil mencermati, merenungkan, dan menganalisis secara mendalam ini digunakan untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Setelah dilakukan secara berulang dalam beberapa siklus dan guru sudah melihat perbaikan atau peningkatan kualitas secara maksimal, akhirnya guru bisa membuat “kesimpulan” terhadap penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.
Demikianlah sesungguhnya alur penalaran atau alur pikir dalam penelitian tindakan kelas yang sebaiknya dilakukan oleh guru sebagai seorang peneliti. Dengan alur penalaran semacam ini guru diharapkan dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan baik dan benar sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dan dapat mengantar para siswa memperoleh hasil belajar yang baik.
Dalam kaitannya dengan alur penalaran penelitian tindakan kelas ini perlu ditegaskan di sini bahwa yang diberikan diberikan tindakan oleh guru adalah “masalahnya” bukan “penyebab timbulnya masalah”. Sebab dalam kenyataan di lapangan tidak jarang terjadi kerancuan antara masalah dengan penyebab timbulnya masalah. Akibatnya, kadang-kadang yang dilakukan oleh guru adalah melakukan tindakan terhadap penyebab timbulnya masalah, bukan terhadap masalah itu sendiri.
Berikut ini dipaparkan ilustrasi yang ditulis oleh Suharsimi (2007) berdasarkan pengalamannya sebagai tim peneliti karya tulis ilmiah guru di tingkat pusat.
Masalah: Siswa sering terlambat datang ke sekolah. Untuk memperjelas masalah ini, gejala-gejala
1.      Berapa banyak siswa yang terlambat?
2.      Berapa lama siswa itu terlambat?
3.      Apa alasan mereka terlambat?
4.      Apa sudah ada usaha dari mereka agar tidak terlambat?
Penyebab timbulnya masalah: ada beberapa kemungkinan penyebab siswa datang terlambat ke sekolah, antara lain:
1.      Bangun  kesiangan.
2.      Jarak antara rumah ke sekolah jauh.
3.      Kendaraan yang menuju sekolah jarang dan sulit.
4.      Lalu lintas di perjalanan macet.
Berdasarkan ilustrasi di atas, tindakan apa yang harus dilakukan oleh guru untuk memperbaiki keterlambatan siswa tersebut? Perlu ditegaskan kembali di sini bahwa guru tidak boleh melakukan tindakan “penyebab  masalah” tetapi harus melakukan tindakan terhadap “masalah“ yang ada. Mengapa demikian, untuk memperjelas jawaban ini perhatikan penjelasan berikut ini berkaitan dengan ilustrasi kasus siswa terlambat datang ke sekolah yang telah dipaparkan di atas.
Penyebab ke-1 : Bangun kesiangan. Guru tidak mungkin secara langsung mengatasi bangun kesiangan ini karena guru tidak mungkin datang ke rumah siswa untuk membangunkannya. Guru juga tidak dapat meminta bantuan orang tua siswa untuk membangunkan anaknya karena minta tolong kepada orang tua tidak termasuk pekerjaan profesional guru. Lagi pula dalam penelitian tindakan kelas, guru harus mengatasi sendiri secara langsung.
Penyebab ke-2:Jarak antara rumah dengan sekolah jauh. Guru tidak mungkin bahkan tidak punya daya untuk mengubah jarak yang jauh antara rumah siswa dengan sekolah itu menjadi lebih dekat.
Penyebab ke-3 : Sulit mencari kendaraan.Guru juga tidak mungkin membantu siswa mengatasi sulitnya mendapatkan kendaraan. Membelikan kendaraan untuk siswa misalnya, itu juga tidak mungkin karena itu bukan tugas guru.
Penyebab ke-4: Lalu lintas di perjalanan macet. Guru juga tidak mungkin mampu mengatasi kemacetan lalu lintas supaya menjadi tidak macet atau menjadi lancar.
    Dari penjelasan di atas Nampak jelas bahwa kalau mau diatasi adalah “penyebab timbulnya masalah” ternyata justru menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang guru.  Jadi sekali lagi yang harus diatasi oleh guru melalui penelitian tindakan kelas adalah mengatasi “masalahnya.” Dalam konteks dengan masalah siswa datang terlambat datang ke sekolah ini yang dapat dilakukan oleh guru antara lain: 
           
1..Mengubah metode mengajarnya dengan metode yang menarik bagi siswa sehingga siswa berusaha bangun lebih awal agar bisa berangkat kesekolah lebih awal dan tidak terlambat.
2..Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru selalu memberikan pertanyaan dalam bentuk kuis dan dinilai oleh guru serta hasilnya dikembalikan kepada siswa sehingga mau tidak mau siswa harus berangkat lebih awal supaya tetap bisa mengikuti pertanyaan kuis tersebut. Sebab jika tdak berangkat lebih awal tidak akan bisa mengikuti pertanyaan kuis tersebut dan akibatnya tidak akan memperoleh nilai. Dengan cara demikian, siswa berusaha untuk tidak terlambat.
3. Setiap akhir pelajaran, guru memberikan PR dan hasilnya harus dibahas didepan kelas dan kemudian diserahkan kepada guru sebelum materi pelajaran berikutnya dilanjutkan. Hasil PR yang dikerjakan dan dibahas oleh siswa tersebut diberi nilai. Dengan  cara demikian siswa akan berusaha dating lebih awal karena kalau terlambat tidak mendapat nilai dari PR yang telah dikerjakan.
Jadi, intinya adalah bahwa dalam penelitian tindakan kelas itu tindakan yang dipilih guru adalah tindakan yang dikenakan secara langsung pada “masalahnya” dilakukan oleh siswa dengan arahan dari guru, bukan dari orang lain; misalnya dari orang tua siswa. 
Sumber :
1.      Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
2.      Suharsimi Arikunto (2007).Penelitian Yindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara