A.
Hakikat Manusia Dan Pendidikan Dalam Pendidikan Liberal
Munculnya pendidikan liberal sebagai Paradigma
masa kini telah menimbulkan suatu kesadaran, yang mana dengan meminjam istilah
Freire (1970) disebut sebagai kesadaran naif. Keadaan yang di katagorikan dalam
kesadaran ini adalah lebih melihat 'aspek manusia' menjadi akar penyebab
masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini 'masalah etika, kreativitas, 'need for
achevement' dianggap sebagai penentu perubahan social.
Orientasi kemasyarakatan menjadi prioritas
tujuan pendidikan. Namun penilaian mutu pendidikan begitu mudahnya dinilai hanya
dengan melihat sisi baik buruknya masyarakat, hal ini akan menghilangkan dan
menafikan makna dan tujuan utama pendidikan yaitu adanya dua unsur yang saling
berkaitan.[1] Pertama : berorientasi kemasyarakatan,
secara umum pedidikan memang berorientasi kemasyarakatan, kenegaraan. Pandangan
ini juga dianut oleh aliran parenial atau aliran transmisi kebudayaan yang
sering dihubung-hubungkan dengan Plato dan beberapa sarjana modern seperti
William T. Hariis, Robert Hurchins,dan Adler di Amerika Serikat, serta oleh
aliran rekonstruksi sosial modern. Kedua : lebih cenderung berorientasi kepada
individu, yang lebih menfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung dan minat
belajar. Yang mana hampir semua agama di dunia menganut pandangan yang
berorientasi pada individu.salah satu sisi yang menarik perhatian adalah sistem
moral yang selalu diupayakan membentuk manusia yang menarik universal (utuh).
B.
Landasan Pendidikan Liberal[2]
Adapun landasan (prinsip-prinsip dasar)
pendidikan liberal, yaitu :
1.
Seluruh kegiatan belajar
bersifat relative terhadap sifat-sifat dan isi pengalaman personal. Pengalaman
personal melahirkan pengetahuan personal, dan seluruh pengetahuan personal
merupakan keluaran dari pengalaman / perilaku personal sehubungan dengan
sejumlah kondisi objektif tertentu. (prinsip dasar relativisme psikologis )
2.
Subjektivitas (rasa
kesadaran personal yang diniatkan semakin berkembang ke arah sebuah system diri
yang mekar secara penuh, disebut juga kepribadian) muncul dari proses-proses
perkembangan personal, seluruh tindakan belajar yang punya arti penting
cenderung untukbersifat subjektif, dalam arti bahwa ia sebagian besar diatur
oleh yang volisional dan karenanya merupakan perhatian yang bersifat
pilih-pilih atau selektif. (landasan subjektivisme
)
3.
Seluruh kegiatan
belajar pada puncaknya mengakar pada keterlibatan dalam pengertian inderawi
yang aktif. (landasan empirisme,
behaviorisme, materialisme, dan empirisme biologis ).
4. Seluruh kegiatan
belajar pada dasarnya merupakan proses pengujian gagasan-gagasan, dalam
situasi-situasi pemecahan masalah secara praktis. (prinsip dasar pragmatisme dan instrumentalisme ).
5. Cara terbaik untuk
mempelajari sesuatu dan sebagai implikasinya juga cara terbaik untuk hidup
karena belajar secara eektif adalah dengan cara melakukan penyelidikan kritis
yang diaatur oleh pengertian-pengertian eksperimental, yang mencirikan cara
berfikir ilmiah. (landasan eksperimentalisme
filosofis dan ekperimentalisme ilmiah
).
6.
Pengalaman kejiwaan
yang paling dini – pengalaman yang dialami oleh orang yang belajar (the
learner) pada waktu ia masih kanak-kanak termasuk latihan-latihan emosional dan
kognitif yang pertama-tama diterimanya sangatlah penting karena pengalaman itu
berlangsung lebih dahulu daripada pengalaman-pengalaman logis dan psikologis lanjutannya.
Pengalaman paling dini tadi menjadi landasan pembentukan kemapanan system dini
yang kemudian ada seperti juga menjadi dasar bagi proses-proses kepribadian
yang lebih jauh lagi, yang muncul di usia tuss. (sudut pandang psikologis developmentalis )
7.
Tindakan belajar
dikendalikan oleh konsekuensi-konsekuensi emosional dari perilaku personal,
yakni prinsip penguatan (reinforcement).
Tindakan-tindakan netral yang sifatnya afektif (hedonis) tidaklah dipelajari
(demi segala tujuan praktis). Dalam kegiatan belajar, jika hal-hal lain setara,
maka pengalaman kenikmatan menentukan apa yang harus dipelajari selanjutnya dan
penyelidikan eksperimental menjadi cara belajar yang efektif dank arena berguna
untuk memaksimalkan pengalaman kenikmatan / kesenangan selama mungkin.
(landasan hedonisme psikologis )
8. Sifat-sifat hakiki dan
isi pengalaman social mengarahkan dan mengendalikan sifat-sifat hakiki dan isi
pengalaman personal, dan dengan begitu juga mengarahkan dan mengendalikan
pengetahuan personal. (landasan relativisme)
9. Penyelidikan kritis
dari jenis yang punya arti penting hanya bisa berlangsung dalam masyarakat
terbuka dan demokratisyang memiliki komitmen terhadap ungkapan umum pemikiran
dan perasaan individual. (landasan cita-cita demokrasi social ).
10. jika dalam
kondisi-kondisi yang optimal, anak yang berpotensi rata-rata bisa menjadi
efektif secara personal dan bertanggungjawab secara sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar