Oleh : Aprudin, S.Pd.I
A. Pembelajaran
Kooperatif
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis menggabungkan interaksi antara sesama siswa
sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif
dirancang berdasarkan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Karena satu sama lain saling membutuhkan, maka harus ada interaksi antar
sesama agar manusia yang berbeda terhindar dari kesalahpahaman antar
sesamanya.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang
tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Lebih lanjut,
belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang
terjadi ketika masing-masing orang yang berhubungan dengan yang lain
membangun pengertian serta pengetahuan bersama.
Menurut Nurhadi (2004:60) Pembelajaran kooperatif
tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan secara
asal-asalan. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya.
Didalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu
karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota
kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri, agar tugas
selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan dan interaksi antar siswa
akan lebih intensif. Interaksi yang intensif dapat dipastikan komunikasi
antar siswa berjalan dengan lancar. Hasil pemikiran beberapa kepala akan
lebih kaya dari hasil pemikiran satu kepala.
Melalui metode pembelajaran kooperatif Think Pair
Share ini, siswa akan lebih menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang
didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen dalam
pembelajaran kooperatif, antara lain:
1.
Saling ketrergantungan positif
Dalam pembelajaran
kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan
saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi
untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2.
Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka
menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka
dapat saling bertatap muka, melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi
juga sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling
menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi
semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar
dari sesamanya.
3.
Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif
menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian
ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara
individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh
guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang dapat memberikan bantuan.
4.
Keterampilan menjalin hubungan antar
pribadi
Dalam pembelajaran
kooperatif, keterampilan seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide , berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang
lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa
yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran
dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
5.
Proses kelompok
Siswa memprotes
keefektifan belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat
menyumbang belajar dan mana yang tidak, serta membuat keputusan ataupun
tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah (Nurhadi, 2004:61).
Sementara
tahapan-tapan yang yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif adalah
sebagaimana berikut :
Tabel
2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
|
Tahapan
|
Tingakah Laku Guru
|
I
|
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
|
Guru
menyampikan semua
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar
|
II
|
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
|
III
|
Mengorganisasikan
siswa
ke dalam
kelompok
kooperatif
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu
setiap
kelompok agar
melakukan
transisi secara efisien
|
IV
|
Membimbing
kelompok
bekerja dan
belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
|
V
|
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
VI
|
Memberikan
penghargaan
|
Guru
mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok
|
Menurut
Rahayu Sri ( 1998:53) pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihan pembelajaran kooperatif antara
lain:
1. Siswa
bertanggung jawab atas proses belajarnya, terlibat secara aktif, dan memiliki
usaha yang lebih besar untuk berprestasi.
2. Siswa
mengembangkan keterampilan berfikir tinggi dan berfikir kritis
3. Hubungan
yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar.
Sedangkan
kelemahan dari pembelajaran kooperatif ini adalah:
1. Bagi
guru, guru akan kesulitan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan
heterogen dari segi prestasi akademis dan banyak menghabiskan waktu untuk
diskusi
2.
Bagi siswa, siswa dengan kemampuan yang
tinggi masih banyak yang belum terbiasa untuk menyampaikan atau memberi
penjelasan kepada siswa lain sehingga sulit untuk dipahami. Dalam hal ini
gurumenekankan pentingnya menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada siswa lain
dalam satu kelompok guna menghidupkan suasana pembelajaran kooperatif.
Jenis-Jenis
Pembelajaran Kooperatif
Ada
4 model pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. STAD (Student Teams Achievement
Divisisons), merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Model ini menekankan kerja sama
antar sesama anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar, serta setiap
minggu atau setiap dua minggu dilakukan evaluasi dan pemberian skor.
2. JIGSAW, merupakan pembelajaan kooperatif
yang terdiri dari kelompok pakar (expert group) dan kelompok awal (home
teams), dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari
bagian akademik dari semua bahan akademik yang disodorkan guru.
3. GI (Group Investigation, merupakan
pembelajaran kooperatif dimana siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topic maupun cara untuk pembelajaran secara investigasi. Metode ini
menuntut para siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4.
Metode Struktural, model ini menekankan
pada struktur-struktur khusus yang dirancang mempengaruhi pola-pola interaksi
siswa. Model struktural dibedakan menjadi dua, antara lain:
a)
Think-Pair-Share,
merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada siswa waktu
untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap saling
membantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam model ini, antra lain :
berfikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share).
b) Numbered Head Together, model ini
merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan para siswa dalam mereview
bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek atau memeriksa
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Terdapat 4 langkah dalam
model ini, yaitu : penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan
pemberian jawaban (Nurhadi, 2004 : 64).
Ciri-Ciri
Pembelajaran Kooperatif
Adapun
Ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah :
1. Siswa
belajar dalam kelompok, aktif mendengar, dan mengemukakan pendapat.
2. Membuat
keputusan secara bersama
3. Kelompok
siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah.
4. Jika
didalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama,
budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam
setiap kelompok pun terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang
berbeda pula.
5. Penghargaan
lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada kerja perorangan.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran
yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan
materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan
materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif.
B.
Pengertian Metode
Pembelajaran Think
Pair Share
Think Pair Share adalah
suatu metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu
untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Metode ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi
faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan.
Pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih sederhana
karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun
mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat
dan menghargai pendapat teman (Sa’dijah, Cholis, 2006:12).
Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank
Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki
prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,
menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan
cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Think Pair
Share memiliki prosedur yang secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung
pada kelompok kecil secara kooperatif.
C.
Tahapan-Tahapan
Pelaksanaan Think Pair Share
Tahapan demi tahapan
yang dilakukan pada pelaksanaan Think Pair Share, antara
lain:
- Tahap satu, think (berpikir).
Pada tahap ini guru
memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses TPS dimulai
pada saat ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke
seluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan
dijawab dengan berbagai macam jawaban.
- Tahap dua, pair (berpasangan).
Pada tahap ini siswa
berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan
dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi
dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan
pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul pembelajaran.
Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil
pemikirannya.
- Tahap 3, share (berbagi).
Pada tahap ini siswa
secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk
melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini
siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan
berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang
berbeda oleh individu yang berbeda. Tabel pembelajaran Think Pair
Share adalah sebagai berikut:
Tabel
2.2 Pembelajaran Think Pair Share
Tahapan
|
Guru
|
Siswa
|
1.
Thinking
|
Guru
memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir tentang pertanyaan atau masalah
yang diberikan
|
Siswa
berpikir sendiri untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau masalah yang
diajukan
|
2. Pairing
|
Guru
memberikan tanda kepada siswa untuk mulai berpasangan dengan siswa lain
|
Siswa mulai
mencari pasangan untuk mendiskusikan dan mencapai kesepakatan atas jawaban
pertanyaan yang diajukan guru
|
3. Sharing
|
Guru meminta
pasanganpasangan
tersebut untuk
berbagi
jawaban atas
pertanyaan
atau
permasalahan
yang
diajukan guru
|
Siswa berbagi
jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang diajukan guru
|
D.
Alasan-Alasan
Penggunaan Think Pair Share
Ada beberapa alasan
mengapa TPS perlu digunakan, antara lain:
1)
TPS membantu menstrukturkan diskusi.
Siswa mengikuti proses yang telah ditentukan sehingga membatasi
kesempatan pikirannya melantur dan tingkah lakunya menyimpang
karena harus melapor hasil pemikiranyya ke mitranya/temanya.
2)
TPS meningkatkan partisipasi siswa dan
meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa.
3)
TPS meningkatkan lamanya ”Time On
Task” dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi
kelas.
4)
Siswa dapat mengembangkan kecakapan
hidup sosialnya.
E.
Keunggulan-Keunggulan Think
Pair Share
Keunggulan-Keunggulan Think
Pair Share, antara lain:
1)
TPS mudah diterapkan diberbagai jenjang
pendidikan dan dalam setiap kesempatan.
2)
Menyediakan waktu berpikir untuk
meningkatkan kualitas respon siswa.
3)
Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir
mengenai konsep dalam mata pelajaran.
4)
Siswa lebih memahami tentang konsep
topik pelajaran selama diskusi.
5)
Siswa dapat belajar dari siswa lain.
6)
Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai
kesempatan untuk berbagi
7)
atau menyampaikan idenya.
F.
Aplikasi Waktu
Penggunaan Think Pair Share
Aplikasi waktu dalam
menggunakan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share adalah:
1)
Dapat digunakan di awal pelajaran
sebelum mempelajari suatu materi (untuk mengetahui pengetahuan awal siswa).
2)
Selama guru memperagakan, bereksperimen,
atau menjelaskan.
3)
Setiap saat untuk mengecek pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarakan.
Sumber :
- Sa’dijah, Cholis. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang: Lembaga Penelitian UM
- Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi dan Belajar Siswa Kelas XII IPA SMAN I Gondangwetan Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.
- Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press
- Rahayu
Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan IPA. Chimera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar