Pembelajaran
di sekolah dasar dengan Kurikulum 2013 dilakukan secara tematik integratif.
Melalui sistem tematik integratif ini, indikator mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan VI
SD.
”Di SD, semua mata pelajaran dilaksanakan dengan tematik integratif berdasarkan
tema-tema yang sudah disusun. Indikator IPA dan IPS mulai muncul di kelas IV
hingga VI, tetapi pembelajarannya tetap tematik integratif,” kata Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim, di Jakarta, Rabu
(16/1). Ia meluruskan anggapan IPA dan IPS akan diberikan menjadi pelajaran
tersendiri di kelas IV, V, dan VI SD.
Musliar menegaskan, mata pelajaran IPA dan IPS di SD tidak diajarkan secara terpisah, tetapi indikatornya dibuat muncul atau diperjelas sejak kelas IV SD. Hal ini sejalan dengan masukan yang dijaring pemerintah selama uji publik terhadap perubahan Kurikulum 2013 pada akhir 2012.
Berdasarkan pola tematik integratif ini, buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran, tetapi berdasarkan tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Sebagai contoh, untuk kelas I SD ada delapan tematik, yakni diriku; kegemaranku; kegiatanku; keluargaku; pengalamanku; lingkungan bersih, sehat, dan asri; benda, binatang, dan tanaman di sekitarku; serta peristiwa alam. Ada juga pendidikan agama dan budi pekerti.
Memperkaya Materi
Fisikawan Yohanes Surya mengatakan, indikator sains yang menonjol dalam pembelajaran tematik integratif mulai di kelas IV memberikan ruang bagi guru untuk memperkaya materi sains. Apalagi ada sekolah-sekolah yang memang ingin meningkatkan pendidikan sains mulai jenjang sekolah dasar. Meski demikian, Yohanes Surya menilai pelajaran IPA sebaiknya menjadi mata pelajaran tersendiri, setidaknya sejak kelas IV SD. Langkah ini penting untuk menumbuhkan minat dan kecintaan siswa sejak dini pada bidang sains.
Musliar menegaskan, perubahan Kurikulum 2013 tersebut merupakan kurikulum minimal. ”Guru dan sekolah tetap punya keleluasaan untuk mengembangkan atau memperkaya materi. Yang penting, kompetensi minimalnya sudah terpenuhi,” ungkap Musliar.
Reni Marlinawati, anggota Komisi X DPR, mempertanyakan studi kelayakan pembelajaran di SD yang dilaksanakan dengan tematik integratif. Pembelajaran tematik di SD memang sudah ada di kelas I hingga III SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tetapi belum berjalan efektif.
Musliar menegaskan, mata pelajaran IPA dan IPS di SD tidak diajarkan secara terpisah, tetapi indikatornya dibuat muncul atau diperjelas sejak kelas IV SD. Hal ini sejalan dengan masukan yang dijaring pemerintah selama uji publik terhadap perubahan Kurikulum 2013 pada akhir 2012.
Berdasarkan pola tematik integratif ini, buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran, tetapi berdasarkan tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Sebagai contoh, untuk kelas I SD ada delapan tematik, yakni diriku; kegemaranku; kegiatanku; keluargaku; pengalamanku; lingkungan bersih, sehat, dan asri; benda, binatang, dan tanaman di sekitarku; serta peristiwa alam. Ada juga pendidikan agama dan budi pekerti.
Memperkaya Materi
Fisikawan Yohanes Surya mengatakan, indikator sains yang menonjol dalam pembelajaran tematik integratif mulai di kelas IV memberikan ruang bagi guru untuk memperkaya materi sains. Apalagi ada sekolah-sekolah yang memang ingin meningkatkan pendidikan sains mulai jenjang sekolah dasar. Meski demikian, Yohanes Surya menilai pelajaran IPA sebaiknya menjadi mata pelajaran tersendiri, setidaknya sejak kelas IV SD. Langkah ini penting untuk menumbuhkan minat dan kecintaan siswa sejak dini pada bidang sains.
Musliar menegaskan, perubahan Kurikulum 2013 tersebut merupakan kurikulum minimal. ”Guru dan sekolah tetap punya keleluasaan untuk mengembangkan atau memperkaya materi. Yang penting, kompetensi minimalnya sudah terpenuhi,” ungkap Musliar.
Reni Marlinawati, anggota Komisi X DPR, mempertanyakan studi kelayakan pembelajaran di SD yang dilaksanakan dengan tematik integratif. Pembelajaran tematik di SD memang sudah ada di kelas I hingga III SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tetapi belum berjalan efektif.
”Sebenarnya dalam implementasi Kurikulum 2013 perlu uji coba dulu. Namun, pemerintah terlalu yakin untuk menjalankan Kurikulum 2013 pada Juli nanti, tanpa perlu uji coba,” kata Reni.
Padahal, menurut Reni, perubahan kurikulum akan berdampak luas terhadap penyelenggaraan pendidikan (Sumber; KOMPAS.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar