Superitem adalah sebuat teknik pemberian tgas kepada siswa oleh guru, yang dimulai
dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan
memperhatikan tahap SOLO siswa, Karakteristik soal-soal bentuk superitem
yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut,
memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami
hubungan antar konsep, Kemampuan memahami hubungan antar
konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam
pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
A. Pengertian
Model Pembelajaran Superitem
Pembelajaran
menggunakan tugas bentuk superitem adalah pembelajaran yang dimulai dari tugas
yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap
SOLO siswa. Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal bentuk superitem.
Alternatif pembelajaran yang direkomendasikan Sumarmo tersebut, dirancang agar
dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga membantu dalam
memacu kematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa dapat
memecahkan masalah matematika.
Sebuah
superitem terdiri dari sebuah stem yang diikuti
beberapa pertanyaan atau item yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya
setiap superitem terdiri dari empat item pada masing-masing stem. Setiap item
menggambarkan dari empat level penalaran berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item
dapat dijawab dengan merujuk secara langsung pada informasi dalam stem dan
tidak dikerjakan dengan mengandalkan respon yang benar dari item sebelumnya.
Pada level 1 diperlukan penggunaan satu bagian informasi dari stem.
Level 2 diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari stem. Pada
level 3 siswa harus mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi yang
tidak secara langsung berhubungan dengan stem,
dan pada level 4 siswa telah dapat mendefinisikan hipotesis yang diturunkan dari
stem.
B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem
B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem
Karakteristik
soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang makin
tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam
mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Hal itu
dikuatkan Lajoie (1991) yang menyatakan bahwa superitem didisain untuk
mendatangkan penalaran matematis tentang konsep matematika.
Di samping itu soal bentuk superitem diharapkan lebih menantang dan mendorong
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya guru dapat melakukan kegiatan
diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran siswa dapat
dimonitor lebih dini.
Kemampuan
memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan
secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam
memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk
superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan meyelesaikan pemecahan
masalah matematika.
C. Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Superitem
Pembelajaran
ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari
simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaksnya adalah :
Sintaksnya adalah :
- ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,
- berikan latihan soal bertingkat,
- berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi,
- integrasi, dan
- hipotesis.
D. Kelebihan
Model Pembelajaran Superitem
Kandungan maksud agar siswa memahami hubungan antar konsep
secara bertahap dari yang sederhana sampai meningkat kepada yang lebih
kompleks. Selain daripada itu guru melakukan kegiatan diagnostik terhadap
respon siswa, sehingga dapat dengan segera menentukan langkah-langkah yang
diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kelebihan
pembelajaran matematika dengan menggunakan tugas bentuk superitem diantaranya,
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami persoalan matematika
secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang
tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran
ini akan memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir
soal bentuk superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang
beragam. Hal itu akan menuntut kesiapan guru dalam mengantisipasinya.
Wilson dan Chavarria (1993) memberikan pengalamannya dalam mengkonstruksi bentuk soal superitem yaitu,
Wilson dan Chavarria (1993) memberikan pengalamannya dalam mengkonstruksi bentuk soal superitem yaitu,
- Mengkonstruksi sebuah superitem akan dimulai dengan menentukan terlebih dahulu prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam menggali situasi dari masalah.
- Stem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa.
- Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon yang benar dari item sebelumnya.
Pengalaman
kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun butir soal
bentuk superitem.
Untuk mengetahui bentuk penggunaan model pembelajaran superitem klik Belajar
Matematika Dengan Tugas Bentuk Superitem
E. DAFTAR
PUSTAKA
- Lajoie,S (1991). A Framework for Authentic Assessment in Mathematics. [Online].Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu/ncisla/publications/newsletters/normse/vol1num.1pdf. [ 17 Pebruari 2002 ].
- Sumarmo,U (1993). Profil Struktur Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Berdasarkan Taksonomi SOLO. Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP Bandung
- Sumarmo,U (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi . Makalah pada Seminar Matematika Tingkat Nasional. Bandung
- Wilson dan Chavarria (1993). Superitem Test as a Classroom Assessment Toll. Dalam Webb dan Coxford (ed). Assessment in the Mathematics Classroom 1993 Yearbook. NCTM: Reston Virginia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar