Bicara
kurikulum pendidikan, anda tentu pernah mendengar sebuah pemeo: "ganti
menteri, ganti kurikulum" atau "hanya mengganti kulit, tetapi isinya
sama saja". Ungkapan itu agaknya benar-benar menjadi gunjingan masyarakat.
Masyarakat memandang kurikulum belum membawa perubahan besar terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku, serta keterampilan dan kreativitas anak
sekolah.
Pengamat pendidikan Arief Rahman mengatakan wajah kurikulum pendidikan di Indonesia selama ini terlalu kuat pada penilaian kecerdasan otak (kognitif). Padahal merujuk Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ada aspek lain juga harus dikejar, yakni kecerdasan sikap dan perilaku anak.
Kurikulum pendidikan setidaknya membangun lima aspek: menjamin manusia Indonesia baik, pendidikan anak baik, berilmu mutakhir, dan berwawasan global kuat. Lalu selama ini apa hasilnya? "kurikulum sekarang hasil perubahan-perubahan sebelumnya, secara teoretis sudah bagus. Tetapi penerapannya di lapangan tidak maksimal," kata dia ketika dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, Rabu lalu.
Masalahnya, dia melanjutkan, terletak pada kesiapan pengajar. Kurikulum sesungguhnya sudah baik, tetapi kemampuan guru juga menentukan, sejauh mana mereka bisa menerjemahkan kurikulum dengan baik. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Guru berkualitas dihasilkan dari kampus berkualitas pula. Pemerintah harus memperhatikan persoalan itu.
Berita perubahan kurikulum ini memang tengah ramai. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membahas rencana perubahan kurikulum sekolah dasar tahun ajaran 2013. "Ada lubang-lubang pada kurikulum sebelumnya dan harus disempurnakan. Misalnya, kenapa hasil kompetisi sains di luar negeri rendah?" kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh saat dihubungi secara terpisah Kamis pekan lalu.
Menurut Nuh, menyelesaikan persoalan tidak bisa sekaligus."Harus dipilah-pilah. Masalah kurikulum persoalan penting, soal distribusi penting, pengajaran juga penting. Jadi kurikulum diselesaikan dulu, disusul yang lain," kata dia lalu menutup telepon.
Rencana penyempurnaan kurikulum ini memang membetot perhatian publik. Ada yang setuju, ada yang tidak. Misalnya, ratusan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Mereka gelisah dengan rencana itu sebab berpotensi menenggelamkan bahasa Sunda, lalu berdemontrasi di depan Gedung Sate, Bandung.
Begitu juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Reni Marlinawati. Politikus dari Partai Pesatuan Pembangunan (PPP) ini menilai Kementerian Pendidikan semestinya mensosialisasikan lebih dulu ke guru dan sekolah-sekolah. "Salah satu prasyarat mutlak implementasi kurikulum adalah guru harus memahami secara benar konsep kurikulum akan diimplementasikan, jangan tergesa-gesa," katanya. (www.merdeka.com)
Pengamat pendidikan Arief Rahman mengatakan wajah kurikulum pendidikan di Indonesia selama ini terlalu kuat pada penilaian kecerdasan otak (kognitif). Padahal merujuk Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ada aspek lain juga harus dikejar, yakni kecerdasan sikap dan perilaku anak.
Kurikulum pendidikan setidaknya membangun lima aspek: menjamin manusia Indonesia baik, pendidikan anak baik, berilmu mutakhir, dan berwawasan global kuat. Lalu selama ini apa hasilnya? "kurikulum sekarang hasil perubahan-perubahan sebelumnya, secara teoretis sudah bagus. Tetapi penerapannya di lapangan tidak maksimal," kata dia ketika dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, Rabu lalu.
Masalahnya, dia melanjutkan, terletak pada kesiapan pengajar. Kurikulum sesungguhnya sudah baik, tetapi kemampuan guru juga menentukan, sejauh mana mereka bisa menerjemahkan kurikulum dengan baik. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Guru berkualitas dihasilkan dari kampus berkualitas pula. Pemerintah harus memperhatikan persoalan itu.
Berita perubahan kurikulum ini memang tengah ramai. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membahas rencana perubahan kurikulum sekolah dasar tahun ajaran 2013. "Ada lubang-lubang pada kurikulum sebelumnya dan harus disempurnakan. Misalnya, kenapa hasil kompetisi sains di luar negeri rendah?" kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh saat dihubungi secara terpisah Kamis pekan lalu.
Menurut Nuh, menyelesaikan persoalan tidak bisa sekaligus."Harus dipilah-pilah. Masalah kurikulum persoalan penting, soal distribusi penting, pengajaran juga penting. Jadi kurikulum diselesaikan dulu, disusul yang lain," kata dia lalu menutup telepon.
Rencana penyempurnaan kurikulum ini memang membetot perhatian publik. Ada yang setuju, ada yang tidak. Misalnya, ratusan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Mereka gelisah dengan rencana itu sebab berpotensi menenggelamkan bahasa Sunda, lalu berdemontrasi di depan Gedung Sate, Bandung.
Begitu juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Reni Marlinawati. Politikus dari Partai Pesatuan Pembangunan (PPP) ini menilai Kementerian Pendidikan semestinya mensosialisasikan lebih dulu ke guru dan sekolah-sekolah. "Salah satu prasyarat mutlak implementasi kurikulum adalah guru harus memahami secara benar konsep kurikulum akan diimplementasikan, jangan tergesa-gesa," katanya. (www.merdeka.com)
Baca Juga Artikel
Pendidikan Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar