A.
Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan
Adapun prinsip-prinsip metodelogis yang
dijadikan landasan psikologis untuk memperlancar proses pendidikan yang sejalan
dengan ajaran Islam adalah:
1.
Prinsip Memberikan Suasana Kegembiraan
Prinsip ini terdapat dalam Al Qur`an surat Al
Baqarah ayat 25:
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya”.
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya”.
Dalam ayat di atas, Allah senantiasa memberikan
kabar gembira kepada setiap makhluknya yang beriman, semuanya dimaksudkan agar
makhluknya dapat menjalani kehidupan dengan penuh semangat dan diisi dengan
hal-hal kebaikan.
Begitu juga dalam dunia pendidikan, suasana
gembira hendaknya selalu diciptakan. Hal ini dimaksudkan agar lebih membuat
pendidik maupun peserta didik termotivasi untuk melakukan kegiatan rutinnya
sehari-hari yaitu proses belajar-mengajar. Sehingga terlaksana apa yang menjadi
tujuan dari proses pendidikan itu sendiri.
2. Prinsip Memberikan Layanan dan Santunan dengan
Lemah-lembut
Firman Allah dalam Al Qur`an surat Ali Imran
ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Sesuai dengan ayat diatas, hendaknya kita
selalu berlaku santun dan lemah lembut terhadap orang-orang di sekitar kita,
tidak terkecuali kita sebagai pendidik yang tentunya terhadap peserta didik.
Karena hal itu pada akhirnya akan kembali kepada diri kita sendiri.
3. Prinsip Kebermaknaan bagi Peserta Didik
Dalam proses belajar-mengajar, pendidik
hendaknya memberikan materi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta
didiknya, semua itu bertujuan agar materi yang disampaikan lebih bermakna
baginya. Sebagaimana Sabda rasulullah SAW:
“Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal mereka”.
“Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal mereka”.
4. Prinsip Prasyarat
Untuk menarik minat peserta didik diperlukan
mukaddimah (prasyarat) dalam langkah-langkah mengajar bahan pelajaran baru yang
dapat memadukan perhatian dan minat mereka kearah bahan tersebut. Didalam
firman-firman Allah banyak kita temukan metode Allah memberikan prasyarat
kepada manusia , seperti kata-kata yang mengandung tanbih (minta perhatian) yang
difirman kan pada awal surat, misalnya kata-kata: (QS. Al Baqarah :1) (Alif
laam miim) dan sebagainya. (QS. Maryam: 1)( Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad).
5. Prinsip Komunikasi Terbuka
5. Prinsip Komunikasi Terbuka
Pendidik hendaknya mendorong peserta didiknya
untuk membuka diri terhadap segala hal atau bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya menjadi bahan apersepsi dalam
pikirannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur`an surat Al A`raf 179: “Dan
Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang
lalai.”
Ayat diatas mengandung makna bahwa kita sebagai
manusia pada umumnya, hendaknya selalu membuka hati dan pikiran, perasaan,
pendengaran, dan penglihatan untuk menyerap pesan-pesan yang difirmankan Allah
kepada kita. Sehingga pada akhirnya pesan-pesan yang telah kita serap akan
dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya.
6. Prinsip Pemberian Pengetahuan yang Baru
6. Prinsip Pemberian Pengetahuan yang Baru
Peserta didik ditarik minat dan perhatiannya
pada bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka. Hal ini dimaksudkan agar
mereka tertarik kepada bahan pelajaran tersebut. Dalam ajaran Islam terdapat
prinsip kebaharuan dalam belajar, baik tentang fenomena-fenomena alamiah maupun
fenomena yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Seperti firman Allah yang
benar-benar dapat membangkitkan perhatian dan minat mereka untuk mempelajari
hal-hal yang baru, dan hal ini termaktub dalam Al Qur`an surat Al Baqarah 164: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
7. Prinsip Memberikan Model Perilaku yang Baik
Peserta didik dapat memperoleh contoh perilaku
melaui pengamatan dan peniruan tepat guna dalam proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu pendidik diharapkan tidak hanya menguasai materi, tetapi juga
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan teladan yang baik. Hal ini
sesuai dengan firman Allah untuk menjadikan Rasulullah SAW sebagai utusannya
sebagai suri teladan yang baik yang termaktub dalam Al Qur`an surat Al Ahzab
ayat 12: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
8. Prinsip Pengamalan secara Aktif
Mendorong peserta didik untuk mengamalkan semua
pegetahuan yang telah diperoleh dalam proses belajar-mengajar, atau pengalaman
dari keyakinan dan sikap yang mereka hayati dan pahami sehingga nilai-nilai
yang telah ditransformasikan kedalam dirinya menghasilakan hal yang bermanfaat
bagi diri dan masyarakat sekitarnya.
Firman Allah dalam Al Qur`an surat Ash Shaaf ayat 2-3: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Firman Allah dalam Al Qur`an surat Ash Shaaf ayat 2-3: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Melalui ayat diatas Allah memerintahkan kepada
kita hendaknya sebelum menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu, sebaiknya
kita melakukannya terlebih dahulu, semua itu agar lebih bermakna untuk diri
kita dan orang lain disekitarnya.
9. Prinsip Kasih Sayang
Firman Allah dalam Al Qur`an surat Al Anbiyaa`
ayat 107: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta
alam.”
Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam yang
dibawa oleh Rasulullah SAW sebagai agama yang memberi rahmat bagi semesta alam
(seperti termaktub dalam ayat diatas). Oleh karena itu kita hendaknya sebagai
seorang muslim dapat mengamalkan hal tersebut dalam setiap urusan, agar kita
dapat berbahagia di dunia maupun di akhirat. Sebagai salah satu contoh
hendaknya kita dapat menciptakan susana kasih sayang dengan orang di sekitar
kita, seperti dalam firman Allah dalam Al Qur`an surat An Nisaa` ayat 1: “ Dan
(peliharalah) hubungan kasih sayang (silaturrahim)”.[1]
B.
Macam-Macam Metode Pendidikan
Setelah kita telaah berbagai prinsip metode
pendidikan yang tersebut diatas, dapat ditarik benang merahnya bahwa dari
prinsip-prinsip itulah sebenarnya telah lahir berbagai macam metode pendidikan.
Metode-metode tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan metode-metode
modern yang diciptakan oleh para ahli pendidikan saat ini.
Macam-macam metode dapat dilihat dari dua sisi, yaitu metode dari sisi internal materi dan metode dari sisi eksternal materi.
Macam-macam metode dapat dilihat dari dua sisi, yaitu metode dari sisi internal materi dan metode dari sisi eksternal materi.
a.
Metode Internal Materi
Yang dimaksudkan disini adalah cara penyampaian
bahan materi pelajaran yang efektif agar cepat dipahami oleh peserta didik.
Jadi titik tekan metode ini adalah pemahaman materi pendidikan yang meliputi
teks ataupun non-teks. Di antara metode-metode tersebut adalah:
1.
Metode Induktif
Metode ini bertujuan untuk membimbing peserta
didik untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan
pengambilan kesimpulan atau induksi. Dalam melaksanakan metode ini pendidik
hendaknya memulai dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai pada undang-undang
umum, pendidik memberi contoh detail yang kecil, kemudian mencoba memandingkan
dan menentukan sifat-sifat kesamaan untuk mengambil kesimpulan dan membuat
dasar umum yang berlaku terhadap bagian-bagian dan contoh-contoh yang sudah
diberikan maupun yang belum diberikan.
2.
Metode Deduktif
Metode ini merupakan kebalikan dari metode
induktif, dimana perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang
khusus, jadi metode ini sangat cocok bila digunakan pada pengajaran sains, dan
pelajaran yang mengandung perinsip-perinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum
yang dibawahnya mengandung masalah-masalah cabang. Metode ini sebagai pelengkap
dari metode induktif, maka sebaiknya seorang guru menggabungkan diantara dua metode
tersebut.
Metode ini juga telah digunakan oleh para tokoh
pendidikan Islam sebelumnya dalam perbincangan dan pembuktian kebenaran pikiran
dan kepercayaan terhadap karya-karya mereka, terutama ketika mereka
menghubungkan dengan ilmu logika.
3.
Metode Dialog (Diskusi)
Metode ini biasanya dikemas dalam tanya jawab,
hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat memahami materi secara lebih
mendalam. Metode ini terdapat dalam Al Qur`an surat Al Ankabut ayat 46: “Dan
janganlah kamu berdebat denganAhli kitab, melainkan dengan cara yang paling
baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan Katakanlah:
“Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya
kepada-Nya berserah diri”.
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa diskusi
atau dialog harus dilaksanakan dengan cara yang baik. Cara yang baik ini perlu
dirumuskan lebih lanjut, sehingga timbullah etika berdiskusi, misalnya tidak
memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain, kedewasaan
pikiran dan emosi, berpandangan luas dan sebagainya.[2]
b.
Metode Eksternal Materi
Pelaksanaan proses pendidikan tentunya tidak
cukup hanya pada pemahaman materi saja, namun yang terpenting dan yang menjadi
esensi dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah pendemonstrasian dan
transformasi pada kehidupan riil. Maka hal ini yang kami sebut dengan sisi
eksternal materi yang sangat urgen dalam pemilihan metode penyampaiannya.
Dibawah ini adalah metode yang perlu diperhatikan demi terwujudnya
esensialitas pendidikan:
1.
Metode Teladan
Keteladanan merupakan bahan utama dalam
pendidikan, karena mendidik bukan sebatas penyampaian materi saja, melainkan
membangun karakter dalam setiap jiwa peserta didik, oleh karena itu pendidik
mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik mengenai tingkah
laku dan perbuatannya yang dapat dibuat contoh dan di ikutinya.
2.
Metode Cerita
Metode cerita atau kisah dianggap efektif dan
mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan sifat alamiah manusia yang
menyenangi cerita, oleh karena itu Islam mengeksplorasikan cerita menjadi
salah-satu tehnik dalam pendidikan
3.
Metode Pembiasaan
Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah metode
pendidikan memang sangat tepat, dalam pembiasaan peserta didik tidak dituntut
secara serta merta menguasai sebuah materi dan melaksanakannya, memang dalam
pemahaman sangat gampang namun dalam pengamalan yang agak sulit untuk
terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses dalam mencapainya,
yaitu, melalui pembisaan.
Disamping macam-macam metode diatas, metode
pendidikan juga dapat digolongkan menjadi 3 macam dilihat dari sudut pandang
kewajiban dan kegunaannya bagi pendidik, yaitu: pertama, metode yang umum
(secara tradisional) dikuasai oleh semua pendidik; kedua metode yang secara
khusus dipelajari oleh pendidik; dan yang ketiga, metode yang khusus digunakan
untuk menilai pelaksanaan program pendidikan.[3]
Ø Metode yang Umum
Metode ini sudah dikenal dan dikuasai oleh
semua pendidik melalui pengalaman dan sudah digunakan tanpa ada pendidikan atau
diklat khusus. Metode ini mencakup latihan dan meniru, yaitu, melatih anak
didik menguasai tujuan tertentu dengan disertai peniruan. Dalam metode ini
pendidik sudah menguasi materi yang akan disampaikan pada peserta didik dan
sudah dipraktekkan sendiri
Metode ini digunakan dalam pendidikan di
keluarga, lingkungan tetangga, dan juga disekolah dalam rangka pembentukan
kebiasaan, pola tingkah laku, keterampilan, sikap, dan keyakinan.
Ø Metode yang secara Khusus Dipelajari oleh Pendidik
Pendidik harus mempunyai kematangan dalam
metode-metode. Dia harus menguasai ilmu pengajaran untuk menguasai
metode-metode mengajar seperti ceramah, diskusi, bermain peran dan sebagainya.
Seorang pendidik tidak serta-merta bisa
mentransformasikan materi pendidikan dengan baik tanpa menguasai metode-metode
khusus, dan dia tidak akan bisa menguasai metode tersebut tanpa adanya
spesialisasi sebuah disiplin ilmu, seperti wawancara, studi kasus, dan
observasi yang harus dipelajari oleh calon konselor sebagai bimbingan dan
konseling.
Ø Metode yang Khusus Digunakan untuk Menilai Pelaksanaan Program
Pendidikan
Pada umumnya metode ini disebut dengan metode
penelitian pendidikan, jadi metode ini digunakan dalam rangka pengembangan dan
kemajauan pendidikan, antara lain dari metode ini adalah survei, eksperimen
yang menggunakan alat ukur seperti tes, wawancara, observasi, dan sebagainya.[4]
B. Asas-Asas Umum Metode Pendidikan
Sumber-sumber atau dasar-dasar umum dapat
diklasifikasi sebagaiberikut:
1. Dasar Agama
Kalau membahas dasar agama tentunya kita tahu
bahwa yang dimaksud adalah Al Qur’an dan Al Hadits, begitu juga asas yang
mendasari metode pendidikan dalam dunia Islam, disamping kedua rujukan tersebut
dalam hal metode pendidikan Islam juga berdasarkan atas penelitian
pengalaman-pengalaman orang-orang terdahulu yaitu dari para sahabat ataupun
para pengikutnya dalam melaksanakan dakwah dan pendidikan sesuai dengan zaman
mereka dan kebutuhan masyarakat setempat.
2.
Dasar Biologis
Dasar biologis yang berarti kematangan jasmani
sangat mendorong dalam dunia pendidikan, jadi seorang pendidik harus
mempertimbangkan secara seksama dan memperhatikan keadaan fisik peserta didik
agar bisa kondusif dan konsentrasi dalam dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. Pendidik harus memperhitungkan bahwa peserta didik mempunyai
kebutuhan bio-fisik yang harus dipuaskan dan dipenuhi supaya tercapai
penyesuaian jasmani yang sehat, seperti kebutuhan terhadap udara yang bersih,
kebutuhan terhadap gerakan dan aktivitas, dan kebutuhan terhadap istirahat.
Pendidik harus membantu peserta didik mendapatkan kematangan dalam jasmaninya,
karena bagaimanapun kesehatan jasmani sangat mendukung terhadap aspek
psikologis anak dalam menerima pelajaran dan pentransformasiannya.
Telah dibuktikan antara pertalian sisi
jasmaniyah dan psikologis. “Latihan untuk menghafal sesuatu perlu kepada
pemusatan yang berhubungan rapat dengan kematangan urat saraf. Juga telah
diketahui bahwa kekuatan memusatkan perhatian dan jaraknya berpadan secara
terbalik sesuai dengan lanjutnya umur dan sempurnanya kematangan.”
3.
Dasar psikologis
Dasar psikologis disini merupakan kekuatan jiwa
seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, bakat, dan
kecakapan intelektual yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik, karena
tingkah laku anak didik secara umum dan proses belajarnya seca khas sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dalam pembentukan sebuah karakter.
Menurut ahli Psikologi, tingkah laku manusia
adalah satu akibat dan bertujuan dalam waktu yang sama. Maka dari itu seseorang
memerlukan motivasi dan penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan hingga
berlanjut pada masa tertentu. Guru yang pintar akan menjadikan metode dan
teknik mengajarnya sebagai stimulus bagi kegiatan anak didiknya,dan menjadi
penggerak bagi motivasi-motivasi dan kekuatan-kekuatan pengajaran sehingga
dapat menggali potensi yang ada dalam diri anaka dan mengaktualkannya.
Kebutuhan psikologis yang harus dipelihara oleh seorang pendidik adalah ketentraman, kecintaan, penghargaan, kebebasan, pembaharuan
Kebutuhan psikologis yang harus dipelihara oleh seorang pendidik adalah ketentraman, kecintaan, penghargaan, kebebasan, pembaharuan
4.
Dasar Sosial
Disamping
dasar-dasar agama, biologis dan psikologis metode pendidikan perlu juga
didasari pada aspek sosial, hendaknya seorang pendidik bisa menjaga persesuaian
metode dengan nilai-nilai, tradisi yang berlaku ditengah-tengah masyarakat
sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan harapannya. Seorang pendidik harus bisa
menjaga perubahan sesuai dengan tuntutan yang berlaku dalam tatanan social
dengan mengambil manfaat dari fasilitas dan peluang-peluang yang ada didalamnya
dengan didasari atas metode pendidikan yang tepat.[5]
Sumber :
[1] An Nahlawi, Abdurrahman. Prinsi-prinsip dan Metoda
Pendidikan Islam. Diponegoro: Bandung, 1996, hal. 25-30
[2] Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan Sisitem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset,
1997, hal. 54-57.
[3] Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal.
21-22.
[4] Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2000,hal.42-45.
[5] Quthb, Muhammad. System Pendidikan Islam. Bandung: PT. al-Ma’arif,
1984, hal. 11-13.
Baca Juga
Artikel Pendidikan Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar