A. Pendahuluan
Diskusi tentang posisi kajian teori
dalam penelitian tindakan kelas setidaknya melibatkan tiga aspek penting,
yaitu paradigma penelitian, posisi penelitian tindakan kelas, pokok permasalahan
teoritis dalam konteks penelitian tindakan kelas. Berikut ini disajikan
pembahasan masing-masing aspek tersebut:
1. Paradigma Penelitian
Perkembangan perubahan paradigma dalam penelitian
pendidikan menarik untuk dicermati. Ketika penerapan statistik diperkenalkan ke
dunia pendidikan, banyak peneliti tertarik untuk mennggunakannya. Kecenderungan
ini meningkat tajam dengan kehadiran komputer yang menawarkan program-program
statistika sehingga sangat membantu memudahkan siapa saja yang menggunakannya
untuk menganalisis data secara statistik. Penggunaan statistik sangat diwarnai
oleh paradigma positifistik-kuantitatif. Pengaruh positifnya memang sangat
banyak, terutama mempercepat kerja peneliti dan keakuratan hasil analisis data
lebih terjamin dibandingkan dengan yang dilakukan secara manual. Namun disisi
lain ada juga pengaruh negatifnya, yaitu terasa terpinggirkannya teori dalam
penelitian, sampai-sampai ada kritik tajam yang mengatakan bahwa penelitian
pendidikan adalah penelitian yang bersifat “ateoritik”
atau paling tidak lemah dalam landasan teoritisnya.
Perkembangan selanjutnya muncul paradigm penelitian
naturalistic-fenomenologis yang pendekatannya kualitatif. Paradigma ini muncul
seakan-akan menawarkan solusi agar paradigma kuantitaif sebagai warna utama
dalam penelitian pendidikan yang cenderung
kering pembahasan teoritisnya dapat dihindari. Namun perkembangan
paradigma ini juga tidak terlapas dari pengaruh negatif. Ada pengaruh negatif
yang cenderung tampak dan berkembang, yakni bahwa pendekatan kualitatif
cenderung dipilih sebagai upaya menghindari statistika bagi orang-orang yang
tidak senang dengan statistika atau kesulitan dalam menggunakan analisis statistik.
Kekeringan kajian teoritis menyebabkan penelitian
mengalami kurang memiliki landasan yang kokoh dan mengalami pendangkalan makna
dari hasil analisis datanya. Ini terjadi karena peneliti menjadi kurang tajam
dalam melakukan refleksi yang sangat memerlukan kemampuan berpikir abstrak,
menemukan dan membuat asosiasi, dan komparasi secara teoritis. Kemampuan
berpikir analitik dan kemampuan berpikir sintetik dengan dasar teori yang kokoh
sangat besar perannya dalam menghasilkan makna hasil penelitian yang
berkualitas.
Berkenaan dengan paradigm penelitian positivistic
dan fenomenologis ini, ada tiga
kemungkinan pandangan atau sikap seseorang sebagai peneliti, yaitu:
- Bersikap opsisional, yaitu mendudukkan kedua paradigma itu dalam posisi yang berseberangan, peneliti tidak ada kemungkinan lain kecuali memilih salah satu karena berpandangan bahwa kedua paradigma itu saling bertentangan satu dengan yang lain
- Bersikap komplementaristik, yaitu menggunakan kedua paradigma penelitian itu untuk saling melengkapi, peneliti dapat menggunakannya secara bergantian sesuai dengan sifat permasalahan yang diteliti. Ini yang belakangan dikenal dengan complementary research.
- Bersikap integralistik atau nonparadigmatik, yaitu peneliti membebaskan diri dari kedua paradigma penelitian tersebut.
2.
Posisi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas memiliki sifat yang khas yaitu reflektif-partisipatoris. Artinya
guru sebagai peneliti berpartisipasi secara aktif melaksanakan proses
pembelajaran dan sekaligus mengamati, mencermati, merenungkan, mencari, dan
menumukan aspek-aspek penting yang perlu diperbaiki. Unsur utama yang
membedakannya dengan penlitian lain adalah adanya tindakan untuk memperbaiki
proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Perbedaannya dari penelitian
eksperimen adalah terletak pada tingkat ketepatan pengendalian variabel, pada
penelitian tindakan kelas rancangan dimungkinkan mengalami perubahan, penajaman,
tanpa harus kehilangan teman senteralnya.
Penelitian
tindakan kelas memiliki tujuan utama yaitu menghasilkan perbaikan, artinya
kalau dalam proses pelaksanaan tindakan ditemukan hal-hal yang kurang sesuai,
sangat dimungkinkan dilakukan perubahan atau penajaman tindakan agar tujuan
perbaikan yang direncanakan dapat tercapai, tanpa mengubah rancangan induknya.
Dari sudut pandang lain sangat penting bagi peneliti untuk berbuat sesuatu agar
perubahan dan perbaikan yang ditimbulkan
oleh tindakan yang dilakukan dapat terjadi secara maksimal. Kemampuan improvisasi
dalam tindakan dan pendataannya merupakan sesuatu yang menuntut kelincahan
peneliti dalam menggunakan metodologi penelitian. Di sinilah terasa bahwa cara
kerja yang ditawarkan oleh pendekatan kualitatif sangat diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas. Dalam pada itu, fleksibilitas kerja penelitian untuk
kepentingan peningkatan hasil penelitian dengan tetap mengacu pada kaidah
penelitian ilmiah yang diperlukan. Dikaji dari sudut pandang ini, Penelitian
tindakan kelas memiliki sifat-sifat penelitian kualitatif. Ini tampak jika
di tinjau dari proses pelaksanaan tindakan yang membuka peluang improvisasi,
proses pengumpulan data dengan berbagai metode dan dari berbagai sumber, dan
refleksi berjalan terus-menerus untuk menghasilkan dampak tindakan dan pemaknaan
hasil secara baik agar mampu memberikan perubahan dan perbaikan proses
pembelajaran dan hasil belajar.
B.
Peran
Teori Dalam Penelitian
Sesungguhnya ada banya sekali
variasi jenis-jenis penelitian. Variasi itu semakin tampak tergantung dari
perbedaan dimensi yang digunakan untuk memandangnya. Salah satu cara untuk
melihat dan memaknai jenis-jenis penelitian dalam kaitannya dengan peran kajian
teori dalam penelitian adalah dengan menempatkannya ke dalam suatu kontinum:
deskriptif-ekspalanatif-verifikatif. Dengan pembedaan kelompok penelitian
ke dalam tiga jenis penelitian itu menjadi tampak peran kajian teori di dalam
masing-masing jenis penelitian tersebut. Berikut ini tabel yang menggambarkan
peran teori dalam penelitian:
Jenis
Penelitian
|
Ciri-ciri
Utama
|
Peran
Teori
|
Deskriptif
|
1. Menggambarkan
apa adanya
2. Tanpa
intervensi
3. Naratif
verbal
4. Indukstif
kualitatif
5. Tanpa
hipotesis
|
Mempertajam
interpretasi
|
Eksplanatif
|
1. Dengan/tanpa
intervensi
2. Kuantitatif/kualitatif
3. Dengan/tanpa
hipotesis
|
1.Membangun
model hubungan antar variabel
2.Instrumentasi
pengukuran
3.Interpretasi
|
Verifikatif
|
1
.Ada intervensi
2. Manipulatif.
3. Kuantitatif
4. Deduktif
5. Uji hipotesis
|
1. Analisis
Masalah
2. Perancangan
eksperimen
3. Instrumentasi
pengukuran
4.Interpretasi
|
Pada tabel di atas terlihat bahwa
peran teori sangat beragam tergantung pada posisi epistemologis peneliti dan
juga tujuan penelitiannya. Pada jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yang
dalam penelitiannya tanpa intervensi, teori sangat membantu dalam melakukan
analisis dan interpretasi data. Di sisi lain,
peran teori jauh lebih banyak misalnya pemetaan permasalahan penelitian.
Proses penemuan dan pemetaan permasalahan penelitian , ada yang diperoleh
berdasarkan ketajaman peneliti menemukan murni pada tataran teori, tetapi ada juga yang diperoleh
berdasarkan pada penjelajahan dan ketajaman menggali empiri di lapangan.
Perancangan penelitian sudah pasti memerlukan penguasaan teori yang kokoh
berkenaan dengan sifat objek penelitian; identifikasi variabel penelitian, baik
variabel perlakuan maupun variabel control; dan temasuk perumusan hipotesis
penelitian yang merupakan penurunan deduktif dari teori. Instrumentasi untuk
kualifikasi data juga sangat membutuhkan dasar kajian teoritis yang kokoh, baik
teori substantif maupun teori bantunya, agar butir-butir instrument itu tidak
menyimpang dari objek yang hendak diukur. Interpretasi hasil analisis data juga
sangat memerlukan kajian teori jika ingin mampu memberikan pemaknaan secara
komprehensif, tajam, dan mendalam.
Pada jenis penelitian yang
berfungsi eksplanasi, peran teori juga bermacam-macam. Peran teori yang sangat
menonjol pada jenis penelitian ini adalah sebagai “grand theory” teori utama yang mendasari penyusunan model
structural hubungan antara variabel. Dalam epistemology modernisasi, peran grand theory ini sangat kuat pengaruhnya
terhadap proses deduksi, elaborasi pertanyaan penelitian, instrumentasi,
rancangan, analisis, sampai dengn pemaknaan hasil analisis.
C.
Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan
wilayah interaksi antara penelitian tindakan dengan penelitian kelas.
Penelitian tindakan kelas juga merupakan penerapan metodologi penelitian
tindakan dengan objek proses pembelajaran di kelas. Tujuan utamanya adalah
melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar
siswa melalui sejumlah tindakan yang dirancang sebaik-baiknya. Untuk mencapai
perbaikan dan peningkatan kualitas secara maksimal, rumusan tindakan itu bahkan
tidak cukup hanya dilakukan satu kali saja melainkan bersiklus secara spiral.
Ada sejumlah karakteristik
penelitian tindakan kelas yang menonjol dan perlu dicermati, yaitu:
- Substansi objek penelitiannya adalah situasi kelas, di dalamnya termasuk faktor-faktor input dan proses dalam aktivitas pembelajaran
- Guru dan murid diperlakukan sebagai dari subjek penelitian, bukan sebagai objek yang diteliti. Guru sebagai pelaku berperan aktif sejak penemuan dan perumusan masalah yang memerlukan tindakan, perencanaan tindakan kelas, dan refleksi yang diperlukan pada setiap tahap dan akhir siklus.
- Refleksi diri karena guru diposisikan sebagai subjek aktif dalam penelitian tindakan kelas.
- Partisipatoris, karena guru selain melaksanakan proses pembelajaran juga sekaligus melaksanakan penelitian.
- Bersiklus, artinya ada proses yang berulang dalam serangkaian tindakan yang dilakukan. Pada setiap putaran terdiri atas empat kegiatan utama, yaitu: Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi terhadap keseluruhan tindakan
- Fleksibel, artinya dalam penelitian tindakan kelas dimungkinkan terjadinya improvisasi atas tema sentral dan konsep dasar tindakan.
Kemmis dan Mc. Taggart (1998), mengajukan lima
karakteristik penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:
- Situasional, artinya penelitian tindakan kelas berkaitan langsung dengan permasalahan konkrit yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
- Konstektual, artinya penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilakukan dengan melalui model dan prosedur tindakan yang tidak bisa dilepaskan dari konsteks budaya, sosial politik, maupun ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung.
- Kolaboratif, artinya dalam penelitian tindakan kelas memerlukan adanya partisipasi aktif antara guru dan siswa, dan mungkin dengan teknisi laboran, dan sebagainya yang terkait dalam membantu proses pembelajaran.
- Self-reflektif dan self-evaluatif, artinya guru sebagai pelaksana dan pelaku tindakan melakukan tindakan refleksi dan evaluasi terhadap hasil dan kemajuan yang dicapai. Perubahan atau perbaikan tindakan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang telah dilakukan.
- Fleksibel, artinya penelitian tindakan kelas memberikan sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologis ilmiah. Misalnya: tidak ada prosedur pengambilan sampel, alat pengumpul data bersifat informal, dan sebagainya.
D.
Peran
Kajian Teori dalam Penlitian Tindakan Kelas
Sebagai mana jenis
penelitian lain, kajian teori dalam penelitian tindakan kelas juga memiliki
peran yang penting. Kajian teori memberikan landasan yang kokoh untuk
menemukan, mengenali dan merumuskan permasalahan yang layak untuk dijadikan focus
penelitian. Kajian teori juga memberikan landasan yang kokor dan rasional dalam
merumuskan hipotesis tindakan, sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan
tidak sekedar menduga-duga saja. Tidak kalah pentingnya adalah kajian teori
memberikan bekal pemahaman dan landasan yang kokoh bagi guru sebagai peneliti
dalam melakukan refleksi.
Untuk mempermudah memahami
peran kajian teori dalam penelitian tindakan kelas, dapat disimak penjelasan
yang tertera pada tabel di bawah ini.
Fungsi/Tahapan
|
Peran
Teori
|
Perlu
Perhatian Khusus
|
Refleksi awal, Identifikasi tema
sentral
|
Sebagai landasan untuk menemukan,
mengenali, dan memetakan permasalahan yang akan dijadikan focus penelitian
tindakan kelas.
|
Diperlukan kesepahaman konseptual
teoritik. Untuk itu perlu ada dialog dengan teman sejawat atau dengan
peneliti dari perguruan tinggi kependidikan
|
Perencanaan tindakan
|
Sebagai dasar pertimbangan perumusan
rancangan tindakan dan perumusan hipotesis tindakan.
|
Tidak perlu kaku kerena rancangan
tindakan bersifat tentatif dan akan diperbaiki
|
Pelaksanaan Tindakan
|
Sebagai pengarah dan pemandu dalam melaksanakan tindakan
|
Kepekaan terhadap kesulitan
pelaksanaan
|
Pengamatan, pemantauan pelaksanaan
tindakan
|
Sebagai sumber kriteria untuk
mempertimbangkan ketepatan arah dan kualitas perubahan yang ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukan.
|
Perlu pencermatan atas kejadian yang
tidak deirencanakan dan sejumlah kejadian-kejadian bermakna lainnya.
|
Refleksi
|
Sebagai salah satu alat untuk memaknai
bebragai indikasi proses perubahan, hasil, dan dampak perubahan.
|
Hindarkan penggunaan teori hanya untuk
pembenaran
|
Peralihan antar siklus
|
Teori untuk dasar pertimbangan
kesinambungan antarsikulus dan perbaikan siklus berikutnya
|
Hubungan antar substansi satu siklus
dengan siklus berikutnya.
|
Demikian pembahasan mengenai Kajian Teori Dalam Penelitian Tindakan Kelas, semoga bermanfaat, dan jangan lupa komentarnya ya.
Sumber :
1.
Mohommad
Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas,
Bandung : CV Wacana Prima.
2. Kemmis,
S. and Mc Taggart,R. (1998) “The Action
Research Planner”. Victoria: The Deakin University.